Pait pait pait pait 😂😂
_________________________Violet merasa lebih baik dan lebih siap pagi ini. Setelah ia lepaskan semuanya tadi malam. Kenangan juga harapan. Baginya, sejak pertama kali ia pijakkan kakinya turun dari Bianglala malam tadi, adalah awal yang baru. Untuk hatinya.
Violet masuk ke dalam lift bersama dengan beberapa karyawan lain. Pintu sudah hampir tertutup saat salah seorang menahan itu, menyadari kedatangan Jovan.
"Terima kasih," kata Jovan pada lelaki itu saat masuk dalam lift. Dan detik berikutnya matanya menangkap Violet di sudut lain.
Violet menganggukkan sedikit kepalanya untuk menyapa dengan wajah datar. Dan kemudian menatap ke arah lain. Ia sudah memutuskan ini. Akan bersikap selayaknya saja. Menghormati Jovan sebagaimana menghormati pak Adi. Tak akan menghindar atau bersikap lain. Dan inilah titik baliknya. Titik yang menunjukkan bahwa ia sudah melepaskan semuanya. Dan hubungannya dengan Jovan hanya sebatas atasan dan bawahan. Tak lebih dari itu.
Perlakuan wajar yang jujur saja justru terasa menyakitkan bagi Jovan.
Setelah beberapa saat pintu lift terbuka. Beberapa karyawan keluar dari lift, mengurangi penghuninya. Jovan kembali menoleh menatap Violet saat pintu tertutup. Violet menyadarinya, hanya pura-pura tak tahu dan lebih memilih untuk menatapi lantai lift untuk mengacuhkannya.
Tak lama akhirnya lift sampai di lantai 5. Pintu terbuka dan beberapa orang keluar, termasuk Jovan dan Violet. Jovan yang tadinya ada di depan berjalan lebih dulu dengan Violet di belakangnya. Detik berikutnya ia berhenti dan menoleh pada Violet lagi. Violet hanya diam dan melewatinya begitu saja. Jovan sadar Violet sengaja melakukan itu. Dan ia tak tahan diperlakukan begitu oleh wanita ini. Ia menghampiri dan menahan tangan Violet.
Violet terkesiap. Menoleh dan kini jadi cemas. Tiba-tiba teringat di benaknya, betapa nekat manusia satu ini. Ia takut Jovan akan melakukan kenekatan itu sekarang. Disini di depan orang-orang yang beberapa sudah bertanya-tanya penasaran melihat adegan Jovan yang menahan tangan Violet itu.
"A-ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya Violet berusaha tetap tenang dan bersikap wajar, sewajar sikap seorang karyawan pada atasannya.
Dan Jovan justru makin geram mendengar pertanyaan dengan bahasa formal itu. Ia buang nafasnya dengan kesal. Setelah itu kembali berjalan dan menarik Violet bersamanya.
"Ya. Ke ruangan saya sekarang!" Jawab Jovan.
Violet mulai berdebar. Takut dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Ia yakin ini tak akan ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Jovan saja mencengkeram pergelangan tangannya dengan begitu kuat. Menyeretnya begitu saja tanpa perdulikan tatap yang makin penasaran penuh tanya dari karyawan lain.
Violet berhenti dan menarik tangannya dengan paksa. Jovan ikut berhenti dan menatapnya.
"Saya bisa jalan sendiri pak," kata Violet mengelusi pergelangan tangannya.
Jovan menyetujui itu. Ia kembali berjalan dengan Violet mengikutinya. Namun mereka tetap saja menarik perhatian. Bagaimana tidak. Jovan berjalan nampak tergesa-gesa. Dan Violet jelas terlihat sedang mengikutinya karena terkadang harus berlari kecil untuk mengejar langkah besar itu.
Tak butuh waktu lama untuk sampai tempat tujuan mereka. Jovan masuk ke ruangannya dan Violet hanya mengikuti saja. Jovan cepat berbalik dan mengungkung Violet seraya ia tutup pintu ruangannya.
Violet sudah menahan nafas ditatapi Jovan sedekat ini setelah sekian lama. Mau tak mau dadanya berdebar sebab terkejut. Mau tak mau kenangan demi kenangan kembali merundungnya.
"Pak...
"STOP!!" Kata Jovan memotong dengan geram. Membuat Violet terpekik hingga matanya mengerjap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Berandalan [Terbit]
Romance#21+ Lanjutan dari Berandalan... Baca "Berandalan" dulu sebelum baca story ini Sudah terbit cetak, juga tersedia e-booknya di playstore >> https://play.google.com/store/books/details?id=PBKhDwAAQBAJ