Pastikan kalian sudah memberi satu bintang untuk part ini. Kolom komentar juga dibuka untuk membuat penulis ini lebih baik!
Nyatanya, kebahagian bukan tentang janji yang ditepati. Karena, kita yang berencana dan tak semua rencana bisa berjalan dengan semestinya.
Di sofa inilah Biana menunggu kepulangan dokter paling sibuk se-bumi.
Adrian Ibnu Wafi, dokter jantung dengan segudang jadwal operasi.
Masalahnya, ini bukan hanya sekedar Biana menunggu suaminya yang pulang terlambat.
Tapi, ini masalah Adrian yang telah berjanji akan nge-date untuk memperingati first year wedding anniversary mereka. Namun harus batal. Sebabnya adalah saat akan pulang, ia dipanggil karena emergency di rumah sakit tempatnya bekerja. Dan, fatalnya, Adrian lupa mengabari istrinya.
11:00 PM.
Pintu utama dibuka seseorang dari luar -setelah sebelumnya Adrian membukanya dengan kunci serep.
"Hai, hummingbird."
Ah, panggilan itu. Jangan luluh, Bian. Jangan luluh!
"Kamu nunggu lama ya? Udah makan?" Tanya Adrian berusaha sesantai mungkin.
Biana masih tidak menoleh dan ia enggan menjawab Adrian.
Adrian mendekat ke arah sofa yang diduduki istrinya.
"Bi, maaf. Tadi ada emergency case di rumah sakit."
Biana masih menutup mulu
"Aku nggak lupa kok ini first year anniversary kita."
Biana menolehkan wajahnya ke Adrian.
Adrian pikir ia sudah dimaafkan, tapi tatapan tajam penuh selidik dari Biana memupuskan harapannya.
"Mau kamu apa sih?" tanya Biana setengah berteriak.
Adrian tertegun.
"Bangun tidur dan kamu nggak ada disamping aku, hanya ada notes kecil berisi janji nge-date hari ini. Tapi apa?!"
"Dari pagi aku--"
"Emergency case. I know. Aku nggak ngehalangi kamu buat nolong orang lain, buat nyembuhin orang lain. Tapi, kamu buat aku sakit." Suara Biana mulai bergetar. Ia mati-matian menahan tangisnya.
"Dari pagi sampai malem, emergency case. Trus mana dokter jantung yang lain? Kamu satu-satunya dokter jantung di Indonesia ini?"
Adrian menahan diri untuk tak memeluk istrinya itu. Ia tau, Biana masih marah dan tak mau membuat Biana tambah marah. Ia membiarkan Biana mengeluarkan semua omelannya.
"Jangan kaya gini, Yan. Kamu sembuhin orang lain tapi buat istri kamu sakit."
Adrian terhenyak. Biana benar, ia telah melukai Biana, ia telah melukai jantungnya sendiri.
"HP kamu kecemplung di toilet?" tanya Biana retoris.
Adrian menggeleng.
"Kenapa aku telfon nggak aktif? Kenapa kamu nggak ngabarin bakal pulang telat?"
"HP-ku mati, sayang. Dan--"
"Usaha kek gimana caranya biar bisa ngasih tau aku." Biana memotong jawaban Adrian sinis.
"Di notes tadi pagi kamu tulis jam 4 sore kamu bakal pulang. Tujuh jam aku kayak orang bego nungguin kamu pulang, bolak-balik ngecek HP nungguin kabar kamu, but there is no answer. Aku ini apa sih, Yan? Istri kamu atau bukan?" Biana mulai mengeluarkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Profession
ContoSetiap part bercerita tentang kehidupan rumah tangga orang (bukan rumah tangga sendiri), dimana "Sang Suami" memiliki pekerjaan berbeda-beda. Ngerti nggak? Ah, saya jadi bingung nyusun deskripsinya. Yaudah coba kalian langsung ke part satu aja. Pemb...