2. Devano Raffael Fernandez

33 4 8
                                    

Aku mengacuhkannya, bukan karna aku tak lagi mencintainya. Aku menjauhinya bukan karena bosan, semua ku lakukan agar dia tidak tahu seberapa brengseknya aku. Aku melakukan semua ini karena aku ingin dia menjauhiku tanpa harus aku menyakitinya.

Dan semua usahaku terasa sia-sia ketika keluarganya dan keluargaku sudah merencanakan perjodohan kami dari jauh hari, bahkan aku dan Kayla sendiri tidak mengetahui itu.

Kayla yang memang sudah siap untuk menikah segera menyetujui hal itu, berbeda denganku. Aku merasa dilema saat ini, aku ingin mengatakan setuju tapi aku merasa menjadi pecundang tapi jika aku tidak setuju, aku tidak ingin melihat wanita yang selama ini aku cintai menangis karena ku.

"Aku tidak bisa menerima perjodohan ini, pa, ma."

"Maafkan Vano om, tante. Vano tidak bisa"

Entah kenapa kalimat tersebut mengalir begitu saja dari mulutku. Aku dapat melihat keterkejutan diwajah Kayla dan bersaan dengan itu air matanya jatuh. Sangat sakit, aku menyesal, sangat, tapi hanya itu yang dapat aku lakukan.

Kayla berusaha tegar, dia meminta waktu untuk berbicara berdua saja denganku. Dan hal itu disetujui oleh kedua keluarga kami. Kayla menanyakan mengapa aku tidak menerima perjodohan ini, aku menjawab bahwa aku sudah bosan dengannya. Kayla bersusah payah menahan air matanya agar tidak keluar dan memaksakan tersenyum atas jawabanku tersebut.

Dia tidak dapat menyembunyikan raut sedih dan kecewa yang sangat jelas tergambar dari wajah dan matanya. Jangan mengira aku tidak tersiksa, aku sangat tersiksa.

Aku tidak tahu kenapa, tapi perjodohan itu tetap dilanjutkan. Aku merasa sangat senang sekaligus frustasi memikirkan semua ini. Aku menyibukkan diri dengan berkas-berkas dikantor dan beralasan melakukan meeting diluar kota bahkan luar negeri hanya untuk memperkecil kemungkinan kita bertemu.

Hari yang begitu ditunggu tunggu datang juga. Hari pernikahanku dan Kayla. Kami mengucap janji suci diatas altar, disaksikan oleh keluarga dan rekan kerja keluarga kita.

Tergambar jelas dimata dan wajahnya bahwa dia sangat bahagia atas pernikahan ini, senyuman yang tak pernah luntur dari wajahnya, meski dia tau bahwa aku tidak setuju dengan pernikahan ini.

"Aku bahagia Vano, sangat bahagia. Bagaimana denganmu ?" tanyanya padaku dengan pandangan mengharapkan bahwa aku sependapat dengannya.

"Aku juga bahagia Kay." ucapku sungguh sungguh.

"Aku mencintaimu Devano Raffal Fernandez." ucapnya dengan menggenggam salah satu tanganku.

"Aku juga mencintaimu Kay." ucapku dengan mengalihkan pandangan darinya.

Aku tidak tahu apakah pernikahan ini akan bahagia seperti harapan ku, atau pernikahan ini hanya akan memberikan kesedihan bagi Kayla.












Bersambung.....

Love And RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang