Anne dan Novi datang ke auditorium terlalu awal. Baru ada beberapa mahasiswa di sana. Mahasiswa itulah yang akan diterjunkan untuk KKN. Wajah-wajah asing, dengan jaket almameter berbagai jurusan berbeda.
Setelah menandatangani daftar hadir, Anne dan Novi mencari tempat duduk sesuai nomor yang ditentukan. Berdasarkan urutan kelompok.
Dalam 10 menit kemudian, jumlah mahasiswa di ruangan bertambah. 20 menit kemudian, mendekati acara pembukaan dimulai, ruangan ber-AC itu mulai terasa penuh sesak. Beberapa Dewan Pembimbing Lapangan yang diterjunkan untuk KKN sudah menempati tempat masing-masing.
Seorang laki-laki jangkung datang beberapa menit setelah pidato dimulai. Mengendap-endap membungkukkan punggung di antara kerumunan. Dia terlambat beberapa menit. Laki-laki itu menyeka keringat dengan punggung tangannya. Napasnya tersengal-sengal. Hari ini, dia lupa kalau ada pertemuan antarkelompok di auditorium kampus. Dia terlalu asyik di kegiatan klub backpacker. Kalau saja salah seorang senior tidak mengingatkannya, mungkin dia tidak datang ke auditorium ini.
Setelah bertanya kepada petugas absensi, dia segera menuju ke sudut kanan ruangan. Langkahnya tegap. Terkesan tergesa-gesa untuk ukuran tubuhnya yang sekitar 175 cm. Dia begitu kurus, terkesan junkies dengan kulit eksotis sedikit kecoklatan. Mungkin warna kulitnya itu hasil dari hobinya sebagai backpacker.
Laki-laki itu berkacamata. Dia memiliki tulang rahang tegas dengan pandangan tajam.
"Kelompok 5?'' Dika memastikan sebelum mengambil tempat duduk di antara kelompok tersebut. Beberapa mahasiswa yang hadir sebelum Dika menganggukkan kepala.
Dika sangat memperhatikan penjelasan DPL dengan saksama, lalu merekam semuanya di dalam otak kecilnya.
" Hendika" seseorang menepuknya dari belakang. Suaranya lirih, tetapi terdengar antusias.
Dika menoleh, menangguhkan menyimak untuk sesaat. Keningnya berkerut saat melihat perempuan berambut panjang blonde dengan sedikit gelombang itu. Dika ragu sejenak, urung menimpali sapaan perempuan itu. Ada bule yang ikut KKN tahun ini. Namun aneh, logat bicaranya tidak seperti orang asing. Selain itu, di sampingnya duduk seorang perempuan dengan wajah kalem. Sepertinya, perempuan itu teman gadis blonde ini.
"Hei, aku Novianti, Dika. Kamu lupa?"
Kerutan di dahi Dika mengendur. Matanya membulat seketika, terkejut. Selanjutnya, terpasang senyum lebar di bibirnya yang tipis dan berbentuk seperti gunung. "Novianti Clarassanti?''
Gadis itu mengangguk mantap. Dia lega, ternyata tidak salah menyapa orang.
" Aku pangling!" pupil mata Dika membesar. "Kamu kelihatan beda." Dika setengah syok.
Novi terkekeh. "Eh, ternyata, kita sekelompok loh."
"Oh, ya, kupikir enggak ada yang kukenal di kelompok ini," tukas Dika.
"Masa tidak bertemu beberapa semester saja sudah membuatmu lupa padaku?" Novi pura-pura cemberut.
Hendika dan Novi terlihat sangat akrab, seperti teman lama tidak ketemu, lalu dipertemukan lagi dalam kelompok KKN.
Perempuan berambut lurus di samping Novi menyimak percakapan keduanya dalam diam. Bola matanya beralih pelan, dari laki-laki berkacamata itu ke Novi. Tiba-tiba rasa cemas kembali menderanya. Ada keinginan untuk bisa akrab dengan orang lain tetapi mengawali percakapan dengan orang yang baru di kenal adalah hal yang paling sulit bagi gadis itu.
Dika tertawa lebar, "Bukan begitu. Kamu benar-benar berubah. Aku juga enggak terlalu memperhatikan nama-nama orang yang sekelompok denganku."
Tiba-tiba, Novi tersadar. Dia terlalu banyak mengobrol dengan Dika, hingga nyaris melupakan seorang teman yang sejak tadi duduk tenang di sampingnya.
"Oh iya, Dik. Perkenalkan ini Anne El-Fryna. Panggilannya Anne." Novi menoleh pada Anne. Sejak tadi dia hanya mengamati percakapan Novi dengan Dika.
Hendika memutar bola matanya. Menatap sosok yang diperkenalkan Novi dengan ekspresi ramah. Gadis berwajah kalem tadi.
Gadis yang dikenalkan Novi tersenyum simpul. Senyum tipis yang nyaris tak terlihat.
Anne tampak pendiam. Hanya menanggapi percakapan seperlunya. Rambutnya hitam legam. Panjangnya nyaris sepunggung. Rambutnya dibiarkan natural tanpa touching macam-macam ala rambut Novi. Sepasang jepit rambut ungu terjepit di atas telinga, membuat anak-anak rambut tidak menutup pandngan matanya.
Sepasang anting delima bermata merah terpasang di telinganya yang berdaun tegas, dengan ujung menumpul.
Wajahnya berbentuk oval dengan fitur khas yang memberi kesan tenang. Sepasang alisnya hitam tebal, menaungi sepasang matanya yang berbentuk almond. Bola matanya berwarna coklat terang. Hidungnya berbentuk turned-up. Pipinya sedikit merona karena kulit gadis itu sangat putih. Lengkap dengan bibir kecil mungil bersudut tumpul.
Gadis itu memang tidak setinggi Novi, tingginya 160 cm. Namun, bentuk tubuhnya proporsional dan menarik.
"Panggil saja Anne". Gadis itu mengulang untuk ketiga kalinya karena sepertinya Hendika melamun.
Hendika gelagapan. Entah apa yang ada di pikirannya. " Hendika," ucap hendika tersenyum salah tingkah.
Laki-laki bernama Hendika itu tersenyum. Senyumnya lebar. Begitu khas dan tampak supel. Dia juga tidak canggung dengan perkenalan mereka.
Laki-laki jangkung dengan kulit sedikit kecoklatan itu tampak cuek. Wajahnya sedikit oval dengan tulang pipi tegas dan rahang keras. Matanya oval dengan sepasang alis tebal yang menipis dibagian ujung. Hidungnya berbentuk greek, bertulang panjang, lurus, dan terkesan kuat. Bibirnya berbentuk busur menggunung. Bibir atas tipis dan bibir bawahnya sedikit lebih tebal. Deretan giginya rapi, tetapi bertaring gingsul.
"Novia pernah bercerita tentang kamu," Anne gelagapan. Hal tersulit baginya adalah berkomunikasi dengan orang asing. Dia bingung untuk menimpali obrolan Dika.
Hendika tersenyum, "Kalian satu kelas?"
Kie mengangguk, "iya..satu kelas di beberapa matkul dan enggak begitu dekat.”
" Wah, untunglah. Aku benar-benar terpisah dari teman-temanku nih." Dika menatap Anne dari kacamata tipisnya.Mereka berhenti sejenak, mendadak serius. DPL mulai memberikan beberapa bimbingan mengenai KKN.
"Jadi yang paling utama kalian harus bisa menyatu dengan masyarakat. Saling belajar bersama," himbau DPL.
"KKN dilaksanakan dua minggu ke depan selama liburan semester. Anggap saja ini liburan yang bermanfaat, agar kalian mendapatkan pengalaman baru," Dia berdehem sejenak, lalu "kabarnya banyak yang cinlok juga ya?" guraunya
Spontan mahasiswa diruang auditorium tertawa bersamaan.Vote and Coment
Thanks.💕🌂
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan&Rindu
Teen FictionJatuh cinta kepadamu begitu menyenangkan seperti meringkuk dalam selimut tidur yang hangat pada malam yang hujan. Aku ingin kau tahu, diam diam, aku selalu menitipkan rindu yang sama ke dalam beribu ribu rintik hujan. Aku ingin hari depanku selalu...