Part 8

18 3 0
                                    


Danial's pov

     Gue ngerasa lelah dan ingin cepat cepat mandi, hari ini panas banget lagi. Gue kenapa bisa sih bilang kalo gue sayang Intan keseluruh kelas!? Gue kan maunya deketi Intan dengan elegan:v
     "Woi sad! Mandi lo sana bau lu nyebar kemana mana" sesosok cowo berdiri didepan pintu kamar gue. Ternyata itu kembaran gue.
     "Sok wangi lu ah! Udah lu sana dah nyemak aja, ngehalangi angin masuk lu!" Gue ninggali ni bocah dan menuju kamar mandi.
     "Eh tunggu dulu, lu tau Intan ga?" Apa apain ni? Dia nanya princess gue!?
     "Ngapain lu nanyain Intan? Dan mau apa lu sama dia ha!?" Gue jadi sensitif soal Intan akhir akhir ini kayaknya.
     "Sensi amat lu! Gue suka sama dia kenapa emang?" Ni orang ngomong ga pake otak ya. Intan itu cuma milik gue gaada yang boleh ngambil dia dari gue termasuk si bangsad ini.
     "Apa lu bilang, suka? Mimpi lu ketinggian, dia itu pacar gue dan gaada yang boleh deketi Intan termasuk lu!" Emosi gue udah kepancing, walaupun dia kembaran gue tetap aja dia ga boleh deketi Intan.
     "Ha!? Kita liat aja nanti siapa yang mimpinya ketinggian!" Cowo itu pergi dari kamar gue. BODOAMAT, yang penting sekarang gue mau mempertahani Intan di samping gue.
Pov and

****
 

   Malam ini suasana sangat sejuk, hujan membasahi setiap aspal dijalanan. Intan yang sedang keluar untuk membeli makanan terhenti didepan minimarket karena hujan.
     Hawa yang dingin yang menusuk hingga ketulang membuat Intan merinding karena kedinginan. Dia mengelus elus kedua tangannya berharap akan terasa lebih hangat.
     "Kapan hujan akan berhenti ya?" Intan berbicara pada diri sendiri. Dia hanya melihat orang lalu lalang lewat. Uhukk! Uhukk! Intan tiba tiba terbatuk, namun dia berfikir itu hanya karena dia kedinginan saja.
     Tiba tiba sebuah mobil berwarna hitam mengkilap mendekat ke arah minimarket dan parkir disana. Saat sang pengemudi turun, Intan tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Bruk! Intan pingsan dan jatuh.
     Sang pengemudi kemudian menggendong Intan masuk ke mobil dan membawanya kerumah sakit. "Intan lu kenapa? Astaga badan lu panas banget!" Ucap Danial saat menyentuh dahi Intan. Ya, sang pengemudi itu adalah Danial.
     Dia tidak sengaja melihat Intan sedang berdiri didepan minimarket dan berniat untuk mengantarkannya pulang, karena kondisi sedang hujan deras. 15 menit berlalu dan mereka sampai disalah satu rumah sakit yang ternama.
     Intan dibawa keruangan untuk diperiksa. 5 menit kemudian dokter keluar, Danial langsung menghampiri dokter
"Dok! Gimana keadaan Intan dok?" Danial menatap dokter cemas, takut princessnya kenapa napa.
     Dokter memegang pundak Danial "Dia terkena demam berdarah, ditambah lagi dia kena hujan tadi, dia harus dirawat beberapa hari. Saya permisi dulu!" Dokter meninggalkan Danial didepan ruangan tempat Intan dirawat.
     Danial masuk keruangan Intan dan duduk disamping Intan. Dia melihat wanita yang dicintainya ini terbaring lemah tidak seperti biasanya dikelas Intan hanya mengomel terus tentang kebersihan kelas atau yang lainnya.
     Tanpa disadari Danial tertawa kecil mengingat kejadian sewaktu dia dikejar Intan. Danial menggenggam tangan Intan dan mengelus rambut Intan dengan lembut. Dia melihat wajah Intan yang pucat dan badannya yang masih panas.
     Intan tersadar dan kebingungan apa yang telah terjadi pada dirinya. "Gue ada dimana?" Ucapnya lemah dan mencoba untuk merubah posisinya menjadi duduk.
     "Lo masih sakit jangan banyak gerak dulu! Lu tadi pingsan terus gue bawa kesini. Kata dokter lu kena demam berdarah jadi lu harus nginap beberapa hari disini" Danial mengelus tangan Intan.
     "Makasih ya lo udah nolongi gue!" Intan tersenyum tulus pada Danial. Danial membalasnya dengan senyuman manis. Mereka menjadi hening beberapa detik.
     "Keluarga gue!?" Intan melirik kearah meja untuk mengambil hpnya. "Gue aja yang hubungi ya Tan!" Intan hanya mengangguk dan kembali berbaring karena dia merasa kepalanya sedikit pusing.
     Setelah Danial menghubungi keluarga Intan. Mereka segera datang kerumah sakit untuk melihat putri mereka. "Terima kasih ya nak Danial sudah mengantarkan Intan kerumah sakit!" Ibu Intan berterima kasih kepada Danial.
     "Maaf bu, silahkan menuju ke registrasi untuk menebus obat dari saudari Intan!" Seorang suster masuk keruangan dan kemudian meninggalkan ruangan itu kembali.
     "Tante, biar Danial saja yang mengurusnya ya" Danial berjalan keluar dari ruangan. Dan tangannya ditarik oleh Ibu Intan. "Tidak usah nak! Biarkan itu ibu yang urus kamu tidak perlu repot" Ibu Intan merasa tidak enak dengan Danial.
     "Tidak kok Tante, saya ikhlas membantu Intan. Saya tidak mau Intan sakit dan secepatnya bisa kembali sekolah" Danial meninggalkan Ibu Intan dan berjalan dilorong tempat registrasi obat Intan.
     Setelah urusannya selesai dia kembali keruangan Intan dan pamit untuk pulang. Dia berjanji besok pagi pagi dia bakal kesini buat gantiin Ibu dan Ayahnya Intan buat jagain Intan.
     Ibu dan Ayah Intan tidak bisa menolak perkataan Danial yang sudah sangat baik kepada mereka.
     Sampainya dirumah Danis menghalangi jalan Danial. Ya Danis Arsalan Putra Alfahreza
Dia adalah kembaran dari Danial.
     "Dari mana aja lu kok baru pulang jam segini?" Danis mencoba mengintrogasi Danial. Namun tak direspon oleh Danial, dia hanya menepis tangan Danis menaiki anak tangga dan masuk kekamarnya.
     Danis hanya menaikkan bahunya dan tidak peduli apa yang membuatnya diam seperti itu. Biasanya dia pasti akan melawan atau setidaknya sewot dengan perbuatan Danis.
     Yang ada dipikiran Danial saat ini hanyalah Intan, apakah Intan sudah makan? Apa dia masih kesakitan? Dia tidak sabar pagi datang dan dia bisa melihat gadisnya itu.
 

   Malam ini Danial tidak bisa tidur nyenyak, memikirkan Intan. Lebay emang si kayaknya tapi ya begitu lah Danial jika sudah mencintai seseorang, dia tidak main main diakan serius dengan ucapan nya.
     Pagi ini Danial tidak kesekolah karena igin menjaga Intan dirumah sakit. Dia menggantikan orang tua Intan untuk menjaga Intan.
     "Morning Tan! Gimana udah mendingan?" Danial mengelus kepala Intan dengan lembut dan tersenyum manis kepada Intan.
     Intan mengangguk dan tersenyum kembali kepada Danial. "Lu kok baik banget sama gue? Sedangkan gue sering marahi lu dikelas" Intan menatap Danial dan mencoba untuk merubah posisi menjadi duduk.
     "Gue mau jujur sama lu. Sebenarnya gue sayang sama lu, gue ga mau liat lu sakit atau diganggu sama laki laki lain. Lu mau ga membuat kenangan kenangan indah bersama gue?" Danial menggenggam tangan Intan.
     Wajah Danial dan Intan hanya berjarak satu jengkal, dan membuat jantung Intan berdebar lebih kencang. "Lu mau kan jadi pacar gue Tan?"

****
Vottment ya teman teman😊
Jawaban Intan bakal ada di part 9 ni:)

    

   

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love My ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang