"Makasih, kak." Ucap Alana pada kakaknya yang baru saja sampai kesekolah untuk memberikan baju olahraga milik Alana yang ketinggalan.
Nama kakaknya itu Altha saat ini dia sedang sibuk kuliah di Universitas ternama di daerahnya, dialah yang selalu di banggakan oleh kedua orang tuanya tapi Alana tak membenci kakaknya bahkan ia bangga jika kakaknya itu sangat pintar, Alana hanya benci pada orang tuanya yang selalu membandingkan Alana dengan kakaknya.
dari sana orang tuanya itu lebih memperhatikan Altha dan perhatiannya pada Alana mulai berkurang mungkin karena Alana jarang membanggakan kedua orang tuanya, Alana sedih karena ia tak bisa seperti kakaknya dan ia menjadi tambah sedih dengan perlakuan tanpa sadar orang tuanya.
"Sama-sama, kakak pergi dulu ya belajar yang pinter." Ucap kakaknya sebelum kembali masuk kedalam mobilnya.
Setelah melihat Kakaknya itu pergi Alana kembali masuk kedalam sekolah dan berjalan dengan cepat ke Toilet sekolah untuk berganti baju.
Saat sampai di toilet Alana langsung mengganti bajunya dengan cepat karena pasti pelajaran olahraganya sudah dimulai dan Alana tak ingin dihukum karena datang terlambat.
Setelah berganti baju, gadis itu berjalan ke arah kelasnya dari koridor tempatnya berjalan Alana bisa melihat teman-temannya sedang berkumpul di lapangan, mereka sepertinya sedang mendengarkan penjelasan dari pak Fitra selaku guru olahraga.
perempuan berambut coklat itu terus berjalan namun ia tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika ia melihat seseorang sedang memasukan 2 buah botol kaca kedalam sebuah tas dan orang itu terlihat terkejut ketika melihat Alana yang berada diambang pintu.
Setelah orang itu menutup kembali tasnya dia pergi begitu saja melewati Alana dengan kepala yang dia tundukan, cukup mencurigakan.
"Alana, ayo cepet kelapangan." Seru Ketua kelasnya yang membuatnya terlonjak kaget.
"I-iya." Alana langsung melanjutkan perjalanannya ke kelas dengan pikiran yang di penuhi oleh pertanyaan tentang orang yang mencurigakan itu.
****
Alana melihat ada mobil polisi memasuki parkiran sekolahnya dan feelingnya mengatakan jika hal buruk akan terjadi, tidak mungkin jika pak polisi itu datang hanya untuk berpidato karena sekarang bukan hari senin dan sekarang pun sudah terlalu siang untuk upacara.
Beliau datang pun pasti bukan karena akan mengisi seminar karena Anggota Osis tak terlihat sedang sibuk, ketua osisnya pun bahkan sedang mengikuti pelajaran olahraga bersamanya.
Tak hanya Alana saja yang memperhatikan para polisi itu masuk kedalam sekolahnya tapi semua orang yang ada di lapangan termasuk guru olahraganya juga dan beliau langsung mengikuti mereka masuk kedalam sekolah mungkin untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
"Ini ada apa sih?" Tanya Alana pada Ketua Osis yang kebeutulan sedang duduk di sampingnya.
"Gak tahu, bentar gue mau nyari tahu dulu." Jawabnya sebelum bangkit dari duduknya dan berjalan memasuki sekolah dan tak hanya dia yang pergi kesana tapi sebagian teman sekelasnya pun kesana untuk mencari tahu.
Sudah hampir 15 menit teman-temannya belum kembali ke lapangan dan hal ini membuat Alana kesal, ia benar-benar ingin mengetahui apa yang sedang terjadi tapi teman-temannya tak ada yang datang untuk memberitahunya.
Alana akan mengikuti apa yang dilakukan teman-temannya yaitu masuk kedalam gedung sekolah dan mencari tahu permasalah yang sedang terjadi namun Alana merasa terpaku ditempat ketika matanya melihat bapak-bapak polisi keluar dari gedung sekolah bersama seorang siswa ditengah-tengah mereka.
Alana tak begitu terkejut ketika mengetahui jika Athalan lah seorang siswa yang berada di tengah-tengah para polisi itu.
"Athalan mulai menjalankan misinya." Gumam Alana yang sepertinya terdengar oleh Tiara yang duduk disampingnya karena tiba-tiba perempuan itu menoleh pada Alana setelah ia bergumam.
"Misi?" Tanyanya.
"Misi menghancurkan reputasi sekolah kita." Jawab Alana.
Alana melihat Kiara berlari kearahnya bersamaan dengan teman-temannya yang lain dan Alana merasa senang karena akhirnya ia bisa tahu apa yang sedang terjadi.
"Jadi, kenapa si Athalan di bawa sama polisi?" Tanya tiara mendahului Alana ketika Kiara sampai di hadapanya.
"Si Athalan bawa minuman keras kesekolah dan semuanya menjadi buruk ketika dia mukul guru." Jawab Kiara dan Alana memutar bola matanya sepertinya Athalan memang tak bisa menuntaskan masalah tanpa kekerasan.
"Kenapa dia bisa mukul guru? Alasannya apa?"
"Jadi gini, si Athalan itu ngomong kalo dia gak bawa Minuman keras itu tapi pak Deri gak mau ngedengerin ucapanya karena dia punya bukti yang kuat dan mungkin karena kesel Athalan langsung mukul pak Deri dan ya dia langsung nelpon polisi karena si Athalan yang udah keterlaluan." Jelas Kiara.
"Dia mau aja gitu pas dibawa polisi." Seru Tiara.
"Mungkin karena dia emang gak ngerasa bersalah jadi ya dia ikut polisi aja dan mengikuti semua tes untuk menunjukan bahwa dia emang gak bawa minuman itu."
Hal ini membuatnya teringat pada orang yang mencurigakan itu, ia yakin Athalan bukan orang yang membawa minuman itu, meskipun dia bad boy tapi Athalan tak terlihat seperti orang yang sering meminum minuman keras.
Alana perlu melihat botolnya untuk membuktikan Jika sebenarnya bukan Athalan yang membawa minuman itu dan si laki-laki mencurigakanlah yang membawanya, dia memfitnah Athalan, ini tak bisa dibiarkan.
Alana pun bangkit dari duduknya dan berlari kearah ruangan pak Deri untuk memperjelas semuanya, setelah melihat warna dan bentuk botol itu Alana mengatakan yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athalan
Fiksi Remaja"Kamu ngijinin dia masuk ke dalam kehidupan kamu sama aja kayak kamu ngundang masalah dan jika kamu sudah terjebak dalam masalah itu hidup kamu gak akan tenang bahkan hati kamu juga akan berpotensi hancur, jadi jangan coba-coba berteman sama dia, se...