-7-

28 7 0
                                    

.
.
.
Gadis itu masih menangis dalam diam. Menangis di rumah mewahnya yang amat kosong dan sepi. Menangis untuk mengeluarkan semua rasa sakit, di hatinya.
Mengapa mereka hadir ketika ia mulai menghapus sakitnya? Tidak tahukah mereka bahwa ia tidak membutuhkan mereka dan ia sedang melupakan mereka?
Tidak tahukah mereka cara meminta maaf karena kesalahan mereka terhadapnya?
Tidak tahukah mereka bahwa ia tidak membutuhkan sikap busuk mereka?
Itu sudah terlalu sakit.
Bagaimana akhirnya jika berteman kembali masih dalam keadaan sakit dan pada cerita akhir ia kembali sakit hati?
Bukan.
Bukan kembali.
Tetapi menambah.
Ya, menambah sakit.
.
.
Kahi mengusap wajahnya dengan kasar. Air matanya kini telah kering. Matanya pun menjadi seperti mata panda. Hitam. Kahi benci itu.
Kahi kini sedang mencari seluruh anggota keluarganya. Hm, sekadar mengingat kembali.
'Hahaha untuk apa gue inget mereka ya sedangkan mereka ga inget gue?'
Kahi tertawa hambar, menertawakan diri sendiri.
Ia kini sudah menemukan sebuah Kartu Keluarga yang telah usang. Anggota keluarga yang tidak pernah bersatu.
Anggota keluarga yang namanya sangat manis tetapi dalam keluarga, Keluarga Shareenja bukanlah termasuk Keluarga harmonis.

Nauvan Shareenja - Jasmine Natalia Shareenja
Mahisa Kalea Shareenja
Mahaesa Kalia Shareenja
Kaheiyang Alea Thuyya Shareenja
Kahieyang Alia Thuyya Shareenja

'Semua aja Shareenja. Keliatan banget keluarga So' harmonis' cibir Kahi dalam hati.
Mahesa, Mahasa. Gue gatau, kalian baik apa enggak. Gue belum pernah ketemu kalian..lagi."
.
.
.
.
.
Kahi memasuki kelasnya. Sebelum itu, ia tidak sengaja melirik sebuah mading. Hanya anak kelas 11 yang berkeliaran di sana. Kahi pun mendekati mading tersebut.
Rupanya pengumuman Peringkat PTS ternyata. Kahi melihat nama dirinya yang terdapat di bagian atas, yang berarti Ia menempati peringkat pertama, lagi.

1. Kahieyang Alia Thuyya Shareenja

Kahi tersenyum kecut. Setelah ini pasti akan di suruh mengikuti lomba akademik.
Namun, ekspresinya berubah ketika peringkat selanjutnya,

2. Fatih Satya Syeardin Azreel Kadhentaro

Adalah satya. Teman baru Kahi.
"Selamat Kahi."
Kahi membalikkan badannya. Satya lagi.
Kahi hanya mengangguk pelan dan meninggalkan Satya berdiri di sana. Berusaha menahan kekecewaan dan rasa sakit yang sedari tadi menyerangnya. Sedangkan Satya hanya menatap lantai keramik dengan perasaan kecewa.
'Maaf.' Batin Satya.
.
.
.
.
Satya's Home
.
19.00
.
"Azreel."
Satya menghembuskan napas.
"Ya, maaf, Ibu."
Wanita itu hanya menatap Satya, kecewa karena Satya tidak sopan dengan wanita tersebut.
"Azreel. Kenapa kamu begini?" Tanya Seli, Ibu dari Satya.
"Ada apa dengan keluarga Shareenja?"
Seli terkejut. Namun ia masih tenang.
"Baiklah, akan ibu jelaskan. Walau sebenarnya Ibu curiga kamu bertanya soal ini."
Fatih hanya meringis.
Rakha yang sejak tadi duduk diam di samping Fatih pun tertarik dengan hal yang bersangkutan dengan keluarga Shareenja.
"Sejak kami SMP, keluarga Shareenja telah hancur. Nauvan, ayah Kahi pun dijodohkan dengan Jasmine, ibu Kahi yang terkenal dengan playgirlnya. Sehingga pada akhirnya mereka jatuh cinta satu sama lain, dan anehnya... Anehnya Nauvan malah menjadi orang angkuh, dan menjadi pedofil. Ah tau kan pedofil? Sedangkan Jasmine, ia sering meniduri banyak lelaki, ia tidak suka anak kecil, dan terakhir. Ia sungguh psikopat. Gila bukan? Sejak itu kakak kembar Kahi ikut hancur, entah di mana mereka sekarang. Dan mungkin perlu kamu tahu. Di antara semua anaknya, Kahi dan Kahe paling suci. Dan karena itu lah Jasmine menjadikan dirinya menjadi orang gila. Menyedihkan bukan?"
Fatih bergidik ngeri.
"Keluarga macam apa ini?"
Seli tersenyum kecil. "Yang penting, kita tidak boleh seperti ini."
"Tapi Hiyang lebih penting Eomma!" Fatih mulai seperti anak manja. Tepatnya dibuat-buat
"Dih alay lu." Ejek Rakha. "Syirik Lu?"
"Ogah anjay"
"Ups kalian bahasanya.."
Rakha dan Fatih menyengir kuda.
.
.
.
Fatih masih memikirkan keluarga Kahi. Keluarga mereka pintar di atas rata rata, bahkan tidak normal. Sesuai perkataan Ibunya, Jasmine, ibu Kahi memiliki IQ 142. Segitu saja, Fatih sujud syukur mempunyai IQ setinggi itu. Ayah Kahi pun memiliki IQ 140. Kahi? Tentu saja, 148. Itu pun katanya. Sangat langka bukan? Keluarga aneh dan hampir sempurna. Punya 4 anak, tapi cerai. Wajarnya ketika seorang pasangan memiliki anak 1 dan tak lama biasanya mereka cerai cerai. Dan ini? 4 anak, lebih dari 4 tahun bukan mereka bersama ?
Jasmine, psikopat.
Nauvan, sang angkuh.
'Ngapain mereka nikah? Memalukan.' Batin Fatih.
Fatih mengusap mukanya, frustasi.
.
.
.
.
.
Kahi siap berangkat sekolah. Ia memakai headphone, dan menggeraikan rambutnya. Tidak lupa ia memakai liptint, dan ah pokoknya Kahi berubah!
Ini benar benar bukan Kahi.
.
.
"Kahi baru telah siap." Gumam Kahi.
Kahi pun mengambil kunci mobilnya.
Dan bukankah mobilnya ia berikan kepada Fatih?
Jawabannya iya.
Sebenarnya Kahi mempunyai mobil lagi, namun agak kecil dan tidak terlalu mewah.
.
.
.
"Itu Kahi? Wah beda banget"
"Digerai rambutnya makin cantik gelaa"
"Dih banyak gaya"
"Sok cuek"
"Cantik amad neng"
Kahi menghela napasnya. Masih pagi, main hujat? Sudah biasa.
"Holaa Kahii" sapa Shakira. Seperti biasa tiba-tiba muncul di samping Kahi. Ia menepuk pundak Kahi, sehingga Kahi cukup terkejut.
"Lo beda banget hari ini, girl." Itu pujian apa komentaran ya?
"Hm" Kahi masih setia mendengar lagu favoritnya.
"Tumben lo suka lagu."
Kahi menatap Shakira.
"Apa lo liat liat gue Hi?"
Kahi mendengus kesal.
"Mau kemana lo? Maen lewat aja" protes Kahi.
Shakira sadar, ia dan Kahi melewati kelasnya.
"O iya, tapi lo juga kelewat," protes Shakira.
"Lo nya sih"
Shakira menderetkan giginya. "Maaf hehe"

"Eeehh Sakit njing"
Shakira dan Kahi menoleh ke asal suara.
Ternyata, ada segerombolan geng Fatih.
Ada Nathan, Leo Fatih, dan Anze.
"Lo fatih tumben ganti penampilan"
"Lo mau gue jitak, nyet?"
Fatih memakai masker dan tidak memakai pomade rambutnya sehingga kadar ketampanan nya bertambah. Eh?
'Bukannya ia gasuka masker ya? Apa emang traumanya hilang?' Kahi masih penasaran soal itu.
"Eh Hi masuk yu"
"Hm"
Fatih menyadari Kahi yang memasang muka penasaran. Ia tahu, pasti Kahi bingung dengan Fatih yang memakai masker.
"Jadi cewek itu yang lo suka?"
"Hm"
"Hm mulu perasaan, pusing gue" protes Anze.
"Diem anzeng."
Anze mendecih sebal.
.
.
.
.
Kahi ditambah penasaran setiap hari setelah insiden kejadian tersebut. Selain sering tidur di saat jam pelajaran, ia lebih sering dihukum karena kenakalannya. Apa mungkin, selama sekolah sebelumnya sering seperti ini? Atau, karena kejadian kemarin?
"Fatih! Sebelum kamu ke sini, sering dihukum?!" Tanya Pak Kemi, guru killer Kimia.
"Mungkin." Jawab Fatih dengan santai. Pak Kemi menekan pelipis Fatih. "Harusnya kamu berubah, bukan jadi anak nakal! Sana duduk!"
Fatih pun duduk kembali. Wajahnya tetap tenang dan tentunya.. tampan.
Kahi menepis kata 'tampan' itu.
'Ck berani beraninya gue nyebut dia tampan' batin Kahi, merutuki dirinya sendiri.
.
.
.
.
.
"Ck lo nunggu apa lagi sih?" Tanya Anze. Fatih dan Anze masih di dalam mobil di parkiran sekolah. Hampir 30 menit mereka terkurung di mobil gara-gara kelakuan Fatih yang tidak henti-hentinya menatap pintu keluar sekolah. Kaki Anze telah lumutan, gara gara si Fatih nunggu hal yang ga pasti.
"Bisa diem ga nzeng?"
"Lo harusnya kita langsung pulang. Paling enggak nunggu itu 5 menitan, lah ini mah bikin gue lumutan" protes Anze. Fatih pun mengangguk-angguk seolah-olah tidak mau diganggu. Tak lama, Fatih tidak lagi menatap kaca mobilnya itu, dan berkata,
"Yu balik" Anze membelakkan matanya ketika Fatih dengan santainya bernafas sangat lega. Rupanya Fatih hanya menunggu Kahi keluar dari gerbang sekolahnya bersama Shakira.
"Njing lu,"
"Apa si"
"Kita ngapain coba nunggu nunggu ga jelas terus lo sekarang seenaknya ngajak pulang?"
Protes Anze panjang lebar.
"Udah ngomongnya?"
"Goblok lu," kesal Anze. Anze pun memilih menyetir mobilnya, daripada menghadapi makhluk halus menyebalkan seperti Fatih.
'Untung aja lu temen gue, Tih'
.
.
.
.
Next engga nih? Hehehe jangan lupa vote+comment nya yaa. Jangan jadi pembaca gelap! Seram:/
Wkwkwk.

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang