1. Kayla Sinta Wijaya

48 4 8
                                    

"Vano kau mau membawa aku kemana ?" tanyaku pada Vano kekasihku. Dia tidak menjawab, terus berjalan tanpa memperdulikan pertanyaanku.

"Vano... Kamu dengar nggak sih aku tanya ?" aku merasa kesal karena diabaikan terus oleh nya. Segera ku hempaskan tangannya yang mencengkram kuat pergelangan tanganku.

Dia tetap terdiam tetapi dia menatapku secara tajam.
"Apa aku salah bicara?" batinku bertanya tanya

Dia menghembuskan napas secara kasar lalu berkata.
"Aku tidak suka kau berdekatan dengan lelaki tadi" ucapnya. Dia mengatakan itu dengan cepat, aku pun tertawa setelah mengetahui alasan dia mendiamkanku tadi. Dia cemburu melihat aku berdekatan dengan pria lain yang sejatinya saudara sepupuku.

"Tidak usah menertawakanku" ucapnya dengan kesal. Mendengar itu aku segera meredakan tawaku takut-takut dia marah lagi padaku.

"Kau cemburu ?" tanyaku padanya

"Tidak, aku tidak cemburu" sangkalnya

"Terus kenapa kamu marah ?" tanyaku

"Karena aku mau" jawabnya singkat. Mendengar itu aku hanya dapat menghela napas dengan tersenyum.

"Jika kau ingin tau siapa dia, maka dengarkan aku. Dia adalah sepupuku, kami tidak sengaja bertemu dan mengobrol sebentar" jelasku padanya. Dia menanggapinya dengan deheman.

"Jadi sekarang kau tidak marah lagi bukan ?" tanyaku dengan melihat matanya. Dia kembali berdehem sebagai tanggapan atas pertanyaanku.

"Baiklah jika kau masih marah padaku, aku akan pulang dengan taksi saja" ucapku sembari pergi menjauhinya. Dia mencegahku dengan menggenggam pergelangan tanganku dengan lembut, membawaku dalam pelukan hangat dan menenangkan darinya.

"Maaf, maafkan aku. Seharusnya aku tidak bersikap seperti tadi didepan saudaramu, itu hanya akan membuat ku terlihat tidak baik didepan keluargamu." ucapnya dengan sungguh-sungguh. Aku menatap matanya aku dapat melihat bahwa dia benar-benar menyesali perbuatannya tersebut. Aku hanya dapat tersenyum sebagai jawabannya.

Ku usap rahangnya menyalurkan rasa nyaman dengan mataku yang menatap lurus ke matanya.
"Aku mencintaimu Vano." ucapku dengan sungguh-sungguh

"Aku juga mencintaimu Kayla Santi Wijaya. Aku ingin kita selalu bersama. Tidak ada wanita lain yang dapat membuatku berpaling darimu, kau adalah duniaku, tidak ada yang dapat memisahkan kita, meski maut sekalipun." ucap Vano dengan sungguh-sungguh padaku dan diakhiri dengan sebuah kecupan ringan dikeningku. Jantungku berdetak dengan cepat ketika Vano mengutarakan isi hatinya padaku. Kecupan ringan dikeningku itu dapat membuat kedua pipiku memanas hingga menimbulkan rona merah.

Kekasihku ini sungguh manis sekali. Dia sangat posesif pada orang yang disayanginya, dia akan sangat marah jika ada yang mengganggu orang yang dia sayangi. Dia juga sangat marah jika ada yang berani berbohong padanya, meski kecil sekalipun.















2 Bulan yang lalu.......

Ya kejadian itu terjadi 2 bulan yang lalu. Sudah lama bukan ?
Sekarang dia sudah berubah, sangat berubah. Dia menjadi orang yang gila kerja dan menjadi seorang yang dingin bahkan padaku dan keluarganya sekalipun. Meski begitu aku percaya bahwa dia masih mencintaiku, karna aku pun masih mencintainya.

Aku merindukannya yang dulu selalu cemburu padaku, yang selalu bertengkar denganku karena hal sepele, kami bertengkar tetapi tidak sampai fatal hingga memutuskan hubungan kami atau melakukan kekerasan fisik. Aku merindukan Devano ku yang dulu.

Aku tau betul bahwa waktu dapat mengubah seseorang. Aku hanya mampu tersenyum menanggapi semua ini. Aku hanya mampu berdoa semoga pernikahan kami yang akan digelar beberapa minggu lagi dapat terlaksana dengan lancar dan menjadikan kami keluarga yang bahagia yang tak akan terpisahkan seperti harapanku dengannya dulu.














Bersambung.....

Love And RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang