Shophia 12

645 81 6
                                    

Apa yang bisa kulakukan selain menahan malu dan  deburan tak menentu di dada, saat tangan kokoh pak Rendra mendarat telak di dua buah dadaku.

Rasanya seperti tersengat aliran listrik ribuan volt.

Pak guru ganteng itu telah menodai kesucian dadaku.

Ah, dia harus bertanggung jawab. Kita nikah ya, Pak. Eh, Rea!

"Kurang ajar!" Entah apa awalnya tiba-tiba kak Ragil langsung menonjok pak Rendra.

Namun, tangkas guru idola itu berkelit.

Napas Kak Ragil memburu. Amarah membuncah di dadanya, terlihat dari dengusan napas kasarnya.

Matanya berkilat, serasa ingin menelan pak Rendra saat itu juga.

"Tahan, Kak!" seruku.

"Rea, dia sudah kurang ajar padamu, tadi dia menyentuhmu, Re," ujar kak Ragil.

"Tapi Pak Rendra gak sengaja Kak." Aneh aku malah membelanya.

"Oh jadi ini guru yang tadi kau bilang mau membantumu? Tingkahnya aja mesum begini, Re?" jawab Kak Ragil, ketus.

"Hei, anak muda, jangan seenaknya menilaiku. Tadi aku refleks, dan tidak ada niat untuk melecehkan Rea." Pak Rendra menyela omongan kami.

"Mana ada maling ngaku?"

"Dan aku bukan maling, ingat itu."

"Sudahlah, kalian berdamai saja, maaf, Pak, Kak  Ragil cuma ingin membela saya saja."

"Rea, mau membela seseorang itu harus tau letak masalahnya, jangan sampai membela tapi inti dari yang mau dia bela justru tidak tau."

Pak Rendra menatapku dan kak Ragil bergantian.

"Jadi kamu yang namanya Ragil, laki-laki yang jadi rebutan gadis-gadis yang jadi budak cinta. Tapi ingat Jangan sampe kamu juga berbuat nekad hanya karena cinta. Itu konyol dan memalukan."

Kak Ragil tak menjawab, sekilas dia melirikku.

"Ayo Rea, mau pula bareng dia apa  aku antar hari ini?" pak Rendra menatapku.

"Aku, aku ...."

"Masih bingung? Ya udah aku duluan, bereskan dulu masalahmu dengannya."

"Masalah apa?" aku menjajari langkah pak Rendra.

"Masalah hatimu. Dia cinta pertamamu bukan?" tanyanya, persis kek polisi ngintograsi maling.

Mataku mendelik, rasanya sebal melihat raut wajah pak Rendra hari ini, baru saja dia membuat dadaku berdebar, eh sekarang malah bikin ilfil.

Sejak kapan Kak Ragil jadi first love-ku. Ngaco!

Eh, apa pak guru ganteng ini cemburu, Elah!

"Bapak cemburu ya?" Ayo ngaku aja?" cecarku.

"Ish! Rea!" pak Rendra kabur menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Kena deh! Cemburu kan, Pak? Aku tertawa dalam hati.

"Rea, kok ketawa sendiri?" Kak Ragil sudah dibelakangku.

"Enggak, tadi lucu aja."

"Jangan bilang kalau kamu naksir dia?"

"Ih, enggak kok, siapa mau sama guru galak begitu," elakku, padahal hati berontak ingin menyatakan iya.

"Ayo aku antar pulang." Kak Ragil menarik lenganku. Hari ini aku gagal kembali dibonceng guru kesayangan. Pak Rendra.

***

Rearen (Sudah Terbit) Part Tidak DihapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang