Lapangan basket saat ini sangat meriah karena Alaska senior high school mengadakat turnamen basket. Banyak team basket dari sekolah lain mendatangi Alaska untuk mengikuti turnamen tersebut.
Pekikan demi pekikan terdengar dari para cewek-cewek yang meneriaki nama sang jagoan masing-masing.
Pada basketball scoring board jelas tertulis Team Alaska vs Team Garuda.
Peluh bercucuran di wajah pemain namun itu tak membuat semangat mereka patah. Mereka masih saja saling memperebutkan bola berwarna orange lalu memasukkannya ke dalam ring.
Sama halnya dengan Revan sang kapten team basket Alaska. Ia berusaha mempertahankan bola basket di tangannya dan menshootnya ke dalam ring.
"Woooo...."
"Revan...."
"Abang ganteng...."
"Go Revan, go Revan go!! "
Teriakanpun kembali terdengar kala Revan kembali berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
Revan berlari ke tengah lapangan dan bertos ria bersama team Alaska lainnya.
"Smangat, smangat!" seru Revan lantang sambil menepuk tangannya.
Pertandinganpun kembali berlangsung.
Pemain berlari-larian kesana kemari, saling merebut bola dari tangan ke tangan.
Hingga akhirnya sempritan dari wasit terdengar tanda pertandingan berakhir. Dan team Alaska-lah yang memenangkan pertandigan dengan perolehan skor 12, sedang Garuda 10.
Alaskah mengakui bahwa melawan team Garuda tidaklah mudah. Namun dengan usaha dan kerja sama, mereka bisa mengatasinya.
"Selamat," kata Jesika sembari memberikan sebotol air mineral kepada Revan.
"Thanks."
Revan mengambil botol itu dan meneguknya hingga tandas.
"Revan ajah nih Jes yang dikasih minum? Buat kita-kita mana?" tanya Kenan yang diangguki oleh Iyan dan Marsel.
"Eh, ada kok."
Jesika mengambil botol air mineral lagi di dalam tasnya dan membagikannya kepada ketiga temannya itu.
"Nino mana?" tanya Jesika.
"Lagi ditahan tuh sama fans nya dia." jawab Kenan.
Revan mengarahkan pandangannya kesegala penjuru. Ia melihat Nino sedang berbicara dengan sahabat Keysia, Maya. Hanya Maya!
Revan kembali memutar kepalannya kesana kemari, mencari seseorang.
Saat pertandingan berlangsung, ketika mendapat kesempatan, Revan berusaha menajamkan penglihatannya dan menyusuri setiap sudut lapangan. Namun nihil, ia tak juga menemukan apa yang ia cari.
"Kalian keren banget gilaa...." seru Jesika hebo.
"Iya dong, pemain inti gituloh." Iyan menepuk dadanya bangga.
Bobi sang pemain cadangan menjitak kepala Iyan. "Gaya lo njirr!! Kalau nggak ada kite-kite lo pada juga pasti tumbang!"
"Gue bercanda broo."
"Udah! Pokoknya kita sama-sama hebat. Dan gue ucapin makasih sama lo semua atas kerja samanya. Tetap rajin latihan, semoga kita lebih baik dari sekarang," ucap Revan panjang kali lebar kali tinggi plus santai.
"Amin...." sorak mereka serempak.
****
Berbaring dan membaca novel adalah kebiasaan Keysia saat tak ada yang harus ia kerjakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Revan dan Keysia
Teen FictionDalam dunia ini, rezeki, jodoh dan maut, Tuhan-lah yang menentukan. Masalah jodoh, tak ada yang tahu dengan siapa kita berjodoh, dan kapan kita bisa menemukannya. Bisa saja saat kita muda atau saat kita sudah tua. Namun percayalah, Tuhan menciptaka...