Semua yang baik tak akan selalu baik terkadang butuh hal yang buruk agar yang baik itu menjadi hal yang benar-benar baik begitu pun bahagia. Itulah mengapa tawa tak selamanya ada karena tawa harus bersanding dengan sedih agar menjadi pelajaran sekecil apapun. Takdir tak pernah bisa di ubah maka mengandai-ngandai hanyalah sebuah kata yang semu tanpa titik nyata. Tak ada yang salah dari perandaian dan ilusi yang kita buat namun menjadi salah ketika memberontak untuk menentang garis takdir hanya sekedar menyatakan yang tak pernah bisa menjadi nyata.
Sepertinya diriku sekeras apapun aku berusaha jika bukan jalan takdirku maka semuanya tak berarti apa-apa setidaknya ada ilmu yang tersisipkan untukku agar bisa ku bagi pada mereka yang ingin tahu dan ingin mendengarkan. Tak ada yang tak sedih maupun berkecil hati ketika apa yang diinginkan, apa yang diimpikan, apa yang didambakan, atau apa yang diperjuangkan ditentang begitu saja apalagi jika yang menentangnya adalah keluarga sendiri rasanya seperti diasingkan dan seperti tak memiliki hak untuk sekedar mencoba ataupun meraih.
Inilah diriku aku yang menyukai sesuatu yang berhubungan dengan beladiri, buku, musik, sejarah, psikologi, berbagai bahasa, marching band, melukis.
Inilah diriku yang tak mengenal badai yang berujar tidak untuk sekedar menapaki tangga menuju kejayaanku.
Inilah diriku yang tak suka segala hal salah walaupun dianggap salah
Inilah diriku yang sering ditentang tentang hak namun secara tidak langsung membuatku tak tersulut semangat tentang indahnya mimpi.
Inilah diriku yang dikenal misterius oleh orang-orang, yang tak pernah sesuai logika, yang tak tahu aturan, yang dianggap ganjen karena cenderung berteman dengan laki-laki ketimbang perempuan.
Inilah diriku yang tak suci namun tak ternodai seperti pemikiran kalian. Diriku hanya di lecehkan bukan dinodai hingga membuat mahkotaku hilang.
Tapi apalah dayaku. Yang ringkih seperti porselen, yang tak tahu arah saat mengembara layaknya burung yang terbang hilir mudik tak menentu, diasingkan layaknya tak dibutuhkan. Angan ku hanya sebatas debu yang terbang menghilang lalu tak bisa di raih lagi. Saat kaki ku mulai melangkah maju selangkah seribu langkah mereka mendorongku begitu jauh.
Rasanya bintang begitu mustahil ku gapai namun diriku kini tak punya perasaan segala tekanan dan pahitnya takdir telah membuat hatiku beku oleh perasaan serta membuatku begitu apik berdrama ria memasang topeng memasang sisi kuat dan baik- baik saja walaupun sebenarnya begitu rapuh.
Mungkin inilah tantangan tuhan untukku, sudah kubulatkan tekadku untuk berubah sepahit apapun perkataan mereka yang tahu apa-apa soal kebenarannya. Kumulai dengan mengatur jadwal, menabung sedikit demi sedikit, memperbaiki segala kebiasaan burukku, mulai berolahraga dengan rutin. Kuakui semuanya tak mudah bahkan beberapa kali aku harus jatuh namun semangatku tak pernah surut sedikit pun berbagai cercaan seperti perkiraan ku sebelumnya muncul dari yang awalnya hanya biasa saja menjadi semakin tajam menulikan pendengaran dan membutakan mataku atas tindakan mereka.
" Ra ngak capek belajar trus?"
Ia gue ngak capek karena ini impian gue
" Novel mulu lu"
Karena ini yang buat gue hidup, buat impian gue bakalan keraih tidakkah sedikit saja lu ngerti?
" Urusin aja trus organisasi lu tuh"
Gue latihan gini karena ingin tampil memukau saat didepan kalian ataupun didepan banyak orang dan memamerkan senyum merekah dengan piala di genggaman tanganku
"Latihan lu tuh ngk ada gunanya, cuma sampah"
Tidak latihanku bukan sampah melainkan peningkatan untuk meraih apa yang selama ini kuinginkan
"Udah kalah bukannya kapok malah makin gencar, ngak mikir emang atau jangan-jangan urat malu lu udah putus?"
Karena jiwa pemenang tak mengenal kalah sebagai sesuatu yang perlu disesali apalagi di malukan karena kalah sebagai pelajaran agar gue paham kesalahan gue dan kekalahan adalah bentuk ketertundaan kemenangan
"Keluar aja terus biar kayak anak gelandangan"
Keluar ku bukan tanpa sebab tante walaupun jadi gelandangan tapi mendapatkan apa yang diimpikan lebih mengharukan ketimbang berkasihani diri menunggu impian itu terwujud tanpa usaha keras
"Mau jadi apa kamu kalo taunya cuma keluar kelayapan ngehabisin uang aja"
Maafkan Airlyn yang belum bisa ngehasilin uang sendiri sampai membuat tante susah karena gue meminta uang terus dan kelayapan yang menurut tante adalah kelayapan yang tak benar
"Berhenti lakukan hal bodoh dan keluar dari aktifitas yang membudakmu itu"
Ia aktifitasku membudakku tapi setidaknya itulah kunci agar impianku segera tercapai dan ya, gue bodoh karena masih meladeni kalian yang menghujamiku beribu kata pahit pematah semangat tapi sayang semuanya hanyalah kata yang tak akan mengubah semangatku malah itu yang memacu semangatku semakin menggebu-gebu.
Aku telah menjadi langganan di Methamorphosa Central Book ini jadi tak heran jika mereka kelihatan begitu paham dan akrab kepadaku jika aku datang berkunjung. Mereka terkadang tak paham dengan jalan pikirku yang begitu betah dengan diriku yang sudah 3 tahun terakhir ini menghabiskan waktu libur ataupun senggang dengan berkunjung untuk meminjam buku, atau sekedar membaca buku hingga waktu penutupan tempat itu. Mereka biasa tak habis pikir karena hampir semua buku yang ada di dalam mungkin telah ku babat habis untuk dibaca dan yang mencengangkan bagi mereka adalah aku mampu menghapal apa pun yang ku baca sebelumnya bagaikan seseorang yang begitu mahir menghapal.
Tak cukup dengan membaca buku ketika bosan biasanya aku belajar bahasa yang cukup asing dan hasilnya sudah begitu banyak bahasa yang telah ku kuasai, rasanya begitu menyenangkan saat kau tahu segalanya rasanya seperti terbang ke angkasa. Aku juga menyibukkan diri dengan latihan beladiri atau latihan marching band rasanya seperti mimpi walaupun masih kalah perlombaan tapi tetap saja rasanya seperti perasaan senang yang begitu membuncah, begitu senang sehingga aku begitu kebal cibiran mereka menggantinya dengan diam maupun cengiran yang mampu membuat siapa pun memandang aneh.
Ayah ku telah menikah lagi namun hanya bersikap biasa saja entahlah rasanya perasaan duka, kasih, rinduku kepada ayah dan ibuku menguap begitu saja bukan karena aku membenci mereka namun aku hanya memaklumi apa yang ada dan tak berpusing kepala lagi atas masalah mereka. Rinduku dan kasihku pun mati bukan berarti aku ingin membangkang bahkan melawan mereka tak pernah terbesit hal itu sedikit pun. Aku hanya ingin semuanya berjalan normal seolah tak ada bencana yang mencoreng ku karena semua itu hanya membuat hatiku tertoreh, sudah cukup dalam hatiku tertoreh cukup tegar dan siaplah diriku menerima semuanya menjadi tongkat penegakku meraih mimpi menatap masa depan.
_______________________________________
Hay guys,
Akhirnya 😥 otakku terputar sepuluh keliling rasanya. Tinggalkan komen dan like readers😊
KAMU SEDANG MEMBACA
IRIDESCENT
Teen FictionBukan sinar yang tak memihak tapi tujuan yang memihakkan sinar. Bukan hujan yang memisahkan terik namun asumsi yang membuatnya tak mampu disandingkan. Tanah dan daun berbeda namun ketika kepercayaan yang membuatnya sama apalah daya sebatas omongan y...