Chapter 4

370 44 1
                                    

"Apakah kau punya janji malam ini?"

"Tidak buhoejangnim," jawab Aera yang masih sedikit bingung dengan pertanyaan Steve.

"Bisakah kau ke rumahku?"

"Ne? Ah ne, saya bisa," jawab Aera.

"Aku harus menata kembali ruang bacaku. Kau harus membantuku nanti," ujar Steve.

"Baiklah buhoejangnim. Nanti saya datang," jawab Aera. Mereka memasuki mobil dan berangkat menuju proyek perpustakaan.

Tak lama mereka sudah sampai. Ada beberapa pegawai yang bersiap di depan untuk menyambut kedatangan Steve. Steve diikuti Aera memasuki perpustakaan yang akan dibuka tersebut.

Pegawai yang bertanggung jawab juga mulai mengajak Steve berkeliling dengan menjelaskan beberapa perkembangan yang telah dicapai.

"Terima kasih, silahkan lanjutkan pekerjaan kalian. Saya akan berkeliling sendiri," kata Steve setelah berkeliling cukup lama.

"Baiklah buhoejangnim," jawab pegawai tersebut lalu meninggalkan Steve dan Aera.

"Kau suka membaca buku?" tanya Steve pada Aera.

"Ne? Ah.. iya saya suka tapi saya tidak terlalu sering membaca," jawab Aera.

Steve hanya mengangguk mengerti sambil melanjutkan langkahnya untuk berkeliling. Ia mengambil salah satu buku yang ada di salah satu rak tersebut.

"Ini," ucap Steve sambil menyerahkan buku itu pada Aera.

"Bacalah ini," lanjut Steve.

"Ah ne," jawab Aera sambil menerima buku tersebut. Tiba-tiba semua lampu di perpustakaan tersebut mati.

"Kenapa ini?" tanya Steve.

Aera dengan sigap langsung menelepon pegawai yang mengerjakan proyek ini.

"Ah begitu ternyata. Baiklah saya mengerti," ucap Aera lalu menutup teleponnya.

"Aliran listrik disini sedikit bermasalah. Tapi mereka akan segera memperbaikinya buhoejangnim," jelas Aera.

"Saya akan menyalakan senter untuk anda," lanjutnya lalu menyalakan senter dengan ponselnya.

"Kita cari tempat duduk saja," kata Steve.

"Ne," jawab Aera tak lama mereka berjalan akhirnya mereka menemukan bangku untuk membaca.

"Bacalah buku itu," kata Steve.

"Emm.. sebenarnya saya sudah pernah membaca buku ini," kata Aera.

"Geurae?"

"Ne," jawab Aera.

"Kalau begitu bacalah lagi," ucap Steve.

"Ah.. ne," sahut Aera sambil membuka buku itu. Dengan satu tangan yang masih memegang senter, Aera menggunakan satu tangannya lagi untuk membuka buku itu lembar demi lembar.

Saat Aera sibuk membaca, Steve diam-diam mengamati Aera. Ia masih tak percaya jika gadis itu tidak mengingatnya. Ada rasa bersalah yang juga menyelimuti setelah mengetahui fakta bahwa gadis itu pernah menderita karenanya. Steve merebut ponsel Aera lalu mengarahkannya pada buku tersebut. Aera sempat terkejut akan tindakan Steve.

"Tidak apa-apa buhoejangnim. Saya bisa memegangnya sendiri," ucap Aera.

"Lanjutkan saja membacamu. Biar kupegang ini," ujar Steve.

"Ne, gamsahamnida buhoejangnim," sahut Aera lalu melanjutkan membacanya. Steve juga masih setia memandangi Aera yang sedang serius membaca. Setelah cukup lama berada di ruangan tersebut Steve memutuskan untuk bangkit dari duduknya.

SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang