5.

284 32 2
                                    

"Sarah, kau mendapatkan paket."

Sarah yang sedang sibuk mengatur pendapatan kafe hari ini langsung menuju depan kafe dan menemui kurir.

"Jeon Sarah?"

Sarah mengulum bibirnya sejenak kemudian dengan ragu dia mengangguk sekali pada sang kurir yang menyebutkan nama serta marganya.

"Ya, ada apa?"

Sang kurir menyerahkan sebuah bolpoint padanya dan menyuruhnya untuk membubuhkan tanda tangan di kertas penerima dan pengirim. Tak lama kemudian dia menerima paketnya yang lumayan besar itu, entah apa isinya tapi yang ia takutkan adalah sebuah bom telah menantinya.

"Terimakasih!"

Kurir itu pun pergi. Sarah memasuki kafe yang sudah tutup pada jam 9 itu kemudian menaruh paketnya dekat pintu.

"Paket apa itu?"

Sarah menoleh ke belakang, menemukan rekannya yang sedang tersenyum padanya. Kedua pundaknya terangkat kalau dia belum membuka isinya.

"Akan ku buka setelah semuanya selesai,"

Rekannya itu mengangguk kemudian menatap jam dinding yang tersedia, "Sudah malam, kau harus segera pulang."

"Yah, setelah semuanya selesai." ulang Sarah dan membuat rekannya tertawa pelan.

"Oke, aku duluan. Hubungi aku jika kau sudah sampai rumah."

Sarah mengangguk sambil tersenyum lalu mereka saling melangkah meninggalkan. Sarah segera membereskan beberapa kekacauan di kasir kemudian berjalan ke belakang untuk berganti serta membawa kembali tas lusuh miliknya.

Kedua tangannya sibuk merapihkan barang-barangnya, tiba-tiba pergerakannya terhenti saat menatap sebuah figura yang ia selalu dibawa kemana-mana. Tidak tau saat kapan dan dimana foto ini diambil, Sarah selalu mengingatnya bahwa dia bukanlah seorang anak yang tidak diinginkan sejak lahir. Dia pernah merasakan kehangatan sebelum semuanya berubah.

Jemarinya membawa anak rambut di sisi wajah ke belakang telinga kemudian duduk di lantai dingin kafe. Jempolnya mengelus kaca figura kecil itu perlahan, mengelus semuanya yang sudah meninggalkannya entah kemana dan dimana mereka sekarang.

Sarah tidak kuasa menahan tangisannya. Bibirnya mengeluarkan isakan ditengah keheningan malam kafe. Kemandirian ini membuat kehidupannya semakin teratur mundur dari jangkauannya. Bahkan dia sendiri yang menyuruhnya untuk pergi.

Sarah menarik kedua kakinya dan menyembunyikan tangisannya di kedua lututnya.

Home ; Jeon Wonwoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang