R&K(7)

329 22 5
                                    

"Selamat pagi, anak-anak," salam Bu Dian ketika memasuki kelas XI IPS 2.

Para siswa yang berkumpul mengelilingi bangku Keysia untuk menyalin tugas sejarah, lari terbirit-birit kembali ke tempat duduknya masing-masing.

"Pagi Bu.... "

Bu Dian meletakkan buku-bukunya, lalu berjalan ke depan papan tulis. "Baik anak-anak. Hari ini kita ulangan harian li.san," ujar Bu Dian menekan kata lisan.

Riuh kembali terdengar ketika kalimat yang sangat dikeramatkan oleh para pelajar terlontar.

"Wah nggak bisa gitu dong Bu! Masa kita dikasih ulangan harian dadakan sih? Mana lisan lagi," protes Jordi, sang ketua kelas.

"Iya, bener tuh. Ibu gimana sih?" timpal anak cewek yang duduk di bangku belakang pojok.

"Mana gue nggak pernah belajar lagi!!"

"Lo masih mending. Lah gua? Nggak pernah ngerti satupun materi!"

"Gue ogah flashback!"

Brakk, Brakk

Bu Dian memukul papan tulis dengan kerasnya, saat semua siswanya mengajukan protes. "Ibu tidak peduli. Hari ini ULANGAN!" putusnya.

"Dan..., " ia mejulurkan telunjuk di depan matanya. " Tugas minggu lalu kumpul se.ka.rang!"

Pecah sudah kelas XI IPS 2.

Sedang Keysia dan Gita saling bertos ria. Because, mereka sudah tahu sebelumnya bahwa Bu Dian akan mengadakan ulangan secara mendadak. Dari mana mereka tahu? Yah dari sahabat lemot mereka, Maya.
Maya-lah yang membeberkan kepada mereka. Untung saja jadwal belajar sejarah kelas Maya lebih dulu dibanding kelas IPS 2. Jadi, walau diadakan kapanpun ulangan itu, Keysia dan Gita sudah siap. Dan itu berkat Maya. Mereka harus berterima kasih kepada Maya setelah ini.

Curang memang! Hahaha.

****

Jam pelajaran pertama dan kedua akhirnya selesai, semua murid berhamburan menuju kantin. Tak terkecuali Revan dan kelima sahabatnya.

Sampai di kantin, Revan, Jesika, Kenan dan Marsel berjalan ke meja yang sering mereka tongkrongi. Sedanng Iyan dan Nino pergi memesan makanan untuk mereka berenam.

"Rev," panggil Kenan membuka pembicaraan.

"Hm?"

"Udah lama kita nggak ke rumah lo. Kapan nih bisa main lagi?"

Revan hanya mengangkat bahunya acuh. Kenan mendengus kesal melihat reaksi sahabatnya itu.

"Nanti ke rumah Revan kuy," ajak Jesika semangat.

"Ngapai?" tanya Revan datar.

"hang out, mungkin."

"Jangan di rumah gue," tolak Revan.

"Kenapa? Lo nggak mau, rumah lo diserbu sama kita-kita? Atau lo ngak mau, stok makanan di kulkas lo abis? Atau lo nggak mau, kamar lo jadi kapal pecah?" tanya Marsel sembari terkikih mengingat kelakuan mereka jika di rumah Revan.

Rumah Revan memang sering dijadikan mereka tempat nongkrong, kerja tugas dan bermain. Berhubung orang tua Revan juga jarang di rumah, jadi mereka bebas melakukan apapun, termasuk mengobrak-abrik isi kulkas dan lain sebagainya, asalkan membuat mereka senang. Revan tidak masalah dengan apapun yang teman-temannya lakukan, asalkan tidak melewati batas.

"Nggak," sanggah Revan.

Belum sempat Marsel mengeluarkan suaranya lagi, Nino dan Iyan datang dan meletakkan dua nampan di meja.
"Bakso enam mangkok siap disantap," kata Nino girang.

Revan dan KeysiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang