"Hai, sayang" panggil Riyan.
"Ih, Kak Riyan, manggilnya kok gitu sih" kataku mengingatkan.
"Nggak apa-apa dong, kan bentar lagi" katanya sambil tersenyum."Hai, Zah.. Hai, Yan" sapa seseorang.
"Hai, Sis" sapaku dan Riyan secara bersamaan.
"Ini gaun sama jasnya udah siap. Coba di pas dulu" sarannya.Lalu ku coba gaun yang nantinya ku kenakan di saat hari bahagiaku. Gaun putih nan elegan dengan kesan tetap terlihat syar'i. Sesuai dengan yang aku harapkan.
Dengan malu-malu kutunjukkan kepada Kak Riyan dan Siska.
"Gimana ?" tanyaku.
Riyan dan Siska terkejut melihatnya, sampai terbengong-bengong.
"Pasti jelek dan nggak pantes ya" kataku sedikit kecewa.
"Nggak, Zah. Kamu cantik banget" kata Riyan sumringah.
"Pasti bohong, biar akunya seneng" kataku berpura-pura cemberut.
"Nggak, sayang. Beneran deh, kamu cantik banget" jelasnya yang membuat aku tersipu malu.
"Iya, Zah. Kamu cantik banget" sahut Siska.
"Iya deh percaya, siapa dulu perancangnya. Siska" pujiku.
"Zahwa bisa aja nih".
"Kak Riyan juga dong di coba" bujukku.
"Iya, Zahwaku sayang".Riyan pun masuk ke dalam ruang pas dan mencoba kemeja yang akan ia kenakan nantinya.
Saat Riyan berjalan hendak menghampiriku, tanpa ia sadari, dari arah berlawanan, seseorang tengah jalan terburu-buru dengan membawa gelas, dan tanpa sengaja menabraknya dan menumpahkan minuman di kemejanya hingga kotor.
Aku dan Siska pun terkejut."Maaf, Mas, nggak sengaja" kata perempuan itu sambil berusaha membersihkan kemeja Riyan.
"Sudah..sudah.. Nggak apa-apa kok" kata Riyan.
"Ya Allah, Riyan. Mbak hati-hati dong kalau jalan" marah Siska.Aku yang saat itu membantu Riyan membersihkan kemejanya mendadak gelisah dan mempunyai firasat yang nggak enak.
"Ya Allah, Kak Riyan. Kakak nggak kenapa-kenapa kan ?" tanyaku panik.
"Nggak apa-apa kok, Zah" jawabnya sambil tersenyum berusaha menenangkan aku yang sedikit panik.Sedangkan Siska masih sibuk memarahi pegawainya itu.
"Udah, Sis. Nggak apa-apa kok. Ini di cuci juga bersih ko" Kata Riyan.
"Iya, Sis. Nggak apa-apa kok, kasihan mbaknya kamu marah-marahin" sahutku.
"Aduh, maaf ya. pegawaiku cerobah. Nanti aku ganti deh, sebelum hari itu aku janji udah aku selesaikan" kata Siska merasa bersalah.
"Iya, Siska. Maaf ya merepotkan" kataku
"Aku lagi, Zah, yang harusnya minta maaf" jawab Siska.Usai itu, aku dan Riyan pun berpamitan.
"Kakak nggak mampir ke rumah dulu ?" tawarku.
"Nggak, Zah. Kakak mau langsung pulang" katanya dengan muka sedikit cemas.
"Kakak nggak apa-apa pulang sendiri ? Apa pulang dianter sama kakaknya Zahwa ?" Tanyaku begitu menangkap ekspresi wajah cemas Kak Riyan.
"Nggak usah, Zahwa. Kakak bisa kok pulang sendiri" katanya tersenyum berusaha menutupi kegelisahannya."Ya sudah, nanti Zahwa pulangnya hati-hati ya" kata Riyan mengingatkan.
"Iya, Kak. Kakak juga ya, pulangnya hati-hati. Nggak usah ngebut-ngebut" kataku mengingatkan juga.
"Iya, Cantik" katanya sambil mengenakan helm.Ku antar ia hingga depan pintu gerbang.
Rumahku yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah Siska dapat ditempuh dengan berjalan kaki.Saat di persimpangan jalan, hal yang sangat tak diharapkan dan tak di duga-duga itu terjadi dengan cepatnya.
Sebuah mobil melaju dengan kencang saat Riyan melintas.
"Kak Riyaaaaan" teriakku.
Aku yang melihat kejadian itu terjadi secara langsung di depan mataku membuat tubuhku lemas, seperti tak bertulang.
Dengan beruraian air mata dan sekuat tenaga aku berlari dan terus berlari menghampirinya."Kak Riyan bangun, Ka. Kakak harus bertahan" kataku sambil berlinangan air mata.
Tak lama, warga sekitar turut membantu, di larikannya Riyan ke rumah sakit terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seulas Senyum Untuk Zahwa
Short StoryBagaimana perasaan Zahwa saat tiba-tiba dilamar dengan kakak senior yang diidolakan banyak orang? Dan, bagaimana hancurnya hatinya, ketika sudah mendekati hari pernikahan, pasangannya mengalami kecelakaan, lalu meninggal dunia? Masih mampukah Zahwa...