Prolog

34 6 0
                                    

"Alghi, jangan ke tengah sayang." Anne mengeluarkan seluruh tenaganya untuk berteriak.

Anak laki-laki berumur 6 tahun itu tidak mendengarkan teriakan mamanya. Dia semakin menengah. Menyongsong gulungan ombak Pantai Ancol yang berkejaran menepi. Cuaca hari ini cerah. Sangat cocok untuk bermain air atau sekadar berjemur santai.

Alghi teronggok begitu saja di samping mamanya yang duduk santai di bawah pohon kelapa. Anak itu hanya mengenakan celana pendek yang ujung-ujung celananya basah, lengket dengan butiran pasir putih. Alghi menikmati liburannya hari itu.

"Ombaknya seru loh ma!" Alghi berteriak kencang.

Anne nyaris saja berdiri kalau suaminya tidak meraih lengannya. "Biar aku yang menyusul Alghi," kata laki-laki itu. Bibirnya menyunggingkan senyuman.

Laki-laki bermata sipit itu beranjak dari tempat duduknya di samping Anne. Kakinya melangkah maju. 1 langkah kemudian, ia berbalik lagi. Sepasang matanya menatap Anne.

"Ayo ikut," ajaknya. "Lebih seru kalau kita basah-basahan bersama."

"Aku di sini saja, sayang."

"Ayolah." Laki-laki itu menarik lengan Anne tanpa mengulur waktu. Mereka berdua menghampiri Alghi yang asyik bermain ombak di batas pantai.

"Sini, Ma..." Alghi berlari menghampirinya. Butiran air asin itu mengenai ujung kain pantai yang terlilit di pinggang Anne.

Suami Anne meraup air dan memercikannya ke arah Anne.
Mereka saling melempar air satu sama lain. Saling mendorong, berkejaran di ambang pantai, bahkan sesekali terjungkal di atas pasir basah.

***
Waktu-waktu berat yang menorehkan kenangan sudah berlalu. Sekarang Anne sudah bersuami, dan telah dikaruniai anak laki-laki tampan bernama Alghi. Dia juga sudah terbiasa memanggil suaminya dengan sebutan "Sayang". Sudah biasa menghabiskan waktu senggang berdua. Mengawali kencan pertama. Ciuman di sudut ruangan. Bergandengan tangan. Berpelukan untuk menyusuri perasaan masing -masing. Semua itu menciptakan cinta baru di hati Anne. Mengikis kenangan-kenangan bersama seseorang beberapa waktu lalu.

Walaupun kenangan-kenangan itu terkikis seiring berjalannya waktu, ada satu nama yang tidak pernah terhapus dari hatinya.

Hendika.

Laki-laki berkulit eksotis yang selalu mengisi celah di hatinya. Laki-laki yang saat ini jauh di ujung pulau. Laki-laki yang rela membuang kenangan di Indonesia. Termasuk menghapus Anne dari kenangannya.

" Paman Dika sudah lama nggak kirim kabar," celetuk Alghi, seolah olah bisa membaca pikiran mamanya. "Alghi mau kirim Postcard dari Jakarta, Pa. Siapa tahu Alghi dibawakan mainan lagi dari London. Boleh kan, Pa?."

Laki-laki itu mengangguk. ''Pasti boleh, sayang," katanya dengan suara tenang. "Sekalian saja Alghi minta Paman Rangga pulang. Sudah lama kita tidak berkumpul".

Alghi mengangguk senang.

Vote and Coment
Thanks.💕

🌂

Hujan&RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang