Hutan

171 115 35
                                    

Sinar hangat mentari membangunkanku dari mimpi yang cukup indah ditempat antah berantah. Dan mataku langsung tertuju pada laki-laki tampan yang memiliki tubuh lumayan bagus dengan kulit putih bersih.

"ada apa?" tanya Reyza saat ia tahu aku memperhatikan nya.

"hmmm," aku berpikir sejenak, "kau sudah mandi?" tanyaku mengalihkan topik.

"menurutmu?"

Ya memang ia terlihat habis mandi, kan dia sedang mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

"hei, jangan terus menatapku, cepat mandi dan ayo kita mencari makanan," Reyza nampaknya sangat bersemangat, sepertinya ia tidak merasa terkena sial, malah justru ia terlihat seperti sedang liburan.

"baiklah," aku segera bangkit dan cepat-cepat membersihkan tubuhku.

Setelah aku mandi, kami pergi masuk ke dalam hutan untuk mencari tumbuhan yang bisa dimakan, jika kalian bertanya kenapa tidak mencari makanan laut saja, aku tidak bisa menjawabnya karena aku juga bertanya-tanya dalam pikiranku.

Kami masuk menerobos semak-semak dan tumbuhan yang pastinya tidak aku ketahui, tumbuhan setinggi pinggang ini dipangkas oleh Reyza untuk membuka jalan. Disamping kanan dan kiri banyak kami temui pohon setinggi tiga meter dengan daun yang lebat.

Aku hanya diam dan memperhatikan Reyza yang sedang asik memberikan jalan padaku.

Asal kalian tahu, aku sebenarnya sangat kesal karena laki-laki ini kembali membawaku kepada kesulitan. Kesulitan harena harus bersusah payah melewati jutaan tumbuhan yang sangat tidak bersahabat denganku.

"AADUH," tanganku tergores ranting kayu yang cukup tajam dan membuat darah menetes keluar.

"kau tidak apa-apa?" tanya Reyza memalingkan wajahnya padaku.

"apa tidak salah kau bertanya padaku?,"  padahal jelas-jelas tanganku mengeluarkan darah.

"maaf," Reyza memegang tanganku yang membuat aku terkejut. Ia menyentuh tanganku dengan sangat lembut.

kemudian ia menggandeng tanganku sampai ia memetik dua lembar daun dan mengunyahnya. Lalu mengoleskan kunyahan daun itu ketanganku dengan penuh perhatian.

"daun apa itu?," tanyaku Sambil memperhatikan Reyza yang fokus mengobati lukaku.

"ini adalah daun tembelekan, efektif untuk penyembuhan luka juga mempercepat proses perbaikan jaringan yang rusak," kata Reyza menjelaskan

Kami kembali melanjutkan perjalanan mencari sarapan di tengah hutan. Aku ingin sekali rasanya berteriak kelaparan, tapi kan aku harus menjaga harga diriku juga dong di depan laki-laki ini.

Sudah sekitar dua puluh menit setelah kejadian tanganku yang terluka, akhirnya kami menemukan sebuah pohon mangga. Rasanya aku sangat senang karena akhirnya dapat mengisi perutku yang berteriak kelaparan.

Aku dan Reyza memulai sarapan kami dengan mangga yang menggoda, tenang saja mangga ini sudah matang dan sangat harum wanginya.

Aku memakan mangga ini dengan lahap, dan dengan mulutku ini aku mengupas mangga sehingga memberikan sensasi jauh lebih nikmat, apalagi ditengah rasa lapar ini.

"bagaimana rasanya?" tanya Reyza. Astaga, aku lupa kalau ada Reyza disini, sepertinya aku sangat menikmati mangga ini sehingga lupa segalanya.

"sepertinya kau sangat lapar ya," Reyza memandangku sambil tersenyum. Aku berusaha untuk tidak memperdulikannya dan fokus pada mangga yang aku makan.

"kalau kau sudah selesai, ayo kita mencari air," ajak Reyza.

"kita akan kembali ke pantai?" aku berharap demikian agar tidak berlama-lama didalam hutan ini.

"apa kau akan minum air laut?" Reyza berhasil membuat aku terlihat jodoh dengan pertanyaannya itu.

"baiklah, ayo kita pergi," kataku seraya bangkit dan mulai berjalan, diikuti Reyza dibelakang aku.

"kau sepertinya betah berada disini?" entah apa yang dipikirkan Reyza, jelas-jelas aku sangat tidak nyaman berada dipulau ini.

"kau pikir aku sudah gila?, bagaimana mungkin aku nyaman berada disini,"

"terlihat dari ekspresi wajahmu yang menunjukan kau senang berada didekatku ,"

"sepertinya kau terlalu percaya diri," kataku sambil tertawa.

Dasar laki-laki, mereka sangat aneh. Bisa-bisanya mereka melemparkan kata-kata seperti itu disaat seperti ini.

"lewat sini," tunjuk Reyza ke arah sungai dibawah sana. Kami harus berjalan turun supaya bisa sampai disana. Sangat sulit pastinya dengan banyak tumbuhan yang menghalangi.  Tapi kami berhasil sampai ke sungai tersebut.

Sungai ini bisa dibilang kecil, karena hanya memiliki lebar satu meter. Dan airnya sangat dingin dan jernih, wajar karena tidak ada yang pernah menyentuh pulau ini.

Kami segera meminum air sungai ini, rasanya dahaga ini langsung hilang begitu saja dan meninggalkan rasa segar di tenggorokan. Lengket mangga yang tadi kami makan pun hilang bersama dahaga tersebut.

"minumlah sepuasnya, setelah ini kita kembali ke pantai," kata Reyza sambil duduk di sebuah batu, terlihat ia juga meletakkan bongkahan tanah disampingnya, dan setelah diperhatikan sepertinya bongkahan tanah tersebut adalah singkong, aku tidak sadar kalau Reyza mengambil dan membawa singkong.

Aku kembali meneruskan acara minumku seraya menyimpan air sungai ini kedalam botol yang aku bawa.

"AAARRGGHH" teriakan Reyza memecah fokusku. Aku segera memalingkan wajahku dan melihat kearahnya.

IA MELEPAS CELANANYA!!. Astaga, apa yang dilakukan laki-laki itu!. DAN TERNYATA ADA PULUHAN LINTAH PENGHISAP DARAH DIBALIK CELANANYA!!.

aku sangat terkejut dan segera menolongnya untuk melepaskan lintah itu dari tubuhnya. Puluhan lintah tersebut terlihat gemuk setelah menghisap darah di paha dan bokong putih Reyza.

Memang sih aku sangat kesal dengan Reyza, tapi aku juga tidak tega melihat tubuhnya yang indah dinikmati oleh lintah ini.

Dan untungnya aku dan Reyza berhasil melepaskan lintah tersebut dari tubuh Reyza dengan korek dan garam.

Akhirnya aku bisa bernafas lega setelah berhasil melepaskan lintah tersebut. Untunglah lintah tersebut tidak menghisap barang milik Reyza.

Sebentar, aku merasa ada yang ganjil.

ASTAGA!!

Kerang Ajaib [complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang