LVIII. A

1.2K 59 3
                                    

"Adik gue tersayang yang cantiknya se-tata surya yang ada di alam semesta bangun dong, abang ganteng udah masak makan malam yang enak kesukaan kamu loo." ucap Fero sambil berjalan ke ranjang Airene.

"Airene... " panggil Fero sedikit mengguncang tubuh sang adik karena tak biasanya Airene seperti ini.

"Ren... " panggil Fero lagi menggoyangkan tubuh sang adik tapi tidak ada respons sama sekali.

"Kak!" teriak Fero memanggil Farren.

Seperkian detiknya, Farren masuk dengan terburu-buru. "Apa?" tanya Farren.

"Airene." jawab Fero menunjuk sang adik.

Farren yang tak mengerti mendekati tubuh sang adik ikut mengguncang tubuh sang adik tapi tidak ada respons balasan dari si empunya.

"Panggil taksi. Cepat." ucap Farren panik.

Fero berlari keluar kamar secepat mungkin ia mengambil ponselnya yang ada di ruang tv, memesan taksi online agar tidak membuang waktu. Sementara Farren sudah mengangkat tubuh sang adik ke dalam gendongan.

"Ambil dompet sama ponsel gue, cepet Fer." ucap Farren sedikit berteriak karena panik dan setelah itu keduanya langsung turun ke bawah.

Farren dan Fero sedang duduk di ruang tunggu menunggu Alex yang sedang memeriksa Airene di dalam. Farren tak mau membuang waktu dengan perjalanan ke rumah sakit lain yang lebih jauh jadi ia memilih alternatif yang sangat menguntungkan ini.

Saat mereka sedang duduk menunggu, dua dokter masuk ke dalam ruangan tempat Airene di periksa dan itu sontak membuat kedua saudara ini makin takut.

"Perlu gue kabari mereka?" tanya Farren tiba-tiba.

Fero menggeleng mengerti apa maksud sang kakak. "Percuma. Airene sakit di depan mata mereka aja, mereka nggak respons apalagi yang kayak gini. Gue udah capek berharap dan elo jangan."

Farren hanya mengangguk. Tadi siang orang tua mereka datang ke penthouse dan hal itu sontak mengundang tanya ketiganya lalu Andrew menjelaskan bahwa ia akan bersungguh-sungguh saat ini untuk berubah demi sang putri.

Airene yang menjadi bahan tidak merespons lebih selain hanya berekspresi datar tanpa kata, cewek seakan membisukan mulutnya. Harapan Farren sudah terbayar dengan kedatangan kedua orang tuanya tapi belum terlunasi oleh keputusan dua adiknya.

Alex keluar dengan wajah khawatir luar biasa. Laki-laki beda umur 2 tahun dari Farren itu menghampiri keduanya yang sudah berdiri.

"Apa yang terjadi sebelum ini? Kenapa Airene bisa sampai kayak gitu?" tanya Alex tidak tenang sekaligus tidak sabaran.

"Maksud lo?" tanya Farren yang tak mengerti.

"Apa yang terjadi sampai Airene kambuh Fero?" tanya Alex marah. Fero pernah berjanji kepadanya bahwa kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi tapi sekarang apa. Airene kembali mengalami hal ini bahkan kali ini lebih parah.

Alex menghela napas kasar karena tidak mendengar jawaban dari dua orang di depannya ini. "Berdoa kalian agar mata itu bisa terbuka lagi." ucap Alex berlalu pergi setelah berhasil menghantam kedua saudara ini dengan balok besar.

•••

Sudah dua hari berlalu tapi Airene juga belum sadar, cewek itu sudah dipindahkan ke ruang rawat setelah satu jam Alex selesai memeriksanya lagi.

Self FortressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang