K

894 136 121
                                        

KEY OF HEART

Berbeda dari apa yang terlihat, saat memperkenalkan Sehun pada ibunya, Chanyeol merasakan jantungnya berpacu sangat cepat seperti baru lari marathon ratusan kilo. Berterima kasihlah pada kemampuan aktingnya yang berhasil menyembunyikan perasaan itu dengan baik.

Tujuan Chanyeol, ia hanya ingin mengetahui reaksi ibunya.

Ia bukan tipe orang yang mengenalkan setiap temannya pada sang ibu. Jika bukan teman yang benar-benar dekat, maka seseorang yang dengan serius memiliki hubungan dengannya lah yang Chanyeol bawa untuk bertemu ibunya.

Melihat reaksi sang ibu, terlalu biasa. Lagipula apa yang bisa Chanyeol harapkan? Sudah jelas ibu memperlakukan Sehun seperti temannya yang lain. Teman. Benar-benar seperti teman sekolah atau rekan kerja yang pernah ia bawa ke rumah.

Sebenarnya Chanyeol hanya mencoba menimang hatinya untuk bersiap mengaku pada keluarganya mengenai status Sehun. Tapi bukannya memiliki keberanian, Chanyeol justru semakin takut. Ia takut pengakuannya akan menghilangkan senyum di wajah ibunya.

"Hyung, kau melamun?"

Chanyeol terlonjak saat Sehun sudah duduk disampingnya. Dalam perjalanan pulang Sehun memang minta diantar ke minimarket lebih dulu.

"Sudah selesai?"

"Ya. Aku hanya membeli beberapa minuman dingin." Sehun menunjukkan plastik berukuran sedang ditangannya, "kau mau?"

Chanyeol menggeleng sebelum melajukan mobilnya.

"Sehun-a, sejak kejadian malam itu, aku belum pernah bertemu dan minta maaf pada Babamu." Sudah masuk daerah rumah Sehun, dan Chanyeol selalu teringat kejadian memalukan malam lalu. Setiap mengingat malam dimana ia yang dengan bodohnya cemburu pada Baba Sehun, membuatnya malu setengah mati. Tidak berhenti Chanyeol merutuki betapa bodohnya ia kala itu.

Disampingnya Sehun melirik jam tangannya, "Sudah terlalu malam, Baba pasti sedang bersenang-senang dengan Appa."

Keningnya mengernyit mendengar jawaban santai Sehun. Chanyeol sudah dewasa untuk mengerti apa maksud 'bersenang-senang' yang Sehun ucapkan. Hanya saja, rasanya aneh karena yang Sehun maksud adalah dua orang yang sama sepertinya.

Laki-laki.

Chanyeol memang mengakui perasaannya pada Sehun, tapi ia belum terbiasa meski itu hanya sebuah pembicaraan.

"Terima kasih sudah mengantarku, Hyung."

"Apa Babamu benar-benar tidak bisa ditemui malam ini?" Chanyeol melirik sebuah rumah minimalis dari jendela mobilnya. Sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan selain lampu halaman yang menyala.

"Sudah jam 11, Hyung. Besok saja."

Chanyeol mengangguk. Sehun benar. Tidak sopan jika ia bertamu di jam malam seperti ini, "Baiklah. Beritahu aku kapan kami bisa bertemu."

"Ya."

Chanyeol menatap penuh tanya saat Sehun menggenggam tangannya, "Aku ingin menciummu, Hyung." Pernyataan itu jelas membuat Chanyeol mengernyit heran. Tidak dipungkiri jika ia merasa malu sekarang. Kenapa Sehun berkata seperti itu?

"Kau melarangku untuk memulai."

"Aah," Chanyeol mengusap tengkuknya yang tiba-tiba saja meremang.

Ayolah, Park Chanyeol. Kau seperti tidak pernah melakukannya saja.

Sejenak ia menatap Sehun yang tengah tersenyum begitu manis, matanya yang berbinar berhasil menghipnotisnya untuk masuk lebih dalam. Bibir tipis itu, begitu mengundang untuk dikecap, apalagi mengingat rasanya yang manis benar membuat Chanyeol menginginkannya.

Unlucky Perfection ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang