Shophia 2

947 69 5
                                    


"Re, menurut loe Pak Rendra ganteng gak tuh?" Nay, sohib karibku terlihat sangat terpesona sama guru akuntansi pengganti di sekolah kami yang baru saja bertugas beberapa minggu.

"Pak Rendra? Pasaran sih mukanya, masih ganteng Mang Jono, kang sampah komplek gue." Malas kutanggapi juga pertanyaan Nay.

"Bujug, gile bener loe, masa cowok mirip Vino G Bastian loe samain sama tukang sampah. Males ah. Ilfill gue." Nay bersungut.

Aku ngakak sampai kesedak siomay yang hampir tandas.

"Lagian loe ada-ada aja. Udah yuk, bentar lagi masuk, pak Rendra bisa bertanduk kalo kita telat lagi." Aku bangkit.

"Emang loe pikir pak Rendra badak, bertanduk?"

"Nay, badak itu bercula, bukan bertanduk, yang bertanduk itu kucing," jawabku asal.

"Rea!"

Wajah polos Nay terlihat lucu kalau lagi marah, dia cantik, kaya, sayang otaknya sedikit kecetit, jadi mikirnya suka lemot, harus di-upgrade ke yang lebih baik.

Selama di SMA aku harus mau sebangku sama nih anak, kata maminya sih wajib bantuin dia belajar, imbalan yang aku dapet ya semua kebutuhan sekolah maminya Nay yang nanggung, gak rugi lah, biar ngomong sama dia harus diulang-ulang, mayan buat ringanin beban Ibuku.

"Nay, gue es teh manis satu, siomay porsi besar satu." Telunjukku mengarah pada gelas dan piring di atas meja kantin.

Nay mengangguk pasrah

Aku menepuk bahunya.

Kami berjalan beriringan menuju kelas.

Di depan kantor kami berpapasan dengan sosok yang tadi diperbincangkan, yaps Pak Rendra.

Aku membuang muka acuh. Sementara Nay terlihat salting.

Elah, nih bocah! Keselek jambu monyet kali, matanya melotot saat wajah guru honor sok ganteng itu tersenyum ke arah kami.

"Ayo masuk! Kebiasaan kalian telat." Kini wajah sok tampan itu mulai garang, atau digarang-garangkan, aku malas nyari tahu.

Kami pasrah digiringnya masuk kelas.
Sok banget kan nih gurhon, sok cakep, sok pinter lagi.

Seisi kelas bersorak melihat kedatangan kami, entah karena ada gue, Rea. Atau karena ada pak Rendra, otak gue juga emoh mikirin itu.

"Nay, gue mules." aku memegang perut.

Sementara pak Rendra sibuk menjelaskan materi.

"Kenapa kamu, Rea?"
Hah, nih guru punya Indra Bekti kali ya, eh indra ke enam kali, kok bisa denger bisikan gue ke Nay tadi, si Nay aja minta diulang.

"Jangan bilang kamu lagi nyari alasan biar gak ikut pelajaranku lagi?"

Mata hitamnya menelisik wajahku.

"Aku sakit perut, Pak." Aku meringis.

"Alasan!" Pak Rendra mendengus kesal.

Aku tak berminat menjawabnya, perutku makin kacau. Mendadak aku ingin buang angin, sebagai pertanda sebentar lagi ingin buang hajat.

"Serius pak, tadi Rea makan siomay porsi besar, plus es teh manis." Nay menyela.

"Sepagi ini kamu makan siomay, plus es teh manis?" Pak Rendra menatapku.

"Iya pak, biasanya juga begitu, ntar aku yang bay ...."

"Nay!" Aku membentak Nay. Gadis itu terdiam menutup mulutnya,

Rearen (Sudah Terbit) Part Tidak DihapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang