Hari ini Jin pamit akan berangkat ke Hongkong untuk memulai Asia Tour mereka. Dia memelukku saat akan berpisah dengannya di basement.
"Kau boleh menyusulku kalau kau mau" katanya. Aku hanya mengangguk. Kemudian mereka berangkat ke Bandara dan aku ke kantorku.Mereka akan berada seminggu di Hongkong. Selesai konser hari kedua, aku tau mereka akan libur 2 hari sebelum melanjutkan konser ke 3 dan ke 4.
Di sosial media, ku lihat banyak sekali artikel dan foto2 mereka beredar. Ada foto2 dari orang2 yang bertemu dengan mereka tanpa sengaja di beberapa tempat. Sepertinya mereka benar2 memanfaatkan waktu libur mereka dengan berbelanja atau sekedar menikmati kuliner disana. Dari foto2 yang beredar, tak ada 1 pun tentang Jin. Mungkin dia sedang istirahat di hotel, awalnya aku berfikir seperti itu hingga akhirnya ponselku berdering.
"Yeobseyo?"
"Jae-ssi .. maaf mengganggu. Ini aku Manajer Sejin"
"Ah ne .."
"Aku ingin bertanya apakah Jin sedang ada bersamamu sekarang. Aku sudah mencoba menghubunginya berkali2. Kami baru tau kalau dia tidak ada di hotel sejak konser berakhir malam tadi. Dan setelah kami cek, dia melakukan penerbangan ke Korea. Ku fikir dia pasti ada urusan mendadak denganmu Jae-ssi"
"Ah ne Manajer .. aku akan memastikan Jin segera kembali ke sana secepatnya dan tidak akan membuat jadwal tim terganggu. Miane-yo"
Ku akhiri panggilan dan segera memutar otak untuk memikirkan jalan keluar dari masalah yang baru saja ku dengar. Jin meninggalkan pekerjaannya tanpa pemberitahuan? Ada apa lagi ini?
Ku coba menghubungi ponselnya, sama saja dengan Manajer Choi, dia tidak mengaktifkan ponselnya. Ku hubungi Seok Joong, Hyungnya Jin, hasilnya Nihil. Jin tidak bersamanya. Aku takut membuat khawatir jika menghubungi orangtuanya. Lalu aku bekerjasama dengan Hyungnya untuk sama2 mencari.
Sebelum bertemu Seok Joong, aku singgah ke dorm, disana sama saja. Jin tidak ada. Aku memutuskan untuk mencari ke 1 tempat yang sebenarnya pertama muncul di fikiranku tadi sewaktu berfikir untuk mencarinya. Komplek apartemen itu. Tempat mobil Jin yang pernah ku lihat beberapa waktu lalu membawa seorang wanita.
Sampai disana, rupanya Seok Joong sudah ada sedang berbicara dengan pihak keamanan. Aku berjalan menghampirinya setelah memarkirkan mobilku.
"Kita langsung naik saja. Aku sudah mendapatkan nomor apartemennya" katanya. Aku mengikuti sambil terus berusaha tenang. Biar bagaimanapun, aku tidak bisa berbohong kalau perasaanku sangat kacau begitu mendengar kabar dari manajernya Jin tadi. Belum pernah ku dengar dia seperti ini sebelumnya.
Pintu lift terbuka saat mataku melihat 2 sosok yang benar2 membuat seluruh tubuhku terpaku. Jin sedang berdiri bersama seorang wanita yang ku lihat beberapa waktu lalu menaiki mobilnya dan diantar ke tempat ini. Wanita itu melihatku dengan tatapan yang sangat sulit ku artikan. Sementara Jin, wajahnya benar2 tidak bisa menutupi keterkejutannya. Dia terpaku beberapa saat hingga akhirnya melangkah mendekati kami yang masih terdiam.
"Jae-ya" ucapnya hati2. Aku menatapnya. Tepat di matanya. Aku ingin dia tau apa yang ku rasakan sekarang. Hatiku entah kenapa terasa ebnar2 pedih sekarang. Walau sudah menebaknya, aku masih saja tidak bisa mengelak dari rasa sakit itu. Pedihnya terasa begitu saja tanpa bisa ku kendalikan. Ku kuatkan kakiku untuk tidak goyang menopang tubuhku yang rasanya sudah seperti tidak bertulang ini. Ku lihat wanita itu maju dan langsung merangkul lengan Jin sambil melihat ke arahku. Aku berusaha tidak menghiraukannya walau aku sangat ingin memakinya. Jin tampak salah tingkah dan melepas rangkulan wanita itu.
"Picossho?" Seok Joong membuka pembicaraan dengan nada yang sangat tajam. " Apa sekarang kau kehilangan akal sehatmu Jin?" Tambahnya lagi. Jin tampak menghela nafas kemudian menjawab.
"Aku punya alasan Hyung"
"Kau mempertaruhkan karirmu dan teman2mu sekarang. Apa kau sadar itu?" Suara Hyungnya terdengar semakin meninggi. Aku menahan tangannya memberi isyarat utk tenang. "Ikut kami!" Perintahnya sambil berbalik. Jin tampak ingin melangkah tapi wanita itu menahannya.
"Kau tega meninggalkanku?" Katanya dengan wajah sedih.
"Aku akan menemanimu kalau kau perlu teman." Kataku spontan. "Tapi tolong lepaskan dia kali ini. Pekerjaannya menunggunya" tambahku. Wanita itu tampak tidak senang denganku. Entah kenapa aku merasa dia mengenalku dengan baik. Walau ini adalah pertama kalinya kami saling tatap seperti ini.
"Aku tidak perlu kau" sahutnya sinis. "Aku mau Seok Jin tetap disini bersamaku"
"Ya .. kau benar2 keras kepala SeolHyun-ah! Kau kira siapa kau mengatur adikku?" Tanya Seok Joong dengan lantang. Aku melihat amarah di wajahnya. Jin menarik wanita itu menjauh. Ku dengar beberapa makian terlontar dari mulut wanita itu. Sungguh aku tidak menyangka kata2 seperti itu bisa keluar dari mulut seorang wanita cantik seperti dia.
Tak lama Jin mendatangi kami. "Hyung .. biarkan aku menyelesaikan urusanku dulu dengannya. Aku akan kembali ke Hongkong esok pagi"
"Ya Seok Jin-ah! Sudah ku peringatkan untuk meninggalkan wanita iblis itu sejak dulu. Entah apa yang dia lakukan hingga membuatmu seperti ini. Buka matamu Jin! Ingat teman2mu dan penggemarmu! Kau hanya akan jadi sampah tanpa mereka!"
"Hyung .. konser akan berlangsung lusa. Aku akan pastikan sudah sampai besok sebelum siang."
"Lakukanlah" kataku "Lakukan apa yang menurutmu baik."
"Jae-ya.." ucap Seok Joong sambil melihatku.
"Gwenchana-yo Oppa. Ku rasa dia sudah cukup dewasa untuk berfikir." Kataku lalu berbalik meninggalkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Awake please, Kim Seok Jin!-
FanficJadi istri seorang Idol? Suami tampan, terkenal, punya karir yang baik dan penghasilan yang berlimpah. Sempurna bukan? itu kalau kau benar2 istrinya.. Beda kisahnya kalau kau adalah istri simpanan. eit .. tunggu dulu! Belum lagi kalau kau istri yang...