PROBLEM _ 1

8 0 0
                                    

Buku-buku berserakan di sekeliling ku. Ditemani sejuknya angin, dinginnya malam,dan segelas mocca float yang dingin. Tak buyar konsentrasi ku membaca tiap paragraf di tiap lebar buku yang kubaca. Ku tutup bukuku secara perlahan ketika kepala ku berdenyut sakit.

Ku sesap sedikit demi sedikit segelas mocca float lalu ku ambil pena untuk merangkai kata di kertas putih.

Malam yang tak berkesudahan

Fatamorgana membentuk aksara meluputkan sebuah rasa
Melupakan tata letak capricorn di ribuan bintang
Terik mentari seolah menelan bulan
Awan tersingkir ketika bintang merangkul bulan

Lajukan langkah menuju mentari
Rengkuhannya tampak tak nyaman
Bayang-bayang menggapaiku seolah tak terlepaskan
Terkungkung jauh langkah memeluk erat hingga nafas ku tercekat

Lekas pagi setelah malam
Lekas damai seusai gemuruh menghantam langit
Lekas indah setelah rapuh
Lekas bebas setelah tercekat akan malam

PRANGGG bunyi pecah kaca yang jatuh membuat ku kaget. Perasaan takut mulai menghampiri ku ketika sahut amarah dari berbeda gender berkoar begitu hebatnya. Mereka saling memaki bahkan sesekali menyebut namaku sebagai bahan dari amarah mereka. Entah apa yang mereka sesali, lontarkan, hadapi, ataupun amarahkan sampai harus memakai tenaga saling menampakkan diri, merasa paling benar, dan membenarkan asumsi masing-masing.

Aku tak tahan mendengarnya. Aku layaknya salah satu pasien rumah sakit jiwa yang tengah mengalami depresi hebat. Rambut ku acak-acakan akibat ku jambak begitu keras, bekas cakaran warna merah di telinga memanjang ke leher ku karena kuku yang berusaha menutup telinga agar dapat meredam suara sahutan yang tak kunjung berkesudahan, kulit wajah yang memerah serta tak karuan karena meredam emosi yang menjalar dengan cara menenggelamkan wajah ku di air hingga nafasku terasa akan habis.

Kuputuskan mengganti pakaian ku yang lumayan basah dan kusut lalu menuju ke cafe langgananku. Aku hanya mengabaikan tatapan kakakku yang seolah bertanya hendak kemanakah aku. Letaknya tak terlalu jauh dari rumahku cukup melewati beberapa rumah lalu berbelok di perempatan jalan itulah mengapa kuputuskan untuk berjalan kaki saja. Tempat ini lumayan sederhana tapi memiliki sentuhan indah yang kelihatan ringan namun memiliki kesan mewah selain itu tempat ini menggunakan alternatif tumbuhan untuk menimbulkan kesan cantik serta natural.


Aku memilih duduk di pojokan lalu memesan segelas kopi hangat ditemani chocolate cake dengan musik yang tengah mengalun indah. Sesekali mataku memandang orang-orang yang bersuka cita menyalurkan perasaannya dengan orang yang tengah bersamanya. Ku pandangi sejenak hilir mudik para pengendara yang bisa dibilang cukup lenggang saat itu sorot lampu di jalan membuatnya semakin apik disandingkan dengan cahaya rembulan. Seulas senyumpun tersunggingkan membuat kejadian yang memporak porandakan hati dan fikiran ku telah lenyap seketika.

Ku sesap aroma kopi yang berada di depanku, cukup membuatku merasa damai. Wanginya yang memikat seolah tak bisa lepas dari indra penciumanku. Membuatku lupa waktu jikalau jalan kini telah mengosongkan diri. Malam telah mensunyikan diri menandakan telah begitu banyak orang yang terlelap dengan nyenyak di tempat tidur mereka menunggu waktu pagi datang membuat malam mengembalikan segar tubuh mereka di pagi hari esoknya.

_______________________________________

Oke, maafkan gue yang baru post part lagi,pembuatannya yang lama soalnya gue masih ujian dan tanggal 22 ini gue bakalan UN... doain guys dan gue juga berdoa buat lu pada yang bakalan ngehadapin UN sama kek gue 🌬🌬🌬🎉🎉🎉

#someone

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang