SMDL 4

123 9 0
                                    

Abu Rabi'ah pun berkata:

"Demi Allah itu adalah ide yang bagus. Pada saat ini menjadi single lebih menentramkan hatiku dan lebih memfokuskan arahku. Allah telah melepaskanku dari beban yang aku pikul sebelumnya. Kuburan telah merenggut istri dan syahwatku secara bersamaan. Setelah ini aku akan hidup dengan sisa-sisa yang ada padaku. Kehilangan sesuatu pada jiwa ini adalah keberadaan sesuatu yang lainnya.

Urusanku dengan istri dan kenangannya telah selesai menuju kuburnya. Sekarang adalah waktunya untuk berpaling dari itu semua.

***

Mereka berdua saling memberi kepercayaan satu sama lain agar berjalan bersama di Alam Batin dan agar hidup bersama dalam usia dengan masa yang terbatas ini dan untuk hidup bersama dalam kehidupan yang merupakan pemikiran yang terlukiskan.

***

Abu Khalid berkata:

"Akupun berpikir untuk menginap di rumahnya untuk menepati janji pelayananku untuknya dan untuk menghalau keterasingan yang akan mengganggunya, sebuah keterasingan yang akan memasuki jiwa dan pemikirannya
dengan penuh kewas-wasan.

Hari ini kami telah tenggelam dalam kelelahan, Abu Rabi'ah pun sangat keletihan dan telah dikhianati oleh kekuatannya. Setelah kami selesai melaksanakan Sholat Isya' aku berkata padanya: "Wahai Abu Rabi'ah, aku lebih senang jika engkau mengantuk kemudian beristirahat sejenak agar keletihanmu menghilang. Jika engkau telah merasa rileks nanti akan aku bangunkan dirimu di tengah malam agar kita bisa bertahajjud bersama".
Tidaklah Abu Rabi'ah berbaring melainkan kelelapan telah mengelabuinya.

Aku pun duduk memikirkan keadaannya dan apa yang semestinya ia lakukan. Aku pun berpikir tentang usulan yang aku sampaikan padanya hingga aku berkata pada diriku sendiri: "Mungkin aku telah membujuknya dengan sesuatu yang tidak ia sanggupi dan aku telah memberikannya isyarat dengan apa yang tak ada baiknya
baginya, sungguh aku telah menipunya..."
Keraguan itu turut menghampiriku, aku pun membanding-bandingkan antara seorang lelaki yang telah menikah yang ahli ibadah dengan seorang yang ahli ibadah namun tidak menikah. Aku menimbang-nimbang salah satunya, antara dirinya, istri dan keluarganya, sedangkan yang satunya lagi hanyalah seorang lelaki yang sendiri. Aku pun datang dan pergi dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya, sedangkan segala sesuatu di sekitarku kian hampa dan meredup, seolah-olah tempat ini ikut tertidur. Tidaklah aku berdiam beberapa saat hingga kelelapan turut mengambil pandanganku hingga aku tertidur dan terasa berat untuk bangun, seolah-olah diri ini telah diikat dengan tali penidur yang tiada seorangpun datang untuk memotongnya".

***

Sebuah Mimpi Dari LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang