2 - Teman Sekelas

112 9 1
                                    

I'm strong, but with you i'm more strong

-Adara Binar-


"Binar! Mana uang yang ayah minta?" suara bantingan pintu mengejutkan Binar dan sang bunda yang sedang makan bubur buatan Binar, Binar hanya menoleh tanpa memedulikan teriakan pria itu dan melanjutkan menyuapi sang bunda yang terlihat ketakutan.

"Uang? Untuk apa anda minta uang ke saya? Bukankah anda sudah bersama wanita cantik dan berduit itu? Kenapa anda masih mengharapkan uang dari anak kelas 12 SMA? Harusnya anda sadar dengan tidak langsung anda telah menjatuhkan harga diri anda sebagai seorang suami dan ayah bagi keluarganya,"

"Kamu berani sama ayah? Mau jadi anak durhaka kamu? Pasti ini ajaran dari bunda kamu yang gak berguna ini!"

"Ayah? Siapa dia? Apakah seorang ayah akan memperlakukan istri dan anaknya seperti ini? Apakah seorang ayah selalu meninggalkan istri dan anaknya dalam keadaan kelaparan dan datang hanya untuk meminta uang? Apakah seorang yang bernama ayah berperangai seperti itu?" Binar menjawabnya dengan penuh penekanan sembari terus menyuapi bundanya.

"Ingat Binar! Ayah yang sudah merawat kamu semenjak kecil, ayah memberi makan kamu, menyekolahkan kamu. Apakah ini balasan kamu terhadap jasa ayah?"

"Saya akan lebih patuh terhadap orang yang melahirkan saya, menyayangi saya, dan tidak pernah berbuat kasar kepada saya, memang anda yang memberi makan saya, menyekolahkan saya. Tapi, apakah anda pernah berpikir? Itu bukanlah apa yang saya butuhkan? Apakah anda pernah memikirkan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh putri anda?"

Pria itu diam tak bergeming, mencerna semua kata-kata yang keluar dari putrinya sendiri.

Binar berdiri dan menatap mata pria itu lekat-lekat. "Kasih sayang seorang ayah kepada putrinya, dan saya tidak mendapatkan itu dari anda, apakah anda pantas menyebut diri anda sebagai seorang ayah?"

"Seorang ayah tidak akan memukul ibu dari anaknya di depan anaknya sendiri, seorang ayah tidak akan kasar kepada anaknya sendiri, dan seorang ayah yang seperti itu sama saja dengan brengsek!"

Plakk

Tamparan itu berhasil mendarat di pipi kanan Binar dan membuatnya tersungkur ke lantai. "Kamu berani menyamakan ayahmu sendiri dengan brengsek? Bagaimana dengan ibumu yang tidak berguna ini? Kamu samakan seperti apa dia? Apakah sama seperti pelacur yang menjual tubuhnya kepada siapapun yang membayarnya?"

Binar mengepalkan tangannya dan segera bangkit. "Jangan pernah sekalipun anda menghina ibu saya, karena ibu saya tidak seperti apa yang anda tuduhkan, dan walaupun dia tidak bisa apa-apa saya lebih menghormatinya daripada anda yang hanya seorang yang mengaku pria tapi tidak pernah melakukan tugas pria. Munafik!"

Plakk

Sekali lagi tamparan itu mendarat di pipi kanan Binar dan membuat sudut bibir Binar mengeluarkan cairan kental berwarna merah. Laki-laki itu maju dan memukuli Binar yang notabene nya adalah putrinya sendiri.

Ayu-bunda Binar-berusaha menghentikan perlakuan sang suami dengan susah payah.

Pukulan itu berhenti, namun Binar terus mengeluarkan kata-kata tajamnya.

"Serendah itukah harga diri anda? Hanya demi mendapatkan sejumlah uang, anda bisa menyakiti putri anda sendiri? Haha memang anda tidak punya harga diri!"

Sang ayah kembali naik pitam dan berlanjut memukuli anak gadisnya tanpa ampun, hingga pingsan.

Ayu turun dari kursi rodanya dan menarik paksa lengan pria itu sambil menangis, dan sesekali menggeleng dengan terus berusaha mengeluarkan kata-kata yang seakan sangat sulit diucapkan.

MENARI •||• ON GOING (Delshel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang