#NowPlaying The Weeknd - I Feel It Coming Ft. Daft Punk.
.
Tell me what you really like
Baby I can take my time
We don't ever have to fight
Just take it step-by-step
I can see it in your eyes
Cause they never tell me lies
I can feel that body shake
And the heat between your legs
Aby menghela nafasnya.
Mendapatkan bos seperti Alfan Prasetya itu memberikannya perasaan senang dan juga kesal.
Tidak semua orang bisa mencapai posisinya sekarang. Aby harus berusaha keras untuk bisa menjadi asisten seseorang yang terkenal seperti bungsu Prasetya itu. Tidak ada yang tidak mengenal sosok itu. Mungkin di bagian ini, Aby merasa beruntung berada di posisinya.
Aby telah bersama Alfan lebih dari lima tahun. Bosnya itu merekrutnya dari inteview yang dilakukan oleh beliau sendiri dan Aby merasa tersanjung saat Alfan menerimanya langsung tepat setelah acara interview sekali.
Alfan lebih tua tiga tahun darinya dan Si Jenius Prasetya ini selalu mempunyai cara unik dalam pemikiran maupun kinerjanya. Aby cukup menyukai bosnya itu dan ia menyukai pekerjaannya itu.
Tapi hingga detik ini, ia merasa belum begitu mengenal Sang Bos. Apalagi akhir-akhir ini tingkah bosnya itu sangat berada di luar karakter.
Alfan seperti tidak mempunyai pengendalian diri. Sudah dua minggu lamanya, bosnya itu seperti uring-uringan. Entah sedang memikirkan apa tapi Aby menjadi pihak yang kerepotan di sini.
Pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh Alfan tanpa cela, sekarang terasa berantakan dan tidak sesuai aturan. Jelas saja Aby ingin menegur. Tapi melihat wajah kusut bosnya itu yang jarang sekali ditampilkan, ia merasa tidak tega.
Aby hanya memesan satu gelas kopi hitam untuk Alfan dan menaruhnya di meja Si Bos yang berserakan dengan kertas-kertas penting, tentu saja.
Ketika Alfan mendongak menatapnya, Aby menghela nafas.
"Sebaiknya Bapak cepet selesain kerjaannya deh, saya kan juga pengen pulang." Tukasnya. "Nanti saya lapor ke Pak Prasetya kalo Bapak kayak gini terus." Ancamnya.
Aby tahu bahwa Alfan tidak menganggap serius akan kata-katanya. Bosnya itu mendengus. Lalu tersenyum tipis sembari mengangkat gelas kopinya dan menyeruput cairan berwarna pekat itu perlahan.
"Kamu boleh pulang. Saya akan pulang sebentar lagi." Alfan berkata di atas kursinya, tubuhnya yang hanya mengenakan kemeja tanpa dasi itu bersandar ke sandaran kursi kebesarannya.
Aby menggeleng. "Nggak bisa, Pak. Nggak ada asisten yang ngebiarin bosnya ngelakuin pekerjaannya sendirian." Tukasnya.
Alfan kembali mendengus dan Aby merasa tidak menyukai hal itu.
"Pulang. Kamu udah bekerja keras hari ini. Sisanya biar saya yang urus." Alfan berkeras kepala dan Aby merasa tidak mempunyai kuasa untuk menolaknya. Itu salah satu dari perintah Alfan Prasetya yang sama sekali tidak bisa Aby tolak jadi ia mengangguk.
"Kirim schedule lewat email untuk hari Senin besok."
Aby mengangguk lagi lalu ia berpamitan dan beranjak keluar dari ruangan yang paling mewah di perusahaan itu. Ia menghela nafasnya dan berharap bahwa Alfan bisa menyelesaikan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L U L L A B Y [END]
Short StoryLullaby hanya sebuah coffee shop biasa. Lullaby hanya sebuah tempat yang dibangun dengan kenekatan. Lullaby hanya sebuah 'kolaborasi' dari tiga orang sahabat. Tapi di Lullaby, kau akan mendapatkan secangkir kopi. Juga di Lullaby, kau akan menemukan...