LX. C

1.2K 55 3
                                    

Revan tidak bisa tenang di depan kamar rawat Airene, cowok itu mondar-mandir setelah digeret secara paksa oleh suster keluar dari kamar rawat itu.

Mulutnya terus berkomat-kamit tidak jelas seakan membaca mantra agar Airene-nya kembali. Tiba-tiba Devan datang dengan berlari, napas cowok itu memburu, wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang luar biasa.

"Airene... Hhh... Airene gimana Rev?" tanya Devan panik.

"Airene bilang ke gue kalo dia capek terus dia mau istirahat." jawab Revan yang tidak juga berhenti mondar-mandir.

"Terus sekarang?"

"Lagi ditangani Alex." jawab Revan lagi tetap sama bahkan sekarang tangan cowok itu ikut tidak bisa diam.

"Ck. Lo duduk deh, jangan buat gue makin pusing." ucap Devan masih dengan napas tersenggal-senggal.

"Gue nggak bisa tenang setelah denger Airene ngomong ke gue bahwa dia capek sama hidupnya yang 12 tahun ini, itu sama aja artinya dia nyerahkan?" tanya Revan berhenti melihat ke arah Devan.

Devan tak bisa menjawab dan sekarang ia malah tergagap dengan pertanyaan Revan barusan. Terlihat dari kejauhan Farren dan Fero berlari menuju ke arah mereka.

Kedua berhenti dengan napas memburu. "Gimana Airene? Gimana keadaannya?" tanya Fero panik.

"Duduk dulu kak, Airene lagi ditangani." jawab Revan.

Farren yang sudah duduk di samping Devan menepuk kursi di sampingnya agar Fero duduk. Pintu kamar rawat Airene terbuka, Alex keluar dengan seorang suster.

"Hanya perwakilannya saja?" tanya Alex sedikit terkekeh.

"Bagaimana kondisi Airene?" tanya Fero.

"Bagus. Kamu sigap kalau tidak, mungkin Airene akan istirahat untuk selama-lamanya." ucap Alex yang belum menjawab pertanyaan Fero sementara Revan hanya mengangguk.

"Kondisi Airene sudah stabil, tapi..." Alex menggantungkan ucapannya.

"Tapi apa?" tanya Farren.

"Sistem limbik pada otak Airene terganggu jadi ia terkena amnesia lakunar atau hilang ingatan terhadap peristiwa secara acak." jawab Alex.

Mereka yang mendengar sontak melotot. "Jadi berbahaya kah?" tanya Farren.

"Sedikit. Airene akan lupa terhadap suatu peristiwa dan orang-orang yang terlibat di dalamnya juga. Tak hanya itu, kalian tau kan cewek satu itu enggak pernah nunjukin emosinya jadi itu juga sebagai pemicunya. Apa yang terjadi sama Airene ini sebenarnya sulit untuk dijelaskan secara medis karena kami sendiri juga bingung menanganinya." jawab Alex.

"Kami akan melakukan observasi tentang kondisi Airene ke depannya jadi kalian harus banyak berdoa dan minta sama tuhan untuk jangan pernah ambil cewek itu." tambah Alex lalu berjalan pergi dari hadapan empat laki-laki itu.

"Airene udah bisa dijenguk?" tanya Revan ketika Alex sudah berjalan cukup jauh.

Alex mengangguk lalu tersenyum. "Gantian." Setidaknya saat ini Airene memiliki seorang laki-laki yang siap menjaganya dan selalu ada untuknya.

•••

Saat ini Revan sedang duduk di samping brankar tempat Airene sedang berbaring, semenit yang lalu ia menawarkan diri untuk menjaga Airene karena Fero dan Farren akan pergi karena memiliki urusan di luar.

Perasaan Revan sekarang sedikit lega karena Alex mengatakan bahwa kondisi Airene mulai membaik. Airene melenguh membuat sang penjaga menoleh ke arahnya.

Self FortressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang