-Awake Please, Kim Seok Jin-
Part #10
"Nyonya Min Jae hanya perlu meminum obat dan istirahat." Kata dokter yang memeriksaku. Aku sudah sadar sekarang. Rupanya tadi aku pingsan dan dibawa ke Rumah sakit ini oleh member dan Manajer Sejin. "Mohon agar tetap menjaga psikisnya. Karena wanita akan cenderung mudah stress setelah mengalami keguguran seperti ini" jelas dokternya kemudian meninggalkan ruangan ini. Jin tampak terduduk dengan lemah di sofa yang ada di sebelah tempat tidurku sekarang.
"Apa yang terjadi?" Tanyaku masih belum mengerti. Yoongi yang berdiri di sebelah tempat tidurku pun tidak memberiku jawaban.
"Jin akan menjelaskan semuanya. Kami akan keluar dan kembali ke dorm" kata Manajer Sejin. Mereka melangkah keluar ruangan meninggalkan aku dan Jin yang masih terdiam. Aku berusaha untuk bangkit tapi Jin menahannya. Dia akhirnya ikut berbaring di sebelahku, memelukku.
"Gadis bodoh" katanya tepat di telingaku.
"Ya Seok Jin-ah"
"Kau bahkan tidak tau kalau kau hamil"
"Mwo??" Kali ini aku benar2 terkejut. Aku hampir saja memutus selang infus karna menarik tanganku cukup keras saat mendorong tubuh Jin. Jin bertahan dan memelukku semakin erat.
"Miane Jae-ya .. kau harus melewati semua ini karena kebodohanku" ucapnya dengan penuh sesal. Aku memperbaiki posisi hingga saling bertatapan dengannya.
"Aku hamil?"
"Ne .. 5 minggu. Dan kau perdarahan tadi di rumah" jelasnya. Aku mengingat bagaimana Jungkook terkejut dan jijik di waktu yang bersamaan tadi, kemungkinan dia orang pertama yang mengetahui perdarahanku karena dia yg duduk tepat disebelahku.
"5 minggu? Aisss.. apa aku kucing yang langsung hamil dengan sekali berhubungan denganmu?" Aku mulai menggerutu. Mengingat2 tanggal menstruasiku. Baru ku sadari aku belum juga dapat mendapat jadwal menstruasi bulan ini. Terlalu banyak yang terjadi hingga membuatku melupakan hal2 biasa seperti itu.
"Kita melakukannya juga sewaktu di Jeju Jae."
"Ya! Itu juga hanya sekali! Apa itu mungkin?"
"Kau memang bodoh Jae-ya. Kita sama sekali tidak pakai pengaman, kau tau?"
"Ya!!" Aku mencubit lengan Jin dengan sangat keras hingga dia meringis kesakitan. "Aku tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya! Mana ku tau kalau pada prakteknya akan seringkas itu!" Kataku lagi. Jin tersenyum lalu memelukku semakin erat.
Kemudian aku mendorong tubuh Jin saat mendengar orang membuka pintu ruanganku.
"Amma .. Appa" kataku begitu melihat siapa yang masuk. Orangtua Jin dan Hyungnya juga ada disana. Jin memperbaiki posisinya dan membantuku untuk duduk.
"Gwenchana?" Amma yang pertama memelukku. Kemudian Appa lalu orangtua Jin. Aku mengangguk. Jin yang masih duduk di sebelahku jg memeluk orangtuaku dan orangtuanya.
"Kau masih sakit?" Tanya Appa kepadanya.
"Sedikit. Dokter sudah memeriksaku pagi tadi sebelum Jae pingsan"
"Kau akan segera pulih dan bisa kembali hamil dengan cepat Jae" kata Amma Jin kepadaku. Aku hanya tersenyum, terlalu malu untuk menanggapi.
"Apa kau masih ingin bercerai?" Tanya Amma kepadaku.
"Yaaa Amma... " rengekku. Appa dan Amma tertawa demikian juga orangtua Jin dan Seok Joong yang pasti sudah memdapat asupan cerita dari orangtuaku. Jin melihatku dengan pandangan penuh selidik. Aku melotot menantangnya. Lalu dia pun ikut tertawa.*****
Setelah kondisiku membaik, kami kembali ke apartemen hari ini. Speeti yang sudah ku tebak, Jin memperlakukanku dengan sangat baik. Sangat sangat sangat baik. Awal bertemu pun aku bisa melihat kebaikannya dari wajahnya, itulah sebabnya aku memutuskan untuk mencoba mengenalinya dulu. Dan sekarang, semua rasanya menjadi tidak sia2.
"Kenapa kau begitu murung Jae?" Tanya Jin begitu kami sampai di apartemen dan masuk ke kamarku.
"Aku memikirkan pekerjaanku. Rasanya tidak nyaman karna terlalu lama ijin seperti ini"
"Berhenti saja dari pekerjaanmu" katanya. Dia duduk di sebelahku yang kini berbaring di kasur. "Uangku bahkan terlalu banyak untuk kau habiskan selama sisa hidupmu"
"Lalu aku akan makan apa kalau suatu waktu kau menendangku dari sini? "
"Ya Min Jae-ya!"
"Mwo?"
"Aku tidak akan melakukan kebodohan seperti itu Jae"
"Siapa yang bisa menjaminnya?"
"Yaa .. aku bahkan tidak pernah melihat wanita lain sejak aku memutuskan untuk serius denganmu. Aku dijebak, kau tau itu kan"
"Ne Jin-ah.. ne .." sahutku. Bagaimana bisa kau tidak melihat wanita lain. Apa kau fikir penggemarmu itu laki2 semua?" Aku mulai menggerutu.
"Itu benar. Aku hanya melihat ke arah penggemar laki-laki setelah aku serius denganmu."
"Apa kau punya penggemar laki-laki?"
"Waahhh kau tidak tau ... bahkan aku pernah mendapat banyak hadiah valentine saat masih di sekolah menengah. Sementara sekolahku adalah sekolah khusus laki-laki" katanya. Aku menatap Jin tidak percaya.
"Seekstrim itu?"
"Ya. Begitulah pesonaku Jae. Kau juga tidak bisa menolak saat melihatku pertama kali kan?" Candanya sambil membanggakan diri.
"Kau terlalu percaya diri Jin"
"Aku tidak mau menyia2kan wajah tampan ini Jae"
"Ne .. ne .. ne .. terserahmu saja. Sekarang keluarlah. Aku ingin istirahat"
"Kenapa aku harus keluar? Aku akan tidur disini mulai hari ini"
"Ah wae? Aku terbiasa sendiri Jin"
"Mulai sekarang biasakanlah untuk tidur denganku sampai kau menua"
"Ya .. Seok Jin-ahh .."
"Wae?"
"Kau membuatku merinding." Kataku. Jin tertawa lalu ikut berbaring di sebelahku dan memelukku.
"Aku akan mengumumkan pernikahan kita Jae"
"Mwo?"
"Aku tidak ingin melukaimu lebih banyak lagi. Biarkan publik tau tentang pernikahan kita"
"Karirmu bagaimana? Penggemarmu akan marah begitu tau kabar itu. Sudahlah.. aku tidak masalah kalau kau ingin merahasiakan hal itu selamanya"
"Itu tidak mungkin. Penggemarku pun harus tau kalau aku pasti harus menikah pada waktunya. Tidak mungkin selamanya aku harus menjadi Jin BTS. Seandainya bisa menikahi mereka semua sekaligus, mungkin lebih baik. Tapi itu tidak mungkin kan?"
"Jangankan semuanya, 1 saja dari mereka yang kau nikahi, aku akan langsung membunuhmu Jin"
"Yaaahhh .. kau cemburu? Jae-yaa .. wajahmu mirip Oodeng kalau kau cemburu"
"Oodeng?"
"Sugar glider"
"Ya!!" Aku refleks memukul dada Jin yang semakin tertawa meledekku.
"Penggemarku akan menerima keputusanku Jae .. berhentilah mengkhawatirkan hal itu."
"Kau tidak tau kalau diluar sana ada banyak penganut Oppa is Mine? Kau mau mereka membully ku?"
"Mereka tidak akan membullymy Jae.. atas dasar apa? Kau sempurna. Sangat sempurna"
"Penganut paham seperti itu tidak akan melihat apa yang kau lihat Jin"
"Tenanglah .. penggemarku tidak seperti itu. Aku yakin itu. Sekarang kita hanya perlu fokus pada 1 hal"
"Apa?"
"Seok Jin dan Min Jae junior"
"Mwo?" Aku melotot.
"Ah wae?? Aku kecewa sekali saat tau kau kehilangan kehamilanmu. Aku merasa bisa membayangkan seperti apa wajah anak yang akan kau lahirkan nanti."
"Kau berkhayal terlalu tinggi Jin"
"Worldwide Handsome dengan Ullzangnya Korea. Visualnya pasti akan jadi yang terbaik pada masanya nanti"
"Haha sekarang kau tau kalau aku Ullzang? Kau bisa bayangkan berapa banyak yang akan patah hati kalau kau mengumumkan pernikahan kita nanti. Bukan hanya kau satu2nya yang punya banyak penggemar disini. Aku juga" Jin tertawa.
"Selain visualnya, anakmu pasti akan mewarisi percaya diri yang tinggi darimu dan dariku. Perfect!" Ucapnya semangat.Seperti itulah hari itu kami habiskan. Membicarakan banyak hal, yang penting sampai yang tidak penting. Mendengarkan Jin merencanakan banyak hal dan tidak berhenti memuji dirinya sendiri. Memperlakukanku dengan rasa sayang yang tidak bisa ku abaikan begitu saja. Kim Seok Jin benar2 sudah bangun dari semua kebodohannya. Benar2 sudah menata hidupnya menjadi lebih baik lagi. Dan aku sangat bersyukur menjadi bagian dan alasan untuk semua itu. Ku rasa semuanya akan menjadi lebih bahagia lagi di masa depan.
Kim Seok Jin, Borahae-yo 💜💜
= END=
KAMU SEDANG MEMBACA
-Awake please, Kim Seok Jin!-
FanfictionJadi istri seorang Idol? Suami tampan, terkenal, punya karir yang baik dan penghasilan yang berlimpah. Sempurna bukan? itu kalau kau benar2 istrinya.. Beda kisahnya kalau kau adalah istri simpanan. eit .. tunggu dulu! Belum lagi kalau kau istri yang...