Pernah suatu kali Hyunjin melihat sepasang kekasih di taman kampus. Seorang lelaki dan seorang wanita. Seorang bertubuh tinggi dengan wajah tampan dan seorang berambut panjang dengan wajah cantik. Sepasang kekasih yang sebenarnya. Makhluk adam dan hawa. Mereka saling bertatapan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Beberapa orang berlalu melewatinya, mereka tersenyum pada pasangan kekasih itu. Benar-benar terlihat sempurna.
Tidak seperti kisah cintanya.
Hyunjin juga memiliki kekasih. Tetapi seorang lelaki, bukan seorang perempuan. Seorang lelaki bertubuh proporsional dengan wajah tampan, bukan dengan wajah cantik. Makhluk adam, bukan makhluk hawa. Beberapa orang berlalu melewatinya, tetapi mereka tidak tersenyum padanya dan kekasihnya. Orang-orang itu menggunjingnya. Orang-orang itu membicarakannya dengan sinis dan tatapan tidak suka.
Kisah cintanya tidak seperti kisah cinta pasangan kekasih itu.
Hyunjin mengakui, ada yang salah dari hubungannya bersama Seungmin. Seharusnya ini tidak terjadi. Seungmin adalah lelaki, dan Hyunjin juga adalah lelaki. Bagaimana mungkin dua orang lelaki memadu kasih?
Keraguan kembali bersarang di hati Hyunjin. Ia ingin sekali menepisnya. Tetapi entah kenapa kakinya justru melangkah untuk mencari Ryujin.
Hatinya masih mencintai Seungmin, tetapi raganya justu mencari Ryujin.
**
Malam itu, Hyunjin sedang menonton sitkom di televisi saat Seungmin tiba-tiba saja sudah duduk di sebelahnya. Dan ia terkejut ketika melihat keletihan di mata Seungmin.
"Min, kenapa wajahmu pucat?" Hyunjin menangkup wajah Seungmin dengan kedua tangannya dan meneliti wajah lelakinya.
"Aku memikirkanmu..."
"Aku? Kenapa memikirkanku? Aku baik-baik saja."
"Ucapanku belum selesai," Seungmin tersenyum miris, dan entah kenapa Hyunjin merasa ada yang disembunyikan dari Seungmin. "Aku memikirkanmu dan Ryujin."
Air muka Hyunjin berubah. Hatinya mencelos. Ia berpaling dari tatapan Seungmin. Ternyata Seungmin sudah tahu. Akhir-akhir ini ia memang sering pergi bersama Ryujin.
"Kamu bilang kamu tidak akan pergi lagi, Hyunjin," kata Seungmin. Matanya sudah panas melihat Hyunjin yang menghindari tatapannya.
Aku tidak pergi, Seungmin. Aku hanya ingin mencari cintaku yang sebenarnya. Hyunjin hanya berbicara di dalam hati.
"Hyunjin?"
Aku mendengarmu, Seungmin.
"Kamu tidak sedang mempermainkanku, kan?" tanya Seungmin dengan suara bergetar.
Oh, kumohon, Min, jangan menangis. Jangan menangis karena aku.
"Aku mencintaimu, Hyunjin. Aku selalu percaya padamu. Bodohnya, aku selalu percaya padamu. Aku percaya kamu tidak akan pergi lagi. Tetapi kenapa kamu mempermainkan kepercayaanku lagi? Tidak bisakah kamu hanya melihatku saja?"
Kamu adalah lelaki, Seungmin. Mana mungkin aku hanya melihatmu saja? Aku harus melihat perempuan!
"Salahkah jika aku tak ingin siapa pun memilikimu? Haruskah aku melarangmu untuk tidak berhubungan dengan siapa pun―termasuk Ryujin―untuk membuktikan keegoisanku?"
Berhentilah berbicara, Seungmin. Hubungan kita ini salah. Tolong jangan lakukan lagi.
"Hyunjin, jawab aku!"
Akhirnya Hyunjin menatap Seungmin saat lelaki manis itu mengangkat dagunya dan memaksanya untuk menatap Seungmin. Tetapi Seungmin malah semakin menangis saat melihat sorot mata Hyunjin yang tanpa ekspresi.
"Jawab aku, Hyunjin," isaknya.
Sungguh, aku tidak ingin menyakitimu, Seungmin. Jadi tolong, biarkan aku pergi.
"Maafkan aku, Seungmin," hanya itulah yang dapat dikatakannya pada Seungmin.
**
Setelah malam itu, Hyunjin melihat Seungmin menjalani hidupnya seperti mayat hidup. Lelaki manis itu tidak lagi menyapanya saat bangun pagi, tidak ada ucapan selamat pagi, tidak ada sarapan bersama, dan tidak ada berjalan beriringan menuju kampus. Seungmin menjauhi Hyunjin. Dan Hyunjin hanya mengikuti alurnya saja.
"Kembalilah pada Seungmin, oppa."
Kepala Hyunjin tertunduk, ia menghela napas berat. Di sebelahnya, Ryujin duduk sambil memandang ke arahnya dengan tatapan prihatin.
"Aku sedang berusaha mencintaimu, Ryujin."
"Lakukanlah saat oppa sudah benar-benar mengikhlaskan Seungmin."
"Aku sudah mengikhlaskannya. Aku sudah meninggalkannya."
"Belum, oppa. Oppa belum meninggalkannya. Oppa masih tinggal serumah dengannya. Dan oppa masih mencintainya."
Hyunjin mengangkat kepala dan menatap Ryujin dengan intens. Ryujin balas menatapnya, dan ia bisa melihat jelas kalau sebenarnya perempuan itu masih mencintainya.
"Aku akan memulangkan Seungmin dan membawamu untuk tinggal bersamaku. Aku akan melakukannya, Ryujin. Untukmu," kata Hyunjin, meraih tangan Ryujin dan menggenggamnya.
Ryujin tersenyum miris. Ia menurunkan tangan Hyunjin dari genggamannya. "Tolong jangan lakukan, oppa."
Ryujin menghela napas berat. "Aku masih mencintaimu, dan aku sangat ingin memilikimu. Tetapi aku sadar, aku tak akan mungkin bisa memilikimu. Sekali pun oppa meminta untuk bersamaku, aku tetap tak bisa memilikimu seutuhnya. Hatimu bukan untukku, dan aku tahu oppa tidak akan pernah memberikan hatimu sepenuhnya untukku. Karena oppa sudah menjadikan Seungmin sebagai pemilik hatimu. Penyempurna hidupmu, oppa."
"Ini salah, Ryujin. Ini benar-benar salah. Aku ingin memperbaikinya dengan mencoba mencintaimu."
Lagi-lagi Ryujin tersenyum miris. "Jangan jadikan aku kelinci percobaan, oppa. Tidak apa-apa. Aku sudah mengikhlaskan semuanya. Mungkin Tuhan sudah menggariskan takdir hidupmu bersama Seungmin. Aku mendukungmu."
Hyunjin menatap Ryujin dengan tatapan tidak percaya. Bahkan seorang perempuan menyuruhnya untuk berkasih dengan seorang lelaki, apakah ini tidak salah?
"Oppa sudah memulainya dengan begitu manis bersama Seungmin. Tolong jangan mengakhirinya. Karena ketika tidak ada cinta, bagaimana cerita bisa berakhir bahagia?"
Hyunjin tertegun. Tiba-tiba hatinya berdebar. Membuatnya teringat dengan Seungmin. Mengingatnya teringat dengan kisah cintanya bersama Seungmin. Oh Tuhan, hatinya sedang berbicara saat ini. Hatinya masih menginginkan Seungmin.
"Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu ketika kamu mengharapkan cinta dariku? Bagaimana bisa kamu bahagia kalau tidak ada cinta di antara kita? Kamu benar-benar konyol!" bentak Hyunjin sambil mengacak rambut Ryujin.
Baiklah, ia akan kembali mencintai Seungmin lagi. Mungkin Tuhan memang sudah menggariskan takdir untuknya seperti ini.
Ryujin tersenyum. Sepertinya Hyunjin sudah sadar. "Kalau begitu berikan aku ciuman perpisahan, lalu aku akan bahagia tanpamu," candanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boys Who Are Like Wild Birds [Hyunmin] ✔
Fanfic... but eventually Hyunjin will come back to Seungmin. [bxb, boys love]