Kalau bicara waktu, mungkin 5 tahun bukan waktu sebentar untuk mengenal. Seperti merasa dewa sekali gue ini bisa mengenal dia seluruhnya, berasa paling tahu dan paham apa saja yang ada padanya. Seolah mantap juga merasa bahwa dia juga punya rasa yang sama.
Ini kisah gue yang mungkin menginspirasi, tapi penuh ketidakjelasan.
Pertama kali bertemu dia yang gue ceritain, itu saat kita bertemu dikelas yang sama.
Namanya Mingyu, Kim Mingyu.
Fotonya waktu SMA nih hehe. Inget banget gue ngambilnya diem-diem pas lagi ada acara bazar di sekolah. Hari Minggu waktu itu, makanya pake bebas.
Gue tuh jadi seksi dokumentasi karena pernah jadi anggota eskul gitu. Fotonya pake kamera gue ini, jadi diem-diem gue foto aja dia.
Haha. Iya emang. Dulu gue tuh bucin banget sama Mingyu. Kita emang udah sahabatan dari jaman sekolah. Sebuah kalimat tentang persahabatan cowok cewek itu ga ada yang murni, menurut gue benar adanya. Salah satu dari mereka pasti menyimpan rasa, dan disini gue yang seperti itu.
Mingyu terlalu manis dan tampan. Banyak cewek yang suka sama dia. Dia populer padahal ga ikut ekskul apapun. Ga menonjol dalam bidang apapun. Dia menjadi bintang karena dia Mingyu.
Ga sedikit wanita yang benci gue karena pertemanan gue sama Mingyu yang terlalu erat. Drama memang, tapi ini memang fakta.
Jika boleh jujur, sebenernya pertemanan kita juga bisa dibilang berlebihan. Rasanya bukan lagi berteman, tapi pacaran.
Mingyu terlalu berlebihan memperlakukan gue sebagai temannya. Dia sering skinship kaya megang tangan gue, meluk gue. Terus kalo jamkos, kita suka duduk dilantai dibelakang kelas. Gue duduk sambil baca novel, dia main game sambil tiduran di paha gue. Ke kantin berdua, dijemput sekolah, dianter pulang. Sering jalan berdua. Pokoknya intensitas kita bersama itu sering sekali.
Mingyu lupa statusnya yang jomblo ketika kita selengket itu dulu. Dia sakit ngadunya ke gue, dia ada problem sama keluarganya pun dia larinya ke gue. Gue pun begitu, kita sudah saling bergantung dan membutuhkan.
Dia marah kalo gue bilang suka sama cowok lain, dia ga mau gue liat siapapun selain dirinya. Itu yang bikin gue selalu salah paham tentang hubungan kita.
Satu-satunya yang ga pernah sedikitpun gue paham darinya adalah tentang bagaimana sebenernya isi hatinya.
Hanya satu itu.
Sampai akhirnya dia tau kalo gue suka sama dia. Itu terjadi ketika beberapa hari lagi mau UN. Mingyu meriksa hp gue dan liat salah satu folder di galeri. Folder yang berisi foto-foto kita berdua, isi screenshot chat gue sama dia yang manis, dan moment kita lainnya. Gue sengaja folderin semuanya dan gue beri judul folder hanya dengan emot love hitam. Ga ada maksud sebenernya, gue cuman mau menyimpan sesuatu sebagai kenangan ketika kita lulus nanti. Ga ada yang gue harapkan, gue cuman pengen punya kenangan ketika gue harus berjauhan dengannya.
Setelah Mingyu lihat itu, gue langsung ambil hp gue. Dia hanya senyum dan bersikap seolah ga ada yang terjadi.
Tau apa yang terjadi selanjutnya?
Dua hari kemudian, kabar menggemparkan terjadi. Mingyu pacaran sama adik kelas.
Padahal sebelumnya dia bilang ke gue kalo dia lagi dideketin sama adik kelas, tapi Mingyunya ga suka. Tapi apa sekarang? Tiba-tiba dia jadian setelah tau gue suka sama dia.
Di pagi hari yang mendung, hari pertama UN.. gue nangis dibawah tangga. Nangis tanpa suara karena ga mau ada yang denger. Sesakit itu rasanya. Pertama kalinya gue ngerasa patah hati.
Sebenernya selama gue hidup, gue selalu mencintai pria lain seperti ini. Dalam diam dan ga pernah diperlihatkan. Sebegitu ga pedenya gue sama diri sendiri.
Tapi ketika dengan Mingyu, gue seolah punya harapan akan ada timbal balik. Apalagi sikap Mingyu yang begitu hebatnya bikin gue menciptakan rasa yang besar ini. Cuman dia dan satu-satunya cowok yang sedeket ini sama gue. Mungkin karena itu, gue mengalami patah hati terbaik selama hidup.
Semuanya sudah berlalu.
Menginjak tahun kelima pertemanan kami, rasa itu semakin samar. Tapi jujur kalo membayangkan bisa menyatu sama Mingyu dengan dilabeli sebuah status, gue ga akan nolak.
Bertahun-tahun terlewat dan terjadi, gue sudah pernah pacaran dan punya dua mantan. Mingyu juga seperti itu. Tapi pertemanan yang gue fikir akan berakhir kala itu, malah terus terjalin sampai detik ini.
Mingyu mematahkan hati gue dan terus mengurung gue dalam hidupnya sekaligus. Memang ga pernah paham sih sama dia itu.
Sekarang umur kita udah menginjak 22 tahun. Dia jadi polisi kebanggaan negara, dan gue kerja di kantor polisi. Bukan polwan tapi hehe.
Pertemanan kita sekarang ini rasanya lebih damai. Lama kelamaan gue makin bisa mengendalikan perasaan. Gue berhenti berharap akan ada akhir yang indah antara kita.
"Young!"
Gue tersadar dari lamunan ketika panggilan Mingyu yang cukup keras terdengar. Dia nyuruh gue buat nyamperin dia.
Lagi enak-enak duduk sambil flashback, malah disuruh nyamperin. Ya udah gue berdiri dan jalan ke arahnya.
"Apa?"
Dia malah nyodorin hpnya. "Fotoin gue!"
Respon pertama yang gue kasih adalah memutar bola mata gue dengan malas. Eksis lah dia biasa! Bahan update snapgram.
"Nih udah."
Jadi gue emang lagi nemenin dia main bowling sekarang ini. Males sih tapi udah dijanjiin mau dibeliin sushi. Ya udah nurut.
"Ini kenapa gue senyumnya gini amat sih?"
"Ya ga tau lah!"
"Ga bisa motoin orang lo emang! Jelek amat!"
"Lo yang jelek, malah nyalahin gue!"
Eh gue malah dia rangkul gemes gitu. "Tuh liat! Ga banget muka gue anjir!"
Gue ngakak. "Lo nahan boker apa gimana sih?"
Becanda lah kita disana. Ga peduli ada yang liat atau apa.
Gue ketawa sampe cape, apalagi pas Mingyu gelitikin perut gue.
"STOP IT, KIM MINGYU!"
Barulah dia berhenti dengan sisa tertawanya. Gue ngambilin minum buat dia.
"Udah kan? Besok gue pindahan loh!" Kata gue mengingatkan dia.
"Iya iya. Besok kan gue bantu."
"Bener? Emang ga dines?"
"Piket malem."
Gue cuman ngangguk paham. Terus pas lagi fokus liatin orang lain main bowling, Mingyu rangkul gue buat sekedar cium pipi.
"Pulang yuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Home : (Mingyu Seventeen)
FanfictionSejauh apapun kita pergi, akan ada namanya pulang. Ke rumah. Dan.. Jadikan aku itu