♡ 07 ♡

38 8 0
                                    

Pada jam 10 malam Alana keluar dari rumah untuk jalan-jalan mengelilingi komplek rumahnya yang sudah cukup sepi, hal ini dikarenakan orang tuanya yang sedang bertengkar dan yang paling menyedihkan adalah ketika tahu jika Alana yang menyebabkan mereka bertengkar.

Semua itu berawal dari Ayahnya yang mengetahui jika nilai Alana yang mulai turun dan Ayahnya itu menyalahkan ibunya dan ibunya memutar balikan ucapannya, terus saja seperti itu dan Alana memilih untuk keluar rumah demi telinga, hati juga matanya yang malang, meskipun Alana sekarang sudah berada di luar rumah namun tetap saja ia memikirkan orang tuanya itu dan sesekali air matanya jatuh.

Alana terus saja berjalan tanpa arah ia membiarkan angin malam menyapu anggota badannya, ia ingin air matanya beku agar ia tak menangis lagi.

"Nyari tukang nasi goreng lagi?" Seru seseorang membuat Alana dengan cepat menoleh ke arahnya.

Ia melihat Athalan tengah berdiri di depan sebuah pagar rumah dia tengah merokok karena ia melihatnya mengeluarkan asap memalui mulutnya, Alana tak suka bau asap rokok itu namun ia tak bereaksi apa-apa ia hanya memperhatikan Athalan dia terlihat keren dengan caranya menyesap dan mengeluarkan asap melalui mulutnya.

"lo kenapa?" Tanya Athalan yang membuat Alana tersadar dari lamunannya, Alana tak menjawab pertanyaan Athalan ia langsung berjalan begitu saja melewatinya.

Ia sedang malas untuk berbicara dengan si bad boy itu karena nantinya Athalan hanya akan membuat moodnya semakin buruk.

Beberapa menit kemudian Alana masih saja berjalan tanpa arah, meskipun begitu Alana menyukainya, ia suka ketika hembusan angin menyapu wajahnya itu terasa menyegarkan, Alana menghentikan langkahnya ketika menyadari kehadiran seseorang disampingnya.

"Athalan, ngapain kamu disini? Kamu ngikutin aku? Gak ada kerjaan banget." Ucap Alana seraya memutarkan kedua bola matanya namun laki-laki itu tak membalas ucapannya ia hanya memandang langit yang di penuhi oleh bintang.

Alana kesal ketika Athalan tak menjawab pertayaanya sehingga ia pun melanjutkan perjalanannya, di menit berikutnya laki-laki itu kembali muncul di sampingnya dengan kedua tanganya yang dimasukan kedalam saku jaketnya.

Kali ini Alana tak menghentikan langkahnya, ia membiarkan laki-laki itu berjalan disampingnya, ia tak tahu apa maksud Athalan tapi yang pasti ia sangat berterimaksih karena dia mau menemaninya.

Sudah hampir 20 menit mereka berjalan mengelilingi komplek perumahanya namun salah satu dari mereka tak ada yang membuka pembicaraan, Alana tak masalah dengan itu Athalan mau menemaninya saja ia sudah senang.

Ia sudah sering jalan-jalan keluar rumah pada malam hari dan rasanya sangat berbeda ketika Athalan menemaninya dan jujur saja rasa sedih Alana hilang begitu pula dengan pikirannya, sekarang Alana tak memikirkan orang tuanya lagi dan Athalan lah yang kini ada di dalam kepala Alana, itu tak masalah bagi Alana setidaknya ia bisa melupakan masalahnya.

"Itu ada tukang nasi goreng, lo mau?" Tanya Athalan setelah menunjuk gerobak penjual nasi goreng Favoritnya.

Alana lumayan lapar dan ia juga cukup merindukan rasa nasi goreng itu, Alana pun menganggukan kepalanya sebagai jawabanya kemudian mengikuti Athalan yang sudah berjalan duluan kearah pedagang nasi goreng.

"Bang beli 2 ya, makan disini." Ucap Athalan.

"yah nasinya cuma ada buat 1 piring." Seru Abang penjual nasi goreng itu yang sering Alana panggil bang Tio.

"Gak papa, buatin aja."

"Oke."

Alana memperhatikan Athalan yang kini sedang duduk, apa nanti nasi gorengnya itu akan diberikan pada Alana atau hanya untuk dia sendiri? Tapi menurut Alana sih nasi goreng itu cuma untuk dirinya sendiri Athalan bukan tipe laki-laki gentleman yang menomber satukan perempuan.

"Duduk neng." Sahut Bang Tio.

Alana pun duduk di kursi yang berada di samping Athalan dan ya seperti biasa tak ada obrolan di antara mereka sampai Akhirnya Bang Tio memberikan sepiring nasi goreng pada Athalan.

"Lo duduk di kursi itu." Ucap Athalan dan Alana hanya mengikuti  apa yang Athalan suruh.

Athalan meletakan nasi goreng itu di kursi yang tadinya di duduki Alana kemudian dia mengambil 2 sendok yang satunya Athalan berikan pada Alana, gadis itu tak langsung mengambil sendoknya ia tercengang dengan apa yang Athalan lakukan, jadi dia akan makan sepiring berdua bareng Athalan?

"Cepet ambil, mau makan gak?" Tanyanya, Alana hanya mengangguk lalu mengambil sendok tersebut dari tangan Athalan.

Alana melihat Laki-laki yang duduk di hadapanya itu mulai memakan makananya dia tak terlihat gugup dan Alana memang seharusnya tak merasa gugup karena ini itu cuma makan biasa bukan nge-date, gadis berambut coklat itu mulai menuapkan nasi goreng kedalam mulutnya.

"Athalan aku mau nanya." Ucap Alana setelah menelan nasi gorengnya itu.

Laki-laki itu tak membalas ucapan Alana ia hanya menoleh padanya seolah dia berkata 'nanya aja.'

"Kenapa kamu ngelarang aku buat ngobatin cowok yang kamu pukulin kemarin?" Tanya Alana.

Athalan berpikir sesaat sebelum akhirnya membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan dari Alana.

"Karena gue cemburu."

Mata Alana terasa hampir jatuh dari tempatnya saking terkejutnya mendengar jawaban Athalan, apa dia benar-benar serius dengan apa yang dia katakan.

"Kamu gak bisa cemburu sama aku." Ujar Alana.

"Kenapa gak bisa?"

"Kamu, kamu punya perasaan ke aku?" Tanya Alana dan Athalan mengernyitkan keningnya.

"Enggak."

"Terus kenapa kamu bilang cemburu?"

Lagi-lagi Athalan terdiam dan bahkan laki-laki itu kembali fokus dengan makananya ia tak memperdulikan seseorang yang ada di hadapanya, untung saja Alana tak terbawa perasaan, Athalan tak mungkin mencintainya.

Setelah Alana juga Athalan selesai makan dan membayar makanan itu (Athalan yang bayar) mereka kembali melanjutkan perjalannya kali ini mereka punya tujuan yaitu rumah masing-masing.

Seperti biasa tak ada yang berbicara, keduanya terfokus dengan pikiranya masing-masing, Alana sangat kebingungan dengan maksud Athalan, kenapa dia mengatakan jika dia cemburu? jika Athalan tak ingin menjawab pertanyaan Alana tak apa-apa karena apapun Alasannya itu tak penting bagi Alana.

"Lo pulang sendiri ya, gue mau pergi ke suatu tempat dulu."

"Yeahh whatever"

"Lo ngambek?"

"Enggak." Jawab Alana cepat, dia tak marah pada Athalan, serius.

"Gue tahu lo ngambek." Alana memutar bola matanya.

"Lo ngambek karena gue gak bisa nganterin lo pulang atau karena jawaban gue yang penuh dengan kebohongan tadi?"

Refleks Alana menoleh padanya, apa Athalan mengira jika Alana marah karena Athalan tak benar-benar cemburu padanya ?.

Tak ada yang Alana ucapkan, ia pergi begitu saja meninggalkan Athalan di belakangnya, ia tak ingin berlama-lama dengan laki-laki yang memiliki tingkat percaya diri yang sangat tinggi itu.

AthalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang