Empat

7 3 0
                                    

Anne mengenakan kaus putih berlengan pendek dan sebuah rok polos sebatas betis berwarna peach. Scraft berwarna ungu muda yang disimpul longgar melingkari lehernya. Sepasang sepatu flat berwarna coklat tua tanpa kaus kaki. Rambutnya diikat tinggi di belakang kepala. Berhiaskan ikat rambut berwarna pink. Pipinya memantulkan rona merah karena terik matahari yang masuk melalui kaca bus.

Anne duduk di sebelah jendela. Berada diurutan paling ujung setelah Novita dan Hendika. Cuaca mendung. Awan hitam menggantung di luar jendela bus. Anne menatap langit sejenak, lalu segera menutupi telinga dengan earphone yang tersambung dengan ipod kesayangannya.

Jarak Jakarta-Bojonegoro bisa ditempuh kurang lebih selama 5 jam. Cuaca semakin tidak bersahabat, angin penjemput hujan seolah bergerak bebas di sepanjang jalan tol.

Anne tidak pernah menyukai perjalanan jauh. Terlebih lagi karena keadaan jalan sangat tidak mendukung. Mendung dan perjalanan terasa memualkan karena jalan tol sudah mulai rusak. Dia ingin segera membenamkan diri di kamar kesayangannya. Ditemani dengan koneksi internet untuk sekedar googling atau lainnya.

Lamunan singkat itu membuatnya lupa sejenak KKN. Namun, dia kembali tersadar saat lelaki yang duduk di ujung bangku menepuk pundaknya.

"Aku ingin cepat sampai, lalu mengambil foto kalian berdua," katanya sambil memainkan lensa kameranya.

Sebuah senyum tipis terlukis di bibir Anne. Anne tahu bahwa Hendika hanya ingin menghiburnya. Tatapan mata Dika yang tajam seolah-olah menegaskan bahwa semua akan baik-baik saja. Namun Anne belum bisa tenang sekarang. Dia masih belum terbiasa dengan lingkungan baru dan orang-orang yang baru dikenalnya.

Salah satu teman sekelompok mengambil gitar yang sengaja dibawa Hendika. Selanjutnya, sayup-sayup terdengar melodi ceria di dalam bus.

Hendika ikut bergabung dengan teman lain. Walaupun bibirnya terbuka untuk ikut menyanyi, tangannya asyik memainkan tombol kameranya. Mengabadikan momen-momen ceria di dalam bus. Membidik beberapa angle saat berangkat KKN.

Novi sedikit terhibur. Bibirnya ikut terbuka, menyanyikan nada seperti petikan gitar.

"Suaramu bagus," puji Novi pada Hendika.

Hendika menaikkan alis kanannya, "Baru tahu?"

Novi mendengus, "Ternyata, sama saja. Percuma ngomong sama kamu."

Hendika terkekeh. Banyak yang berubah sejak kali terakhir mereka bertemu. Dulu, Dika dan Novi memang sahabat sejak kecil. Kemana-mana selalu berdua. Bermain berdua. Namun, sejak kuliah, jadwal mereka jadi sangat padat, bahkan tidak ada waktu untuk bertemu.

"Sudah banyak yang berubah, ya."

Dika mengangguk sekali lagi, "Kamu juga. Saking cantiknya, aku sampai pangling."

Novi terdiam, meresapi kata-kata yang barusan keluar dari bibir Hendika. Tanpa sadar, pipinya terasa merona. Cepat-cepat Novi memalingkan wajah ke jendela bus. Tanpa sadar, dia mengawasi Anne. Wajahnya terlihat suram dengan sepasang earphone yang terjejal ke lubang telinga. Sesekali, Anne tersenyum simpul.

"Kok senyum-senyum sendiri?" tanya Novi tiba-tiba, membuat Anne kaget.

Anne menggeleng pelan, "Lagu favoritku." senyum Anne melebar. Tanpa disadari, Dika sudah mengatur fokus lensanya, mencuri gambar Anne yan berbalut senyum simpul dengan background jendela bus.

Di luar, langit gelap. Titik-titik hujan itu perlahan jatuh ke bumi.

Vote and Coment
Thanks💕
🌂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan&RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang