2 ; the way i loved him

1.2K 264 18
                                    

Pertemuan pertama mereka begitu sederhana.

Seungmin adalah junior Hyunjin di universitas yang sama dengannya, juga di jurusan yang sama dengannya. Suatu hari, kampusnya mengadakan acara pertemuan lima angkatan, dan Seungmin menjadi pengisi acara dalam acara itu. Lelaki itu bernyanyi.

Seungmin bernyanyi, dan Hyunjin mendengarkan. Hanya perlu waktu semenit untuk Hyunjin menafsirkan kalau lelaki itu bertubuh proporsional, memiliki senyum yang manis, mata yang sipit, dan suara yang indah. Ralat, sangat indah. Hyunjin begitu terpesona dengan suaranya. Begitu menggelitik di telinganya, juga di hatinya.

Ketika ada seseorang yang menarik perhatianmu, entah itu lawan jenismu atau sesama jenismu, janganlah menolaknya dengan mengingkari perasaanmu. Biarkan hatimu berbicara. Biarkan hatimu yang merasakan. Kamu hanya perlu mengikuti alurnya.

Kalimat yang ia dengar dari appa-nya itulah yang kemudian menggerakkan Hyunjin untuk mendekati Seungmin setelah acara selesai dan berkenalan dengan lelaki manis itu.

Semenjak saat itu, Hyunjin dan Seungmin menjadi dekat. Hingga pada akhirnya, pada malam minggu di minggu ketiga setelah perkenalan mereka, Hyunjin memutuskan untuk mengutarakan perasaannya. Di dalam komedi putar yang dinaikinya saat mereka bermain ke pasar malam pada malam itu, Hyunjin mengatakannya pada Seungmin: Hyunjin mencintai Seungmin.

Mungkin Seungmin menganggap ini konyol, tetapi tidak bagi Hyunjin. Hyunjin serius dan justru keseriusannya itulah yang membuat Seungmin merasa ketakutan. Lelaki manis itu menjauh dari kehidupan Hyunjin setelah malam itu.

Seberapa besar usaha Hyunjin untuk terus menghubungi lelaki itu, Seungmin selalu saja mengabaikannya. Seberapa besar usaha Hyunjin untuk terus mengejar lelaki itu, Seungmin selalu saja berlari menghindarinya. Seungmin benar-benar menjauhi Hyunjin.

Hyunjin hampir menyerah, sungguh. Ia merasa seumur hidupnya baru kali ini ia ditolak mentah-mentah oleh seseorang. Tetapi ketika ia teringat dengan ajaran Chan hyung tentang menyayangi dan mencintai tanpa mengharapkan balasan, keputusasaan itu menguap tergantikan semangat baru.

Sampai akhirnya kejutan itu datang secara tiba-tiba.

Malam itu, setelah tiga bulan perkenalan mereka, Seungmin mengajak Hyunjin berbicara empat mata di rooftop kampus. Dan Hyunjin menemukan sorot mata Seungmin yang berbeda pada malam itu.

"Kenapa kamu terus menerus mendekatiku?" tanya Seungmin dingin.

Hyunjin menatap Seungmin dengan intens. Hyunjin yakin ada sorot yang lain dari black pearl milik lelaki manis itu. Hyunjin tidak dapat menemukan arti sorot mata itu. Angin malam yang begitu kencang membuat beberapa anak poni Seungmin bergoyang dan menutupi sebagian matanya. Dan Hyunjin tidak dapat menangkap jelas arti sorotan itu.

"Bukankah sudah kubilang kalau aku mencintaimu?"

"Aku bersama perempuan belakangan ini."

Hyunjin terdiam sebentar. Belakangan ini ia memang selalu melihat Seungmin pergi bersama perempuan. Bukan perempuan yang sama, tetapi perempuan yang selalu berbeda. Hyunjin tahu perempuan-perempuan itu hanya dijadikan tameng agar Seungmin memiliki alasan untuk menghindari Hyunjin.

"Aku tahu."

"Lalu?"

"Lalu?" Hyunjin mengulang pertanyaan Seungmin. Ia tersenyum miris kemudian menghela napas berat. "Lalu, aku tetap mencintaimu."

Seungmin terdiam beberapa saat sebelum kembali bersuara. "Kamu tidak normal."

"Terima kasih sudah mengingatkanku."

Tetapi kemudian Hyunjin terkejut ketika melihat Seungmin tiba-tiba saja terisak di depannya.

"Kamu brengsek, Hyunjin," ucap bibir lelaki manis itu dengan suara bergetar.

Hyunjin tidak dapat berkata apa-apa. Ia benar-benar salah tingkah dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Maka dari itu ia melangkah maju mendekati Seungmin yang sedang terisak, menepuk bahunya pelan, lalu menarik tubuh kecil itu ke dalam dekapannya. Hyunjin hanya ingin menenangkan lelaki itu.

Hyunjin tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat itu. Yang ia tahu adalah ia hanya ingin menenangkan Seungmin. Dan melihat Seungmin yang terus menerus terisak tanpa alasan benar-benar membuat Hyunjin kebingungan.

Saat Hyunjin tidak memiliki cara lain untuk menenangkan Seungmin, ia mengangkat dagu Seungmin, menyuruh lelaki itu untuk menatapnya, dan kemudian tak ada jarak di antara mereka. Hyunjin yang mengikis jarak, dan bibirnyalah yang pertama kali menyentuh bibir tipis Seungmin.

Ciuman itu singkat, tetapi mampu menghadirkan perasaan hangat yang menjalar di kedua tubuh lelaki itu. Dan Hyunjin baru menyadari saat ia melepaskan pagutan mereka, kalau Seungmin tidak menolak ciumannya.

Hyunjin menatap Seungmin dengan ragu. Ada perasaan tidak nyaman setelah ia menyadari kalau Seungmin tidak menolak ciumannya, entah kenapa. Hyunjin sama sekali tidak ingin memiliki pemikiran itu. Tetapi ia tidak bisa menahan diri dan ia menemukan dirinya bertanya pada Seungmin dengan suara ragu.

"Apakah kamu mulai mencintaiku?"

Seungmin balas menatap Hyunjin, kemudian mengangguk. "Ya."

Hyunjin terkejut. Ia bertanya akan keseriusan hubungan mereka, dan Seungmin menjawab iya atas segala pertanyaan Hyunjin. Mereka resmi berpacaran malam itu.

Tetapi entah kenapa tiba-tiba saja Hyunjin meragu dengan keputusannya. Apakah benar ini yang diinginkannya? Apakah benar ini cinta yang sesungguhnya? Cinta yang diinginkannya?

The Boys Who Are Like Wild Birds [Hyunmin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang