Dua belas

1K 151 8
                                    

Nana membuat sarapan untuk hari ini. Dia lebih bersemangat karena Yugi berjanji untuk sarapan di rumah orang tuanya, sebelum mereka pergi bersama. Dia membuat nasi goreng kesukaan Yugi, Bagas dan Pak Anwar. Roti bakar isi selai strawberry kesukaan Bu Dina dan Shena, selama hampir dua bulan tinggal di rumah ini cukup membuat dia tahu makanan kesukaan mereka.

“Kak Nana ....” Shena langsung memeluk Nana yang masih sibuk menata meja.

“Shena apa kabar?”

“Baik dong kak! Shena kangen sama Kak Nana.”

“Kakak juga kangen sama Shena, sama ayah kamu juga!”

Senyuman Nana semakin merekah saat melihat Yugi datang, namun senyumnya langsung memudar saat melihat seseorang yang ada di belakang Yugi. Yola, wanita itu datang bersama Yugi dan Shena. Harusnya Nana tidak merasa kesal, karena wajar jika Yugi datang bersama istri dan anaknya, tapi tetap saja sebagai seorang kekasih dia tetap merasa cemburu.

“Kak Nana, ini Bundanya Shena.” Shena menarik Nana agar lebih dekat dengan ibunya.

“Yola!” Yola mengulurkan tangannya padanya Nana.

“Ayundana, biasanya dipanggil Nana!”

“Yol, dia asisten aku yang gantiin Arya sementara waktu dia menyelesaikan skripsinya. Dia tinggal di sini karena aku nggak tega lihat dia tinggal sendirian!” jelas Yugi pada Yola, karena Yugi merasa harus menjelaskan agar tidak terjadi salah paham. Meski apa yang mungkin istrinya salah pahami adalah hal yang benar terjadi.

“Eh kalian udah datang?” tanya Bu Dina yang baru datang, “tumben kamu ikut ke sini, Yol?” Bu Dina menatap Yola sedikit sinis, hubungan mertua dan menantu ini memang sedikit kurang harmonis, dimulai saat Yola lebih memilih menjadi wanita karir dari pada menjadi ibu rumah tangga. Sebenarnya tidak ada yang salah, hanya waktu itu menurut Bu Dina Shena masih terlalu kecil untuk ditinggal bekerja.

“Bu, nggak boleh gitu! Harus seneng dong, kita bisa ngumpul kaya gini!” tegur Pak Anwar pada istrinya karena jika dilanjutkan suasananya pasti jadi tidak nyaman.
Nana menepi. Di lihat dari segi mana pun, dia bukan bagian dari keluarga ini. Dia hanya orang asing yang kebetulan tinggal di sana. Nana memutuskan untuk pergi ke dapur dan pergerakan Nana tertangkap oleh mata Yugi. Diam-diam Yugi mengikuti kekasihnya itu.

“Maaf ya Na, aku nggak nyangka Yola bakal ikut,” ucap Yugi. Dia merasa bersalah karena tidak bisa menepati janjinya.

“Tidak usah meminta maaf, memangnya saya berhak marah? Saya kan hanya asisten penganti!”

“Na, jangan kaya gini ya!” Yugi tahu jika Nana sedang tidak dalam suasana hati yang baik. “Tolong ngertiin posisi aku!”

“Lebih baik kamu kembali nanti ada yang curiga!”

Di saat yang bersamaan Yola juga datang ke dapur. Yugi sedikit salah tingkah, dia khawatir jika istrinya mendengar itu, tapi tidak dengan Nana.

“Yol, kok kamu di sini?” tanya Yugi gugup.
“Harusnya aku yang tanya ngapain kamu di dapur?”

“Ah anu ...,”

“Pak, tadi katanya cari garam ini garamnya!” Nana memberi Yugi botol kecil beri garam yang menyelamatkan dia dari kecurigaan istrinya.

Bougenville Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang