"BAGAIMANA bukunya? Bagus?"
Haechan tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pemuda berdarah Kanada tersebut dan malah bergeming, tidak merespon sedikitpun.
"Halo, Haechan-ah?" Mark tertawa kecil sembari menggoyangkan tangannya di hadapan pemuda tersebut. "Kau sudah baca belum, buku yang kau beli bersama ku tadi?"
Entahlah.
Mark tidak suka jika harus berhadapan dengan Haechan yang pendiam. Ia merasa jika kata tersebut tidak sesuai dengan perilaku Haechan yang terlalu berisik dan bersemangat sehingga kadang kala ia sendiri dibuat sebal oleh pemuda Busan tersebut.
Keduanya tengah berkumpul di meja yang sama dengan Jaemin, Jeno, dan beberapa kawan lainnya. Bisa kalian duga jika Jaemin dan pemuda yang ia gandrungi tersebut duduk bersebelahan, menyisakan Haechan dan Mark yang mau tidak mau duduk bersama sepanjang upacara pemberian penghargaan dan makan siang.
Sungguh.
Tidak terasa jika proses karantina akan segera berakhir. Hanya tersisa dua jam menjelang pemberian penghargaan dan para peserta kembali disuguhkan dengan makan siang yang menyenangkan—banyak menu yang mengenyangkan dan hidangan penutup yang menggiurkan. Semua itu mampu membuat beberapa peserta terlepas dari kesedihan mereka akibat tidak memenangkan olimpiade yang mungkin menjadi olimpiade terakhir yang mereka ikuti ini.
Senda gurau dapat terdengar di berbagai sudut ruangan. Bahkan, dari jarak yang terbilang cukup jauh, Haechan mampu mendengar suara tawa milik Chenle yang baru saja digoda oleh Renjun dan Yangyang.
Ah, mengenai Renjun.
Usai kejadian di kamar mereka beberapa saat yang lalu, Haechan tidak lagi menyapanya. Hanya sekadar mengangguk canggung jika ditanya. Bahkan, ia tidak mengindahkan pertanyaan Chenle mengenai ada apa di balik keduanya yang bertindak cukup aneh semenjak pemuda itu meninggalkan kekasihnya sendirian di dalam kamar selagi ia mengklarifikasi sesuatu dengan guru pembimbingnya.
Sukar untuk mempercayainya, tetapi lagi-lagi Haechan bertanya pada dirinya sendiri.
Ia tahu apa?
Mengenai Mark, ia baru mengenalnya enam hari yang lalu. Melalui kejadian yang tidak menyenangkan pula. Lantas, bagaimana ia tidak menyadari niat buruk pemuda itu di saat ia begitu terlena akan ke-baik-an pemuda berdarah Kanada tersebut?
Oh, jika ditanya, Haechan akan mengaku jika ia sangat menyesal.
"Haechan-ah, aku tanya—"
BYUR.
Menyesal menjadi terlalu baik bagi seorang pemuda seperti Mark Lee.
Sontak, setiap pasang mata yang terdapat di ruangan itu memandang ke arah keduanya. Sosok Mark yang sekujur tubuhnya basah akibat tumpahan jus jeruk yang disengaja dan sosok Haechan yang menatap pemuda tersebut dengan raut wajah yang kentara sekali rasa sebalnya sembari memegang sebuah gelas.
Inikah yang disebut 'puas'?
"Kau—" Baru saja Mark ingin bertanya, namun Haechan memotongnya.
"Senang?"
Pemuda itu bertanya dengan suara yang cukup lantang sehingga semua orang yang terdapat di ruangan yang sama mampu mendengar percakapan keduanya bahkan dari kejauhan—termasuk Renjun dan Chenle yang duduk di dekat panggung utama.
"Haechan-ah," Mark yang segera mengetahui arah permbincangan mereka segera memanggil sang pemilik nama. "Aku bisa menjelaskan—"
"KAU SENANG?"
YOU ARE READING
Too Kind • Markhyuck ✓
FanfictionHaechan was just too kind for a competitor like Mark. © Rayevanth, 2019