Alana duduk di antara temannya yaitu Kiara juga Tasya dengan wajah kusutnya, ia berada di tengah-tengah mereka tapi temannya itu malah asik ngobrol berdua sambil mengerjakan tugas sedangkan Alana di diamkan.Pernah juga Alana ikut berbicara dan ia malah mendapat lirikan aneh dari Tasya, ia tahu dari sudut matanya hal itu sudah membuat moodnya hancur.
Lalu ia ingin ikut menerjakan tugasnya namun mereka tiba-tiba bilang akan menyudahinya karena malas dan ketika Alana kembali keposisi duduk santainya mereka dengan perlahan mulai melanjutkan tugasnya, ini benar-benar menyebalkan, ini terasa seperti mereka yang tak mau Alana bantu mungkin karena Alana terlalu bodoh, ceroboh dan memiliki hal buruk lainnya.
Moodnya sudah terlanjur hancur tak ada yang bisa mengubahnya, ia ingin pulang tapi ini belum waktunya pulang, Alana benar-benar kesal rasanya ia ingin membakar sekolah saja.
Ia sudah tak peduli lagi dengan tugas kelompoknya, lebih baik ia tak memiliki kelompok jika begini terus, Alana melirik Kiara yang sedang asik tertawa bersama Tasya, Kiara memang begitu jika ada seseorang yang tampak lebih baik dari Alana, dia jadi suka melupakan Alana, apakah yang seperti itu namanya sahabat?
Alana punya banyak teman tapi terkadang ia tak merasa memliliki satu pun, hidupnya terasa menyedihkan sekali.
Matanya menangkap Athalan yang tengah duduk di sebuah kursi yang jaraknya tak jauh dari meja Alana, dia sedang meminum air mineralnya dan pandanganya tak pernah berpaling dari Alana.
Ia menjadi teringat kejadian kemarin yang dimana Athalan menemaninya jalan-jalan dan menuduh Alana jika ia itu marah karena kata 'karena gue cemburu' itu bohong, jujur saja kemarin Alana tidak marah.
Saat ini ia tak ingin memikirkan Athalan, ia ingin menjernihkan pikirannya yang sudah penuh dengan hal-hal negatif tentang masalahnya dengan teman-temanya sehingga ia bangkit dari duduknya tanpa ijin terlebih dahulu pada kiara.
Ia berjalan dengan cepat tanpa mendengarkan sahutan Kiara di belakangnya, ia terus berjalan sampai akhirnya kakinya itu berhasil mengantarkannya ke sisi lapangan sekolahnya yang dimana disana ada kursi kayu panjang yang memiliki sandaran.
Ia duduk disana sambil mengambil Handphonenya yang telah dililit dengan kabel earphonenya, setelah memakai earphone itu di kedua telinganya Alana memainkan lagu lean on me by seventeen di handphonenya, Alana menyandarkan punggungnya dengan mata yang tertutup.
"Geser."
Alana membuka kedua matanya dan ia langsung menggeser badannya sehingga ada ruang untuk di duduk laki-laki itu dan by the way dia adalah Athalan, ia membiarkan Athalan duduk bersamanya karena Alana tahu Laki-laki itu tak akan merusak ketenangannya.
Ia melihat Athalan dengan tiba-tiba mengambil salah satu earphone yang tengah Alana gunakan dan kemudian Athalan menyumpalkan benda itu di telinganya, tak sopan sekali.
Namun Alana tak peduli ia kembali menutup matanya sambil menikmati angin yang menyapu wajahnya dan juga lagu yang saat ini ia dengarkan.
"Lo kenapa?" Tanya Athalan membuat Alana kembali membuka matanya dan menoleh pada laki-laki yang tengah melihat ke arah langit yang cerah.
"Gak papa." Jawab Alana.
"Lo emang pendiam tapi gue bisa membedakan mana lo yang diem karena gak ada masalah dan lo yang diem karena adanya masalah." Ucap Athalan, kali ini mata mereka bertemu.
"Aku emang lagi kesel sama Kiara sama Tasya juga, mereka itu ngeselin banget! Kalo mereka gak mau aku bantuin karena aku gak bisa di percaya ya ngomong aja jangan pake cara yang tadi, mereka itu-" Alana tiba-tiba saja menghentikan ucapanya ketika sadar dengan apa yang ia ucapkan.
Ia tak seharusnya membicarakan ini pada Athalan atau bahkan siapapun, jadi sekarang yang Alana lakukan adalah menutup mulutnya dengan rapat dan berharap jika Athalan tak mendengar semua ucapanya tapi itu mustahil, pasti Athalan mendengarkan semuanya.
"Gak papa Alana ceritain aja, gue gak bakalan ngasih tahu hal ini ke siapapun." Ucap Athalan dan Alana hanya diam.
"Kalo lo mendem masalah lo sendiri, lo bisa stress." Tambahnya lagi.
Alana dengan cepat menarik earphonenya di telinga Athalan kemudian ia pergi meninggalkan laki-laki itu, jika Alana tetap berada disana ia pasti akan menceritakan semua keluh kesahnya pada Athalan, ia tak ingin semua itu terjadi.
Alana tak ingin menjadi dekat dengan Athalan, ia harus menghentikan hal ini sebelum semuanya semakin mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athalan
Teen Fiction"Kamu ngijinin dia masuk ke dalam kehidupan kamu sama aja kayak kamu ngundang masalah dan jika kamu sudah terjebak dalam masalah itu hidup kamu gak akan tenang bahkan hati kamu juga akan berpotensi hancur, jadi jangan coba-coba berteman sama dia, se...