Setelah menghindarinya selama beberapa hari, akhirnya kami bertemu saat aku ingin keluar rumah pada hari liburku seperti biasanya.
"Kau mau kemana?" tanya Jin begitu melihatku hendak keluar dari apartemen.
"Diskotik"jawabku asal. Jin menarik tanganku dan mencegahku keluar.
"Jawab dengan benar. kau mau kemana?"
"Apakah itu harus ku jawab?" Tanyaku dengan melihat persis di wajahnya.
"Ya. harus."
"Berhentilah bertingkah seperti seakan2 kau peduli Seok Jin-ssi. Sepertinya kita tidak dalam hubungan yang seperti itu"
"Aku memang peduli. Bukankah kau istriku?"
"Istri?" Tanyaku sinis. "Fikirkan arti dari kata2mu sebelum mengucapkannya. Jangan buat aku tertawa"
"Tertawalah. Kalau kau ingin. Biar bagaimanapun aku tetap punya hak untuk tau kemana kau akan pergi" katanya tegas. Aku tidak bisa lagi menahan tawaku.
"Geli rasanya mendengar kata2 itu keluar dari mulutmu Jin-ssi. Kau membicarakan hak sementara .. sementara kewajibanmu sendiri tak pernah kau fikirikan" Jin tampak terkejut mendengar kata2ku. Tapi aku merasa tidak ada yang perlu ku sesali dari kata2ku. "Sudahlah .. aku harus pergi sekarang. Aku bisa terlambat kalau menunggumu selesai berfikir" kataku sambil memakai sepatu high heels berwarna merah yang senada dengan gaunku.Sorenya aku ke rumah orangtuaku. Mengunjungi mereka seperti biasanya.
"Apa suamimu sibuk bahkan di hari minggu seperti ini Jae-ya?" tanya Amma sambil menemaniku memakan masakannya.
"Amma .. mereka sibuk. kau tau itu bukan?" Kataku berbohong.
" Ya ya ya .. susah juga punya menantu selebritis. apa kau makan dengan teratur? bagaimana pekerjaanmu?" Tanyanya lagi.
"Biarkan anakmu makan dengan tenang.. Jangan menanyainya bertubi2 seperti itu"kata Appa yang sedang duduk di depan tivi.
"Aku makan dengan baik Ma, pekerjaanku juga asik. Aku menikmati semuanya sekarang"
"Seok Jin bagaimana?" Aku terdiam sebentar. Lalu kembali menyelesaikan makanku.
"Dia baik2 saja. Appa .. bagaimana keadaan perusahaan? Apa semua lancar?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Semua membaik Jae-ya. Mertuamu banyak berperan memperbaiki keadaan disana" kata Appa. Aku mengangguk tanda mengerti. Tidak sia2 berarti, fikirku. Saat aku akan pulang, Amma memberikan banyak sekali makanan untuk ku bawa.
"Berikan pada Seok Jin. Aku yakin kau tidak sempat memasakkan apa2 bila dia datang ke rumah" Dengan berat hati ku terima semuanya dan langsung menyimpannya ke dalam lemari es begitu aku sampai di apartemen. Ku lihat Seok Jin sedang asik bermain game di ruang tivi.
"Kalau kau mau makan, ada makanan dari Amma buatmu di dalam lemari es" kataku sambil berlalu masuk ke kamar.*****
Keesokan paginya Jin nampak sedang duduk di ruang makan saat aku hendak berangkat kerja. Kemungkinan jadwal mereka sedang tidak padat sampai dia masih ada disini hari Senin begini.
"Jae-ya .. "" panggilnya. Aku menoleh. "Apa kau selalu seperti ini? Berangkat kerja tanpa sarapan terlebih dahulu?" Tanyanya. Ku pakai sepatuku dan ku tarik jas serta tasku.
"Aku sarapan di kantor saja" jawabku sambil melangkah keluar. Saat sedang menyalakan mesin mobilku, aku melihat Seok Jin yang muncul tiba2 lalu menyuruhku berpindah ke seat sebelah. Aku menurut. Dia masuk dan mengambil alih kemudi.
"Kau sarapan dulu" Dia memberikan kotak berisi makanan padaku yg kini menatapnya bingung.
"Ya. Seok Jin-ssi. Apa maumu?"
"Miane" katanya sambil menyalakan mesin mobil lalu memulai lajunya.
"untuk?"
"Semuanya" jawabnya tanpa melihatku.
"Apa menurutmu semuanya bisa dimaafkan?"
"Aku menemuinya karena Appa nya meninggal sewaktu kita di Jeju. Dia tidak punya saudara, ku fikir aku harus"
"Berbohong?" Potongku. Jin melihatku sekilas. Matanya tampak menyimpan sesuatu yang tidak ku mengerti.
"Miane"
"Seok Jin-ssi .. perlu kau tau kalau aku sama sekali tidak peduli tentang apapun yang kau lakukan di belakangku. Tapi kalau bisa meminta .. berhentilah jadi pengecut. Kau sudah terlalu tua untuk itu. Dan 1 lagi, berilah kabar sedikit saja pada orangtuaku. Yang mereka tau kau adalah menantu mereka" kataku. Jin melihatku sebentar lalu kembali fokus menyetir. Aku membuka kotak makanan yang diberi Seok Jin dan mulai memakan semuanya satu persatu.*****
Pukul 5 sore, ku lihat panggilan dari Seok Jin di ponselku.
"Aku sudah di depan" katanya begitu panggilannya ku terima. Aku segera mengemasi barang2ku dan berjalan keluar menemuinya. Ku lihat dia memakai mobil pribadinya. Bukan milikku.
"Kita mau kemana?" Tanyaku saat melihat dia menyetir mobil bukan ke arah kembali ke apartemen.
"Memberi kabar pada Appa dan Amma" sahutnya. Meski sedikit terkejut, tapi aku mengikutinya saja.Sepulangnya dari rumah orangtuaku, Jin membawaku ke restoran milik Hyungnya. Kami lewat belakang dan langsung dibawa menuju ruangan pribadi Hyungnya. Setelah memesan makanan dan minuman, kami berbincang2 dengan Hyungnya. Jin tampak berbeda saat berbicara dengan Hyungnya, dia tampak lebih santai dan lucu. Mereka banyak tertawa bersama. Hyungnya jg sangat ramah denganku. Menanyakan banyak hal terkait pekerjaan dan kehidupanku setelah menikah. Aku menjawabnya dengan sedikit berbohong. Tidak semua yang ditanyanya ku jawab dengan terbuka. Terutama terkait kebiasaan2 Seok Jin yang lucu menurutnya tapi sama sekali tidak pernah ku lihat.
"Kau banyak berbohong hari ini" katanya saat kami sudah berada di dalam mobil menuju ke apartemen.
"Bukannya sejak awal semua hanya kebohongan?" Tanyaku tak acuh. Tiba2 Jin menghentikan mobilnya di bahu jalan. Aku melihatnya memutar badannya ke arahku.
"Ya Jae-ya.. apa kau benar2 tidak menyukai kebohongan ini?"
"Apa kau menyukainya?"
"Anio. Maksudku yang tidak kau sukai kebohongannya atau pernikahannya?" Aku terdiam. Memikirkan maksud pertanyaannya barusan.
"Kebohongannya" jawabku yakin "fikirkanlah .. tidak ada yang salah dengan pernikahan. Yang salah adalah kita berdua menerima pernikahan ini dengan menipu orang lain dan juga diri sendiri"
"Kenapa kau menerimanya?"
"Harusnya aku yang menanyakan itu. Kenapa kau menerimanya sementara kau memiliki pacar?"
"Kami sedang bertengkar saat itu" jawabnya sambil membuang pandangannya ke arah lain.
"Apa hari ini kalian juga sedang bertengkar makanya kau baik padaku?" tanyaku telak.
"Kami sudah putus. Sebelum aku berangkat world tour Eropa bulan lalu. Ku harap kau tidak berfikir buruk tentang apa yg ku lakukan padamu sebelum kita ke Jeju. Itu ku lakukan karna aku benar2 ingin melakukannya denganmu"
"Hmm .. ku kira kau benar2 memiliki super power Seok Jin-ah."
"Maksudmu?"
"Kau meniduri seorang wanita saat kau ingin. Kau meninggalkannya untuk wanita lain saat kau ingin."
"Jae-ya"
"Gemanhe Seok Jin-ah .. jebal. Jangan masuk terlalu dalam kalau hanya untuk meninggalkan luka."
"Aku tidak ada niat untuk melukaimu Jae"
"Lalu apa niatmu?" Tanyaku. Jin membisu. Cukup lama ku biarkan suasana hening, aku benar2 ingin tau apa yang ada di fikirannya setelah semua ini.
"Aku hanya akan terlihat seperti pembual kalau aku mengatakan aku berniat untuk benar2 menjalani pernikahan ini dengan bahagia bersamamu Jae-ya. Aku tidak tau harus berkata apa saat ini. Tapi tolong Jae-ya .. tolong jangan pergi dariku"*****
KAMU SEDANG MEMBACA
-Awake please, Kim Seok Jin!-
FanficJadi istri seorang Idol? Suami tampan, terkenal, punya karir yang baik dan penghasilan yang berlimpah. Sempurna bukan? itu kalau kau benar2 istrinya.. Beda kisahnya kalau kau adalah istri simpanan. eit .. tunggu dulu! Belum lagi kalau kau istri yang...