SEANDAINYA

2 0 0
                                    

Hari-hari telah ku lewati dengan mood yang lumayan bagus, semakin haripun rasanya seperti mimpi bagaimana tidak kami resmi sekelas dan duduk berdampingan ketika pembagian kelas dan kursi. Wangi tubuhnya seolah melekat terus menerus di indra penciumanku. Kuakui dia cerdas, tidak banyak tingkah, asik, jarang marah, dan yang paling ku kagumi adalah kejujurannya entah dalam perkataan maupun bersikap.

Entah dorongan dari mana hari itu kami resmi berteman hmm lebih tepatnya sih antara teman dan sahabat. Kami sering berkelahi, rasanya pun tiada duka maupun amarah di antara kami. Biasanya kami nongkrong bareng teman kami yang lain tapi entah lah mengapa Itha akhir-akhir ini menjaga jarak antara kami semua bahkan Ia memutuskan kontak komunikasi yang ada di antara kami, Ia juga lebih cenderung asik dengan teman-teman yang perempuan. Seolah ada tembok besar yang telah Ia bangun antara kami dan Dia yang aneh adalah ia peduli padaku ketika ia hanya butuh teman curhatan ataupun sandaran duka lebih bodoh laginya diriku yang tak menepikan sabar ku hanya untuk melontarkan kata kasar tatkala Ia juga mencibirku ketika sesekali diriku berkumpul bersama dirinya serta teman-teman perempuannya itu.

Susah ku jabarkan apa yang terjadi hari ini, Arnold ya dia ini hari menembakku di depan teman-teman ku yang kebetulan memilih nongkrong di kelas ku. Aku yang shock dan tak tahu mesti gimana hanya menunjukkan wajah bingung di campur tegang ku. Jujur saja ini pengalaman pertamaku saat seseorang menyatakan cintanya secara langsung di depan banyak orang dan di depanku bahkan yang parahnya aku baru mengenalnya kemarin. Sungguh tragedi yang membuatku ingin meloncat dari lantai 3 lalu menghilang bagai abu.

Kurasa mereka yang berada di kelas dan termasuk teman-temanku memakukan tatapannya padaku dan Arnold. Teman-temanku yang seolah mengerti dengan situasi yang tengah ku hadapi langsung mengambil alih.

"Heh,ck lu lupa tania yah?" Kata azka

"Amnesia mungkin hahahaha" seraya memandang mengejek

"Kalo jadi cowok gentle dikit napa? Mau ganti kelamin, hm." Lanjut Arland ketika Arnold hampir berujar kembali

"Ini urusan gue,lu pada pergi deh gangguin gue aja lagian Airlyn bukan apa-apa lu pada, lagian nih Tania tuh bukan apa-apa gue." Kata Arnold

"Boleh gue bicara?" Kata Altha

"Silahkan" kata Arnold dengan tatapan bingung

"Kami ini temannya Ara,orang bajingan dan tidak punya hati ngak pantas dapat Ara." Jawab Altha dengan wajah datar disertai tatapannya yang tajam.

_Altha_

Saya tahu saya marah maka dari itu saya berujar sekasar itu. Ku lihat Ara betambah gugup, takut, dan malu. Ku tarik tangannya agar Ia paham saya peduli padanya,agar ia paham saya ingin melindunginya. Ku bawa ia ke rooftoop sekolah kesannya agar ia lebih tenang. Saya percaya suasana yang tenang di sertai udara yang sejuk dan juga makanan ataupun minuman kesukaan dapat menurunkan kadar stres, emosi maupun sedih. Bukan maksud apa-apa karena jujur berpengalaman soal pacaran pun tidak.

Ia kini duduk di depanku  keadaannya lebih baik daripada sebelumnya bahkan lebih menikmati minuman jeruk dan cake puding rasa jeruk itu entah darimana firasatku mengatakan demikian. Kuakui dia imut, cantik, elegan, cerdas, unik, barbar, kadang dia misterius karena dia bisa jadi apa saja, bisa punya sifat yang tidak mudah ketebak sehingga cukup sulit untuk mengkategorikan sifatnya. Ia begitu pandai soal mempelajari sesuatu yang berupa materi apapun kecuali perhitungan. Dia jagonya dalam berbahasa asing anehnya perhitungan yang paling mudahpun ia sudah linglung setengah mati bahkan dia mudah sekali menangis jika tengah belajar keras memahami tiap materi perhitungan. Ia juga mudah sekali menangis jika nilainya rendah dan mudah seperti patah semangat jika melakukan sesuatu yang baru namun bagiku itu hanya ungkapan betapa sulitnya ia lakukan hal itu buktinya setelah patah semangatnya ia bangkit melakukannya tak mengenal waktu.

Entah apa yang ada dipikiranku ketika kutatap dalam matanya saya dengan lancangnya mengungkapkan perasaanku yang entah kapan datangnya dan entahlah apakah perasaan ini nyata atau hanya sekedar kagum saja. Dapat ku lihat matanya yang membulat dan pipinya yang memerah lucu membuatku ingin segera mengacak rambutnya.

"Kalau semisalnya gue yang bilang begitu ke lu. Lu bakalan jawab apa perasaan gue?" Kataku

"Hah?" Kata Ara dengan gelagapan bercampur bingung

"Gue serius" ujar ku kembali dengan nada yang meyakinkan.

Semburat merah di wajahnya beserta ragu kembali tercetak di wajahnya. Perlahan tapi pasti dapat ku lihat anggukannya namun satu hal yang membuatku sedikit tersentak namun masih dapat memahaminya.

"Gue nerima lu, tapi bantu gue mencintai lu gue masih trauma pacaran apalagi setelah setahun yang lalu gue pacaran ma Ardi walaupun cuma sebentar tapi sampai hari ini gue masih belum bisa lupain dia sepenuhnya. Gue buka hati gue biar gue ngak buta akan orang yang suka sama gue apalagi sampai ngebucin lalu ngelupain ngumpul bareng lu pada" kata Ara dengan kapala tertunduk malu.

Saya hanya mengacak rambutnya, sesekali meyakinkannya bahwa saya mampu membantunya melupakan Ardi dan bisa mencintaiku. Lebay mungkin tapi tak ada salahnya karena lebih baik begitu daripada bersikap dan berujar layaknya anak gaul tapi fake padahal yang lebay itu lebih real dari diri sendiri. Ya tanggal 28 bulan 5 tepat adalah hari jadi kami. Tak ada yang terlalu spesial untuk mendapatkan bahagia kami semuanya berjalan baik-baik saja. Kami berpacaran pun tak perlu mewah. Cukup sederhana namun itu yang dapat membuat kami bahagia. Kami tak pernah mencampurkan emosi marah ketika sedang punya permasalahan kami selalu berbicara baik-baik bahkan kami selalu bertemu ketika sedang punya masalah.

Kami punya hobi yang sama yaitu membaca, traveling, ataupun mendengarkan musik. Yah, walaupun kuakui saya menyukai gendre rock sedangkan dia menyukai K- pop. Kami biasa menghabiskan waktu bermain di dufan, atau menonton, mencari buku yang baru, membahas tiap buku dan berujung dengan berdebat namun selalu kami selesaikan dengan tawa. Tiap kami kembali ke rumah masing-masing dan punya waktu luang kami menghabiskannya dengan bertelepon atau vidio call sampai kami terlarut dalam tidur. Biasanya kami mengerjakan tugas atau belajar bareng terlebih dahulu. Jika ada pekerjaan rumah kami menyelesaikannya terlebih dahulu saat selesaipun saya biasa melihat jam dulu jika sudah larut maka saya mengharuskannya tidur beda lagi jika hanya belajar. Jika sekedar belajar paling lama kami menghabiskan waktu hingga jam 11 jika terlalu keasikan namun jika lagi malas kami cuma belajar seperlunya lalu kami lanjut dengan bergurau.

Dia benar-benar menggemaskan ketika ku perkenalkan dengan adik-adik kecil ku saat di kampung, saat ia menikmati makanan dan minuman kesukaannya, serta ketika ia cemberut hanya karena merebut minnie "boneka panda kesayangan Ara" hanya dengan mengingatnya saja mampu membuat kita tak kehabisan topik setiap berjumpa secara langsung maupun tidak.

Kami juga sudah saling bertukar pengalaman terburuk, kebiasaan buruk yang hanya kami dan Allah yang tahu. Tak pernah sekalipun niatku untuk menyakitinya ataupun membuatnya bersedih karena membuatnya tersakiti dan menangis sama saja jika saya melakukan yang demikian kepada ibuku. Entah kebetulan ataupun tidak sering sekali apapun yang saya lakukan itu mirip dengan apa yang ia lakukan.

_______________________________________

Hy guys,

Ok gue tau gue salah jadi gue minta maaf lagi😓 maafkan diriku yang telat post layaknya siput...

Tinggalkan jejak kalian guys

Gue juga butuh komen dan saran mu bambang😘. Jgn baper oyyyy... ati gue udah kepincut bang jeon ma bang daehwi soalnya... 😂😂😂

IRIDESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang