"Mas?"
"Hm?"
"Lagi sibuk banget ya?"
"Iya. Banget."
"Mau dibuatin kopi?" Tawar Nandita
Wahyu tersenyum, "nggak usah. Aku udah mau tidur kok."
Wahyu bangkit dari duduknya lalu menggandeng istrinya ke kamar mereka.
Wahyu tak melepaskan tautan jari mereka.
Ini yang disukai Nandita dari suaminya.
Wahyu Hardika adalah tipe laki-laki yang peka.
Wahyu tau ketika istrinya menawarkan kopi dengan nada seperti itu --well, tak ada ketulusan dalam suaranya, pasti istrinya itu ingin ia tidur secepatnya.
"Proyek ini bisa buat makan kita berapa tahun, mas?"
Wahyu tertawa mendengar pertanyaan istrinya saat mereka sudah di posisi nyaman untuk tidur. (read: berhadapan dan saling berpelukan)
"Kalau cuma buat makan nasi sama garam sih mungkin bakal cukup buat lima tahun," balas Wahyu.
Nandita ikut tertawa, "yaudah sih jadi aku nggak repot masak."
"Yakin kamu bisa lima tahun nggak makan perkedel kentang?" Wahyu mengerlingkan matanya, menggoda Nandita.
"Aku bisa pakai uang tabungan kita buat makan perkedel kentang." Nandita memeletkan lidahnya.
"Hmm. Mungkin proyek ini bisa buat makan dua tahun, dengan kamu yang masak perkedel kentang dua hari sekali." Akhirnya Wahyu mengungkapkan jawaban yang serius.
Nandita menganggukkan kepalanya.
"Dan, hanya cukup setahun kalau kamu juga pergi ke toko buku buat ngeborong novel."
Nandita hanya cengengesan saat suaminya mengatakan itu. Ia memang sangat shopaholic* terutama untuk novel.
"Paham. Aku bakal hemat mulai sekarang," ujar Nandita, memberengut.
Wahyu hanya terkekeh.
"Kamu ngegambar apa sih emangnya, mas?"
"Bangunan. Dan, aku bukan hanya menggambar, sayang. Aku merancang, baik bangunan dan komposisi bahan yang dipakai."
"Iya, tau. Tapi bangunan apa?"
"Business centre UMKM."
Nandita ber-oh-ria. "Ada proyek besar lainnya?"
"Hmm apa ya? Setahuku tahun ini ada renovasi bandara, pembaharuan jalan tol, penambahan jembatan, pembangunan rumah sakit daerah, dan beberapa proyek swasta."
"Wah banyak banget ya mas. Kamu yang handle semuanya?" tanya Nandita antusias.
Wahyu mengangguk, "kalau pekerjaanku memuaskan klien. Pasti banyak proyek besar yang dipercayakan pada team-ku."
Nandita tersenyum, kemudian mendusel wajahnya ke dada bidang Wahyu.
"Good night, mas. Aku sayang mas."
"Mas sayang kamu juga." Wahyu mengusap pelan perut buncit istrinya, kemudian berbisik lirih, "Ayah sayang kamu juga. Jangan nakal di perut Bunda ya."
A/N: saya kenal satu anak arsitektur yang suka astronomi dan jago buat puisi. Duh, husband-able banget nggak sih? Wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Profession
Short StorySetiap part bercerita tentang kehidupan rumah tangga orang (bukan rumah tangga sendiri), dimana "Sang Suami" memiliki pekerjaan berbeda-beda. Ngerti nggak? Ah, saya jadi bingung nyusun deskripsinya. Yaudah coba kalian langsung ke part satu aja. Pemb...