BAB I

873 36 2
                                    

Aku mengacak- acak rambutku frustasi, entah sudah yang keberapa kalinya. Aku tak peduli. Aku hanya ingin segera menyelesaikan pekerjaanku, dan tidur secepatnya. Tapi apa mau dikata otakku berasa macet, membuat hasil kerjaku tak begitu memuaskan.
Kriiing
"Ya?" Aku menjawab telpon tanpa melihat nama yang tertera di display.
Disaat seperti ini paling juga si Boss yang mencariku, batinku. Dan benar saja, tak berapa lama kemudian aku mendengar suara yang sangat aku kenal.
"Mau berapa lama lagi kau buat aku menunggu?" Terdengar suara galak dari seberang telpon. Sepertinya moodnya benar-benar buruk.
"Kirimkan saja apa yang sudah ada"
"Sudah aku katakan kalau masih ada yang salah" tolakku. Mengirimkan pekerjaan yang aku sendiri belum puas, bukanlah prinsipku.
"Aku tunggu sampai jam 1" setelah itu, tanpa repot si Boss menutup telponnya sehingga aku tidak bisa memprotes sedikitpun.
Aku meletakkan ponselku frustasi. Ingin aku berteriak keras-keras, tapi tidak mungkin.

"Sudah berapa kali aku bilang jangan gunakan cafeku sebagai kantor" Ryeowook memandang ke arahku sok galak. Aku tersenyum.

Sudah berhari- hari aku tidak melihatnya. Meski dibilang teman, tapi kami berdua ini sungguh berbeda nasib. Mungkin orang tidak akan ada yang percaya bahwa kami ini memang berteman. Wookie penyanyi tenar, tingkat internasional. Fansnya ada dimana- mana. Dan dia akan selalu berhasil menarik perhatian orang di sekitarnya. Sedangkan aku? sibuk berkutat dengan pekerjaan yang kadang bisa jadi sangat menyebalkan seperti saat ini.

"Ne... Wookie hidup sebagai pekerja itu berat, jadi please spare me" ucapku sambil membereskan kertas yang bertebaran dimana-mana.
Benar kata Wookie, aku sudah membuat cafenya menjadi tempat kerjaku. Tanpa sadar.
"Jika kamu memang merasa berat, kenapa gak kau ikut saja denganku. Jual wajah dan suara merdumu itu" Wookie menarik daguku, dan memandang lurus kearah mataku. Terlihat sekali kalau dia sangat bersemangat untuk merekrutku mengikuti jejaknya. Aku curiga jangan- jangan dia sekarang beralih profesi menjadi pencari bakat.
Melihatnya yang begitu bersemangt, Aku menggelengkan kepalaku cepat. Tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku akan menjadi pusat perhatian semua orang.

KLINTING....

Wookie langsung menengok ke arah pintu. Wajah yang awalnya terlihat masam kini terlihat berseri-seri. Seperti gadis yang tiba- tiba melihat sang pujaan hati. tapi yang jadi masalah adalah Wookie seorang cowok dan yang datang ke kafe juga cowok, jadi tak perlu dia bersikap layaknya gadis yang sedang jatuh cinta.

Seorang cowok dengan wajah ramah dan senyuman manis melambai ke arah kami berdua. Wookie membalas lambaiannya riang.
"Kamu jangan kemana-mana, aku akan bicara dengannya dulu" setelah itu ia bergegas menghampiri kawannya. wajahnya terlihat sangat senang.

"Ah.. please spare me" bisikku frustasi. Aku sandarkan punggungku lelah.

Aku lirik kembali desain yang terpampang di nettbookku. Masih terasa janggal.
Sepertinya aku masih harus berkutat dengannya sebentar lagi , ucapku dalam hati. aku lalu memanggil waitress untuk memesan cappucino entah yang sudah keberapa kalinya.

@@@

Aku duduk termangu, bingung dengan kondisi saat ini. Duduk berhadapan dengan orang yang sama sekali belum aku kenal bukanlah hal kebiasaanku.
Aku pandangi cowok di hadapanku sekali lagi. Cowok itu sibuk dengan kamera ditangannya.

Mungkin dia teman Wookie di dunia hiburan. Tapi di banding menjadi fotografer, bukannya dia lebih pantas untuk menjadi artis atau model iti sendiri? ujarku dalam hati bermonolog sendiri.

Aku amati kembali cowok di hadapanku itu. Ia memiliki wajah tampan, senyuman manis dan entah, ia memiliki karisma yang akan membuat siapapun jatuh hati padanya meski baru pertama kali melihat. Tipe manusia langka. Emm siapa tadi namanya? Kyuhyun? Cho Kyuhyun. Akan selalu ku ingat itu.

"Yesung'ssi..."panggilnya sambil meletakkan kameranya di meja. Ia menunjukkan senyuman manis penuh percaya diri.
"Jangan pandangi aku seperti itu, kau bisa jatuh cinta padaku nanti" candanya tanpa canggung.

Tertangkap basah sudah mengamatinya, aku langsung mengalihkan pandanganku.
Malu, pasti.
Tapi tak ku sangka dia akan mengatakan sefrontal itu. Membuatku menggaruk kepala salah tingkah.
Tak ingin terlihat bodoh, aku hanya tertawa.
"Terlambat..." jawabku setelah aku menghentikan tawaku. Aku menutup nettbook dan juga tablet ku. Lalu berdiri di hadapannya .
Kini dia memandangku penuh antisipasi. Mungkin dia mengira aku akan marah dengan ucapannya yang penuh percaya diri tadi, membuatku hanya tersenyum kecil. Aku membungkukkan badanku agar mulutku sejajar dengan telinganya.

"Aku sudah jatuh cinta" bisikku.

Ia terlihat terkejut. Sesaat. Setelah itu, ia tersenyum dengan wajah cerah berbinar.
Aku melihat kearah arlojiku, tidak ada waktu untuk berlama-lama. Aku harus kembali kekantor. Maka aku membungkuk hormat ke arah Kyuhyun,yang terlihat menikmati ucapanku.

Aku menghampiri Wookie yang ada di meja counter.

"Ne, kenapa buru- buru?" tanyanya sambil memelukku. Belum sempat aku menjawab pertanyaan sahabat kecilku. Terdengar panggilan dari bangku dekat jendela.

"Yesung'ssi!! "Panggil Kyu dari tempat duduknya. Semua orang otomatis memperhatikan kami. Tak peduli dengan perhatian yang dia dapat, ia menghampiri ku cepat-cepat.

"Kau percaya dengan kata kebetulan?" Aku mengerutkan kening tak mengerti arah pertanyaan yang ia berikan. Aku lirik Wookie yang hanya melipat tangannya di dada memandang kearah kami berdua. Jelas sekali dia juga tertarik dengan apa yang akan di katakan Kyuhyun pada ku.

Kyuhyun memandangku dengan senyum cerianya.Kemudian dia mengangkat alisnya meminta jawaban.

"Ya..." jawabku ragu.
"Kalau begitu mulai besok, akan banyak sekali kebetulan yang membuatmu tidak bisa lepas dariku"
Setelah mengatakan itu ia dengan anggunnya kembali ketempat duduk dan menyeruput minumannya tanpa menoleh. Aku memandang ke Wookie meminta penjelasan. Namun dia hanya mengangkat bahu sambil tertawa. Ia lalu mendorongku untuk segera pergi. Sementara itu, Kyuhyun melambaikan tangannya dengan senyuman masih tersungging.

Careless Fate (FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang