Seketika aku membatu, membatalkan niatku untuk masuk ke dalam ruang latihan mereka. Suara mereka cukup nyaring untuk sampai ke telingaku yang kini berdiri membisu tepat didepan pintu ruangan latihan mereka yang sedikit terbuka. Lagi2 otakku dipaksa untuk bisa berfikir cepat meski hatiku sangat sakit. Apa yang harus ku lakukan sekarang?
Perlahan aku mundur dan memutuskan untuk menjauh sejenak. Jembatan kehidupan jadi tujuanku untuk menenangkan diri sekarang.
Aku berdiri disana sambil menghabiskan americanoku yang sisa sedikit. Angin yang kencang dan udara yang tidak terlalu dingin membuat perasaanku sedikit membaik. Banyak hal yang terbersik di fikiranku saat ini, terutama hal2 yang harus aku lakukan terkait apa yabg ku dengar tadi di ruang latihan mereka. SeolHyun hamil .. mengandung anak Seok Jin. Hmfhh .. nafasku semakin berat setelah aku memikirkan jalan keluarnya. Bagaimana bisa hidupku jadi semakin berat seperti ini. Suamiku menghamili wanita lain. Bagaimana aku harus bersikap setelah ini? Kenapa aku harus ikut memikirkan masalah yang sama sekali tidak aku ciptakan? Apakah ini adil?
Aku memilih untuk pulang ke rumah orangtuaku. Ingin membicarakan apa yang ada di fikiranku sekarang.
"Pa .. apa perusahaan baik2 saja?" Tanyaku setelah berbasa basi sebentar.
"Ne .. semua stabil sekarang. Kenapa kau menanyakan hal itu?"
"Pa .. aku ingin mengakhiri pernikahanku dengan Seok Jin" kataku to the point. Appa tampak sangan terkejut. Demikian jg Amma yang baru saja meletakkan minuman dan beberapa makanan ringan di atas meja yang ada di hadapanku.
"Apa yang kau katakan Jae? Kau jangan bermain2 dengan hal itu" kata Amma
"Anio ma .. aku sudah berfikir panjang sebelum mengatakan ini pada kalian. Ku harap kalian menghormati keputusanku kali ini"
"Ya Jae-ya .. apa kalian bertengkar? Setiap rumah tangga pasti pernah punya masalah. Tidak ada yang mulus2 saja" Appa mencoba menenangkan. Aku mengusap wajahku pelan.
"Pa .. bukankah sejak awal semua ini hanya pernikahan bisnis? Miane Appa .. ku kira kami bisa saling menerima satu sama lain. Tapi ku fikir semua sia2. Tidak ada yang perlu dipertahankan lagi."
"Jae-ya .."
"Ma .. kalau nanti perusahaan mengalami kemorosotan lagi, lepaskan lah Pa .. aku akan bekerja untuk menghidupi kalian. Appa juga sudah terlalu tua untuk bekerja berat"
Appa terlihat menghubungi seseorang. Jin. Tak lama Jin tiba. Ku lihat dia sudah tidak mengenakan pakaian latihan.
"Masalah apa yang sedang terjadi diantara kalian?" Tanya Appa begitu Jin duduk. Jin tampak bingung, melihat ke arahku yang menghindari matanya.
"Kenapa Jae sampai berfikir untuk berpisah denganmu Jin?" Tanya Amma lagi. Jin tampak terkejut. Dan aku masih menghindari untuk melihatnya.
"Jae-ya " ucapnya getir. Entah kenapa aku merasa dia sedang terluka sekarang.
"Aku yang akan mengurus semua dokumennya. Kau tinggal tandatangan" kataku masih tidak melihatnya.
"Jae-ya. Kenapa kau keras kepala seperti ini?" Amma semakin gusar.
"Ma .. apa yang salah dengan bercerai? Ku rasa itu adalah hal yang memang mungkin terjadi dalam sebuah pernikahan."
"Ya Jae!! Kau benar2 membuat kami kecewa. Harusnya dari awal tak kau setujui rencana Appa mu ini" suara Appa terdengar bergetar.
"Pa .. miane .. aku sama sekali tidak bermaksud mengecewakanmu. Tapi ada hal2 dalam hubungan rumah tangga kami yang menurutku tak perlu diketahui orang selain kami. Aku tidak bisa menceritakan alasannya. Yang pasti, akan lebih menyehatkan bagi kami berdua jika kami bercerai sekarang."
"Jae-ya!!" Suara Amma semakin meninggi.
"Ma .. miane .. aku juga ingin bahagia" ucapku tanpa tenaga. Tanpa ku sadari air mataku menetes. Buru2 ku hapus itu dengan tanganku. Jin tiba2 menarik tanganku, membawaku berdiri dan pamit pada orangtuaku.
"Pa .. Ma .. kami akan bicara tentang hal ini dulu berdua." Katanya.
" Ah ne Seok Jin-ah .. bicarakanlah .. kami harap berpisah bukan satu2nya solusi" jawab Appa. Jin menarik tanganku menuju luar. Membawaku masuk ke dalam mobilnya, kemudain menyalakan mesin dan melajunya hingga kembali ke apartemen kami.
Sesampainya di apartemen, aku langsung melangkah menuju kamarku. Ini sudah lewat tengah malam dan kepalaku sudah tidak bsia lagi diajak untuk berfikir jernih.
Aku bangun terlambat dan memutuskan untuk ijin tidak masuk kerja hari ini. Selesai mandi, aku keluar kamar dan melihat Jin sedang duduk menunduk di ruang makan. Kepalanya mendongak saat menyadari kehadiranku. Ku ambil gelas dan membuat secangkir teh herbal lalu duduk di hadapan Jin. Jin tampak sangat kusut meski tetap terlihat tampan. Ah .. aku masih memuji ketampanannya di tengah semua yang ku rasakan sekarang.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" Aku memulai pembicaraan.
"Kenapa kau ingin bercerai tiba2 seperti ini?"
" ini tidak tiba2.. aku memang sudah sejak awal merencanakannya"
"Kau benar2 tidak bisa menemukan kebaikan dari pernikahan ini?"
"Ne. Tidak sama sekali." Jawabku tenang. Jin membuang pandangannya sebentar lalu memandangku lagi.
"Aku tidak ingin berpisah Jae"
"Tapi aku ingin"
"Miane sudah melukaimu. Miane Jae-ya .. aku sendiri masih sangat tidak menentu belakangan ini, aku tidak fokus pada hubungan kita"
"Gwenchana Jin-ah .. bagiku itu tidak masalah. Aku hanya ingin kita sama2 bisa menemukan hidup yang lebih baik setelah berpisah. Ku rasa kita masih terlalu muda untuk menghabiskan waktu bersama orang yang salah"
"Apa aku orang yang salah Jae?"
"Bukankah aku orang yang salah untukmu Jin?" Jin terdiam. Sepertinya dia mengerti kalau aku mengetahui masalah yang tengah dia hadapi tentang kehamilan SeolHyun. "Aku akan mengurus dokumennya hari ini. Semakin cepat kita menandatanganinya, semakin baik"*****
Yoongi mengajakku bertemu di sebuah restoran malam ini. Restoran tempat Hyungnya bekerja, setelah memesan makanan, Yoongi memulai pembicaraan.
"Apa urusan dokumennya sudah selesai?" Rupanya Jin menceritakan perihal ini padanya.
"Pengacara perusahaan Appaku sepertinya tidak mau bekerjasama atas perintah Appa. Aku harus mengurusnya sendiri dan itu sedikit sulit"
"Kenapa kau harus memilih jalan yang sulit itu Jae?"
"Ya .. Yoongi-ah.."
"Aku tidak ingin masuk terlalu dalam sebenarnya. Tapi bagiku Jin Hyung sudah seperti Hyungku sendiri. Dan yang pasti, kami semua pun tidak menginginkan hal ini terjadi pada kalian"
"Bukankah sebenarnya jalan ini yang paling mudah Yoongi-ah?" tanyaku. Yoongi tampak berfikir sejenak.
"Apa kau menyembunyikan sesuatu?"
"Kau yang menyembunyikan sesuatu"
"Apa?"
"Sudahlah Yoongi-ah . Ku fikir kalian tidak akan bisa menemukan solusi dari permasalahan yang sudah Jin ciptakan ini. Aku akan membantu kalian menyelesaikannya"
"Jae-ya"
"Gwenchana Yoongi-ah .. gwenchana" kataku sambil tersenyum. Senyum yang mungkin sama sekali tidak terlihat manis. Karena datang dari hati yang terasa sangat pedih.*****
Seminggu berlalu, dokumen untuk perceraian sudah ku tandatangani dan ku serahkan pada Jin 2 hari yang lalu. Tapi sepertinya dia tidak tertarik membukanya, karena masih ada di atas meja dengan posisi yang sama seperti saat aku memberikan itu padanya.
Tiba2 ponselku berdering. Yoongi.
"Turunlah ke parkiran sekarang. Jin Hyung sedang dalam masalah." Katanya. Ku lihat jam di tanganku menunjukkan sudah hampir tengah malam. Ku ambil jaket lalu aku berlari menuju parkiran. Disana sudah ada Yoongi, Namjoon, Jungkook dan Manajer Sejin. Kami langsung masuk ke dalam mobil dan Manajer Sejin menyetir mobil memasuki kawasan hiburan malam yang ada di Gangnam. Aku menatap Yoongi meminta penjelasan. Tapi dia tidak memberikannya. Hanya melihat ke sekeliling dengan seksama sambil sesekali melihat ponselnya.
Mobil berhenti tak jauh dari pintu masuk sebuah Club paling terkenal di kawasan ini. Terkenal karna di dalamnya terjadi banyak sekali kasus ilegal yang tidak pernah bisa diketahui Polisi dan publik sampai sekarang. Sebagian orang tau, tapi tidak pernah melaporkan atau tidak punya bukti untuk semua kegiatan ilegal yang terjadi disana.
Sejam berdiam diri seperti itu, tiba2 ponsel Yoongi berdering. Panggilan dari seseorang.
"Ah ne .. ne .. kami menuju kesana" katanya sebelum mengakhiri panggilan.
Segera Manajer Sejin memutar arah mobil ke arah belakang area Club itu. Ada hotel besar disana. Mereka semua turun dengan mengenakan pakaian yang sangat tertutup. Aku diajak turun dan Yoongi memberiku sebuah topi hitam. Aku memakainya dan mengikuti mereka. Kami menemui seseorang yang membawa kami ke dalam hotel. Kami berhenti tepat di depan pintu sebuah kamar di lantai paling atas. Aku melihat sekeliling, sepi. Tiba2 pintu dibuka oleh orang yang membawa kami tadi dan terjadilah hal yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya akan terjadi di depan mataku. Ku kira hal itu hanya terjadi di film2 atau drama yang ku tonton selama ini. Tapi ini nyata. SeolHyun?
KAMU SEDANG MEMBACA
-Awake please, Kim Seok Jin!-
FanfictionJadi istri seorang Idol? Suami tampan, terkenal, punya karir yang baik dan penghasilan yang berlimpah. Sempurna bukan? itu kalau kau benar2 istrinya.. Beda kisahnya kalau kau adalah istri simpanan. eit .. tunggu dulu! Belum lagi kalau kau istri yang...