Mas, jangan jajan sembarangan.
-Lania, istrinya Fariz.Pintu kamar mandi terbuka.
Lania sudah berdiri di depan pintu itu lima menit yang lalu.
"Seragam kamu udah aku siapin di atas tempat tidur, kaos kaki kamu ada di lemari sepatu di laci paling bawah, sarapan udah siap tapi jangan makan sebelum aku makan. Oke?" Lania membombardir lelaki yang baru keluar dari kamar mandi itu.
"Oke," sahut lelaki.
Lania mengangguk pelan lalu masuk ke kamar mandi.
Altafariz Mutaqqi, nama lelaki itu.
Profesinya sebagai pilot.
Hari ini ia akan international flight ke Eropa.
"Mas Fariz, udah siap?" Lania --masih dengan kimono mandinya sudah berdiri di depan pintu kamar.
Fariz heran, istrinya ini seperti begitu semangat mempersiapkan keberangkatannya.
"Aku mau flight jauh kali ini. Kita bakal pisah lama. Kamu kok kayaknya seneng banget sih, Lan?" tanya Fariz.
"Cuma seminggu kok, Mas. Lagipula zaman sekarang kan udah canggih. Kita bisa video call pas kamu lagi nggak sibuk," hibur Lania.
"Bisa jadi lebih dari seminggu," sela Fariz.
"Atau nggak pulang sama sekali." Fariz dan Lania mengucap berbarengan. Fariz dengan ekspresi seriusnya dan Lania dengan ekspresi main-mainnya.
Fariz menatap Lania tajam. Tak suka kata-katanya tadi dibuat main-main.
"Kenapa matanya melotot gitu? Minta dicolok?" Lania balas melototinya.
"Mas, tiga bulan kita nikah dan kamu selalu bilang gitu setiap kamu flight. Aku paham resiko pekerjaan kamu," sambung Lania lagi.
Lania maju satu langkah, mengambil dasi Fariz di tempat tidur dan memakaikannya.
"Kalaupun ini flight terakhir kamu, setidaknya kamu punya kenangan yang menyenangkan untuk diingat, Mas," Lania mengusap pipi Fariz.
"Doain aku terus ya. Mungkin doa kamu yang memperpanjang umurku sampai sekarang."
Lania mengangguk, "Mas tenang aja. Nggak diminta juga aku bakal terus doain, Mas."
"Dasinya udah rapi. Pak Pilotku makin ganteng, deh." Lania menepuk-nepuk dada bidang suaminya.
"Baik-baik ya di rumah. Jangan nakal, jangan makan junk food, jangan tidur malam-malam," kata Fariz di depan istrinya.
"Paham," balas Lania sembari mengangguk.
"Dan yang paling penting, jangan lupa kangenin aku," ucap Fariz percaya diri.
Lania mengulum senyumnya, "jangan lupa oleh-oleh juga."
Menurut Lania, jika Fariz membawa oleh-oleh -darimanapun flight nya, berarti lelaki itu selalu mengingatnya.
"Yang murah aja ya, Lan? Biaya sekolah anak-anak makin mahal sekarang," canda Fariz.
"Anak siapa?" tanya Lania.
"Anak kita, lah."
"Mana?"
"Mau dibikin sekarang?"
Wajah Lania memanas, "apa sih, Mas! Udah ah, yuk sarapan."
Lania terlebih dahulu mengganti kimono mandinya dengan gamis coklat dan kerudung dengan warna senada. Kemudian ia menyusul Fariz di ruang makan.
Di meja makan hanya ada suara denting sendok dan piring.
"Hubungin aku ya Mas, kalau kamu nggak sibuk. Aku available kok," ucap Lania setelah menyalami Fariz.
Mereka sedang di depan pintu utama.
"Iya. Nanti aku kabari," jawab Fariz yang akan memasuki Nissan Juke nya.
"Mas?" panggil Lania.
Fariz menoleh, "iya?"
"Jangan jajan sembarangan ya," ucapnya hati-hati.
Fariz tersenyum, ia mengangkat tangan kanannya. Memperlihatkan sesuatu dijarinya.
Cincin pernikahan mereka.
"Kalau aku pakai ini, auto muncul tulisan OWNED BY PRINCESS LANIA FOREVER di jidatku."
Lania tertawa. "Udah ah sana. Kasian penumpang kamu nanti delay, Mas."
"Iya. Masuk sana. Kamu nggak pakai kaos kaki. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Mereka sepakat, assalamualaikum dan waalaikumussalam lebih mustajab daripada take care dan safe flight.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Profession
Short StorySetiap part bercerita tentang kehidupan rumah tangga orang (bukan rumah tangga sendiri), dimana "Sang Suami" memiliki pekerjaan berbeda-beda. Ngerti nggak? Ah, saya jadi bingung nyusun deskripsinya. Yaudah coba kalian langsung ke part satu aja. Pemb...