4. Berterimakasih

973 178 2
                                    

"Godness! Jaemin lo habis ngapain aja!" Teriak Jeno mendapati Jaemin pulang dengan keadaan basah kuyup ditambah wajah yang masih membiru karena babak belur.

"Kan gue habis dihajar Haechan goblok terus lo tinggalin pulang, lo lupa?" Sarkas Jaemin kesal.

"Oh ya lupa, trus lo kenapa itu basah kuyup lo habis hujan hujanan?"

"Bukan"

"Terus?"

"Tar deh bang gue ceritain, mau mandi dulu  dingin"

"Woah laki banget lo gilak!"

"Ya dong siapa dulu? Jaemin!" sombong Jaemin menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari jarinya.

Ia baru saja menceritakan semua kejadian di halte tadi kepada Jeno, dan sukses membuat abangnya itu terperangah karena adek satu satunya itu tumben sedikit waras.

"Wajahnya pucet banget, bahkan nafasnya aja sampe ngos ngosan kaya habis lari larian" cerita Jaemin.

"Terus terus orang tuanya liat lo gimana?"

"B aja mereka kek yang mukanya makasih banget gitu, gue yang sambil masang muka sombong bilang sama sama"

"Besok babak belur lagi aja gih biar lo bisa ketemu sama dia, eh iya namanya siapa?"

Jaemin menggeleng "Gue belum tau, pas tadi gue tanyain dia malah kesenengen soalnya hujan turun"

"Ah cemen lo! Masa namanya aja belom tau"

"Yakan proses goblok!"

"Santai dong anjing!"

"Lo sih suka lemot kalo ngomong sama gue"

"Lah lo kalo ngomong suka ribet kayak cewek"

"Berarti lo suka ga nangkep omongan gue alias lemot!"

"Lo tu yang lemot!"

Oke kita sudahi saja perkelahian dua orang ganteng anak dari Jongin ini.

Hari ini Jaemin pulang jalan kaki lagi. Entah karena apa? Padahal abangnya jelas jelas menawarinya nebeng pulang bareng hari ini tapi ditolak mentah mentah oleh Jaemin dengan alasan pengen disekolahan dulu padahal Jeno jelas jelas tau adiknya sudah mulai penasaran dengan si "perempuan hujan"

Jaemin duduk dihalte bis segera mengamati rumah classic bercat putih didepannya beberapa kali juga Jaemin melihat dijendela yang biasa terbuka itu, namun Jaemin tidak juga mendapati siapapun malah melihat gerimis yang mulai turun tapi si perempuan hujan tidak juga keluar.

Akhirnya dengan rasa penasarannya yang besar Jaemin mengetuk rumah si perempuan hujan,

1kali mengetuk belum ada jawaban

2kali masih tetap sama

3kali akhirnya usaha Jaemin berhasil

"Jaemin?" Katanya dengan wajah super kaget atau entah senang,

Kali ini Jaemin melihat wajahnya sedikit cantik? Lebih tepatnya tidak super pucat seperti sebelum sebelumnya, kali ini wajah bare face nya terlihat sangat fresh dan cantik.

"Katanya mau nemuin gue dihalte" kata Jaemin

"Maaf saya lupa" jawabnya terkekeh kecil.

Hening Jaemin tetap berdiri diambang pintu lalu dia menawarkan masuk.  "Mau masuk?"


"Boleh?" Tanya Jaemin

Dia lalu mengangguk dan mempersilahkan pintu untuk Jaemin.

"Mau minum?" Tanyanya

"Gak deh makasih" jawab Jaemin lalu duduk diruang tamu yang kosong itu. Seperti bukan keluarga normal yang memajang banyak foto keluarga.

"Okey" lalu ia mulai memegang pensil dan meneruskan perkejaanya menggambar sesuatu di sketchbooknya.

"Lo gambar apaan?" Tanya Jaemin

"Sirkus" jawabnya lalu memperlihatkan sebuah gambaran tenda sirkus kepada Jaemin.

"Lo suka sirkus?"

"Suka, tapi disini gak ada. Suatu hari nanti saya mau nonton sirkus di eropa kata Ayah disana bagus banget kayak difilm The Greatest Showman" jawabnya lalu kembali menggambar dikertasnya.

Jaemin terlihat berpikir sebentar "Pernah ke pasar malem?" Tanya Jaemin

Ia menggeleng "Belum pernah, memang mirip sirkus?"

Jaemin mengangguk "Yap! Mirip cuman gada atraksi jalan diatas tali, mungkin cuman ada hewan terlatih sama orang nyemburin api atau kalo gak atraksi lempar pisau aja"

"Benar?" Jawabnya dengan binar mata.

"Mau kesana besok? Sama gue? Deket sih"

"Jaemin ajak saya?"

"Iya dong kan kita temen, besok kalo gak hujan ya"

"Memang kenapa kalau hujan?" Tanyanya

Jaemin tersenyum "Kalo hujan pasar malemnya gak buka, alias sepi becek juga"

"Padahal kalau hujan seru pasti" jawabnya

"Kenapa sih lo suka banget hujan"

"Hujan itu berkah, saya suka bau hujan dingin dan tenang"

Jujur Jaemin tidak paham apa yang dikatakannya "Tapi Hujan bisa bikin banjir, bencana, bikin sakit juga"

Ia menggeleng "Bukan salah hujan, manusia yang salah kenapa mereka menyalahkan hujan? Seharusnya mereka bersyukur hujan sudah mau turun" jawabnya.

Jaemin hanya menatapnya masih dengan ekspresi pongah tidak mengerti.

"Ngomong ngomong Jaemin terimakasih ya" ucapnya lalu mengalihkan atensi dari kertas dan pensilnya menuju kedua mata Jaemin iris mata mereka bertubrukan.

"M-makasih kenapa?" ucap Jaemin reflek memalingkan muka dari gadis itu. Perutnya terasa ingin buang air besar kalau menatap gadis itu.

"Jaemin kan kemarin yang gendong saya kerumah sakit?"

"Iya, kok lo tau?"

"Suster yang bilang" lalu ia melanjutkan gambar.

"Iya sama sama, lo kok bisa pingsan?"

"Kemarin dingin" jawabnya singkat.

"Dingin? Bukannya lo biasa hujan hujan seharusnya gak masalah dong?"

"Jaemin mau cookies bikinan mama nggak?" tanyanya tiba tiba padahal pertanyaan Jaemin belum terjawab, mungkin gadis itu gak mau membahasnya.

"Boleh deh" jawab Jaemin

Lalu ia berdiri dan menuju mungkin dapurnya, mengambil beberapa cookies untuk diberikan kepada Jaemin.

Hujan一Jaemin [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang