Alana datang kesekolah sedikit siang karena ia terlambat bangun di tambah ia harus menunggu lama tukang ojek yang sudah orang tuanya sewa untuk mengantar jemput Alana disekolah.
Ketika Alana berjalan di koridor sekolahnya, ia melihat beberapa orang berdiri di depan ruangan Kesiswaan mereka terlihat sedang menyaksikan sesuatu di dalam ruangan itu melalui kaca jendela.
"Ada apa?" Tanya Alana pada Kiara yang juga sedang ikut-ikutan ngintip, dia memang suka kepo terhadap semua hal yang menurutnya mencurigakan.
"Itu si Athalan berantem sama anak sekolah lain di depan sekolah, cari mati banget kan"jawabnya tanpa menoleh pada Alana yang berdiri tepat disebelahnya, dia hanya fokus melihat sesuatu di dalam ruangan itu dari pintu yang sedikit terbuka.
Meskipun Alana di acuhkan oleh Kiara, dia masih saja diam disana namun ia tak melakukan apa yang Kiara lakukan, Alana hanya diam menunggu temannya itu selesai dengan Aktifitasnya karena Alana tak ingin diam di kelas sendirian.
Alana dibuat kaget dengan suara pak Deri yang sedang menyuruh semua siswa-siswi yang sedang berkumpul di depan ruang kesiswaan untuk ke kelas dengan suara kerasnya dari tempatnya ia bisa melihat 2 orang laki-laki duduk berdua di sofa.
disana ada Athalan dan siswa dari sekolah lain yang mukanya sudah babak belur karena mungkin di pukuli Athalan sebenarnya tak hanya dia namun Athalan juga memiliki beberapa luka di wajahnya namun tak separah laki-laki itu.
Mata Alana bertemu dengan Athalan, mereka bertatapan namun itu tak berlangsung lama karena Kiara keburu menariknya untuk pergi dari tempat itu dan berjalan ke kelas.
Ia tak pernah tahu bagaimana jalan pikiran Athalan, apa menurutnya dengan kekerasan akan menuntaskan masalah? Alana pikir laki-laki itu akan menyimpan kata-kata Alana kemarin di otaknya tapi ternyata tidak dan ntahlah hal itu membuatnya merasa kesal.
Alana juga Kiara terus berjalan menuju kelasnya dengan mulut yang tertutup rapat, sampai akhirnya mereka sudah sampai di kelas dan bahkan mereka sudah duduk berdampingan di bangkunya tapi tetap saja tak ada yang berbicara.
Alana memang saat ini sedang sibuk memikirkan tentang Athalan yang selalu berkelahi, ia ingin tahu kenapa dia benar-benar hobi dalam menyiksa orang lain, itu yang ada di pikiran Alana yang membuatnya menjadi diam seribu bahasa.
Alana melihat seorang perempuan berlari masuk kedalam kelasnya dan berhenti di depan bangkunya, dia adalah temannya di organisasi PMR dulu.
"Alana bantuin gue ya." Ucapnya.
"Bantuin apa?" Tanya Alana.
"Gue tahu lo itu mantan PMR tapi please tolong obatin orang yang Athalan pukulin ya?"
"Tapi kenapa enggak kamu aja?"
"Gue lagi sibuk belajar buat ujian harian yang akan di mulai beberapa menit lagi dan lo tahu sendirikan kalo cuma gue satu-satunya orang yang bertahan di organisasi itu, jadi please bantuin gue oke?"
Alana pun mengangguk dan langsung berjalan ke arah UKS bersama temannya yang bernama Amanda itu, untuk menuju ke UKS memerlukan waktu yang cukup lama karena jaraknya yang jauh dari kelasnya dan dalam perjalanan itu mereka gunakan untuk membicarakan tentang Athalan.
"Si Athalan bisa membuat reputasi sekolah kita hancur kalo gini terus." Gerutu Amanda dan Alana menganggukan kepalanya karena ia memang sangat setuju dengan apa yang dikatakan Amanda.
"Tanpa harus berkelahi pun dia udah keren, iya kan?" Tanyanya dan Alana mengangguk lagi karena ya Athalan memang keren namun kelakuannya yang tak keren.
"By the way, kamu tahu gak kenapa kepala sekolah bisa nerima murid dengan reputasi buruk kayak Athalan?" Tanya Alana.
"dia itu cucu dari pemilik sekolah kita dan ya tentu saja kakek juga neneknya itu bisa dengan mudah memasukan cucunya Kesekolah ini, gue kekelas duluan ya makasih udah gantiin gue, bye!"
Alana tersenyum dan melambaikan tangannya pada Amanda sebelum akhirnya ia masuk kedalam UKS yang dimana disana ada seorang laki-laki dari sekolah lain, dia sedang mengobati lukanya sendiri, Melihat itu Alana pun langsung berjalan dengan cepat ke arahnya.
"Biar aku aja yang ngobatin." Seru Alana sembari mengambil kapas yang sudah di lumuri oleh obat merah.
Ia menaikan dagu laki-laki itu untuk bisa melihat dengan jelas luka yang akan ia obati dan ketika Alana akan mulai mengobati luka itu tiba-tiba saja seseorang menariknya untuk keluar dari UKS dan Alana memutar kedua bola matanya ketika tahu jika orang itu adalah Athalan.
Mereka berdiri berhadapan dan Alana mendongkak untuk bisa membalas tatapan tajam dari Athalan.
"Jangan ngobatin dia." Ucapnya dan tentu saja hal itu membuatnya terkejut bukan main, apa maksudnya coba?
"Kalo gue ngeliat lo ngobatin dia gue akan buat hidup lo gak tenang, ngerti?" Alana mengerutkan keningnya ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan.
"Gue gak becanda ya Alana." Laki-laki itu pergi dari hadapan Alana dan tentu saja ia tak akan kembali masuk kedalam UKS Alana akan mengikuti kemauan Athalan itu pun untuk kebaikan dirinya sendiri.
Namun sebelum pergi ia menyuruh Adik kelasnya yang kebetulan lewat untuk mengobati laki-laki yang dipukuli oleh Athalan itu, tentu saja Alana tak akan membiarkannya mengobati lukanya sendiri hidup Alana terjamin aman dengan cara seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athalan
Novela Juvenil"Kamu ngijinin dia masuk ke dalam kehidupan kamu sama aja kayak kamu ngundang masalah dan jika kamu sudah terjebak dalam masalah itu hidup kamu gak akan tenang bahkan hati kamu juga akan berpotensi hancur, jadi jangan coba-coba berteman sama dia, se...