Selamat membaca
Lino memandang adik kelasnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan entah kenapa ia merasa wajah felix itu tak asing ia seperti pernah melihat wajah felix sebelumnya tapi entah dimana.
ini sudah hampir satu jam setelah lino membawa felix ke uks namun belum ada tanda tanda felix akan sadar.
"Egh"
Felix mengerjapkan matanya pelan hal pertama kali yang ia lihat adalah wajah seseorang yang menatap nya dengan tatapan yang tak bisa di artikan,felix mencoba mendudukan tubuhnya namun kepalanya terasa pening lino yang menyadari felix kesakitan pun membantunya.
"Pusing ya?" tanya lino sedikit khawatir.
Felix tak menjawab ia hanya mengangguk kan kepalanya sebagai jawaban.
"Nih minum dulu" kata lino menyerahkan segelas air putih dan dengan sigap felix menerimanya.
"Makasih kak"
Lino tersenyum entah kenapa hatinya menghangat.
"Ah iya nama gue lino"
"Felix kak"
"Mau tetep disini atau pulang?" tanya lino.
Belum sempat felix menjawab pintu uks terbuka dengan kasar dan menampakan sosok yang selama ini felix rindukan.
"Lino lo Kenapa bisa nyasar ke uks?Sakit?" tanya revan dengan nada khawatir.
Tubuh felix menegang saat mendengar suara itu ia takut orang yang membuka pintu uks dengan kasar itu adalah sosok yang selama ini ia perhatikan secara diam diam.
"Lah kata siapa gue sakit?" jawab lino dengan sedikit kekehan.
"Tadi kata si doni lu ke uks gue pikir lo sakit" lino hanya tersenyum menanggapi ucapan revan.
Sepertinya Revan belum menyadari keadaan bahwa di uks bukan hanya ada dirinya dan juga lino.
"Van kenalin dia felix"
Pancaran di wajah revan berubah tak ada lagi raut khawatir di sana entah hilang kemana.
"No cabut!"
"Tapi dia sendiri...."
"Gue pergi"
Revan pun pergi meninggalkan lino dan felix disana.
"Felix gue pergi dulu ya,cepet sembuh" dan setelah mengatakan itu lino pun menyusul Revan dan meninggalkan felix.
"Sampai kapan akan terus seperti ini kak?" lirihnya.
Felix kembali merebahkan tubuh nya saat pusing di kepalanya semakin menjadi jadi ia pun memejamkan matanya dan berharap sang kakak akan kembali dan menanyakan keadaan dirinya.
◻◻◻
Felix memasuki rumahnya saat jarum jam menunjukan pukul 19:30pm karna setelah kejadian dimana ia di pukuli dan ia terbangun di uks ia tak kembali ke kelas felix pergi kesuatu tempat.Saat felix ingin memasuki rumahnya kepala felix kembali berdenyut nyeri ia pun menjambak rambut nya sendiri guna untuk menghilangkan rasa sakitnya."Shhh"
Dengan cepat felix membuka pintu rumah nya dan saat ia memasuki rumah nya ia sudah di suguhi dengan wajah revan yang penuh emosi revan pun menghampiri felix dan...
Plak.
Panas dan perih itu lah yang di rasakan felix namun felix tetap diam memandang wajah revan dengan tatapan sendunya.
"Bagus udah berani pulang malem" bentak revan.
Plak.
"Kak..."
"Jangan pernah sebut gue dengan sebutan itu karna gue bukan kakak lo!"
"Maaf" lirih felix.
Plak.
"Jangan bertingkah seenaknya" bentak revan.
Bugh.
Felix tersungkur saat tangan sang kakak kembali menyentuh tubuh nya.
"Lo pikir maaf bisa ngembaliin semuanya"
"Shh"
Bugh.
"Sekali lagi gue liat lo deketin temen gue abis lo"setelah mengatakan itu revan meninggalkan felix dengan sejuta rasa sakit yang felix rasakan.
Entah kenapa hari ini revan begitu emosi lagi dan lagi felix akan menjadi pelampiasan emosinya.
Felix mencoba membangunkan tubuh nya dengan susah payah ia pun berjalan dengan hati hati untuk ke kamarnya,sesampai nya di kamar felix segera merebahkan tubuhnya ia menatap langit langit kamarnya dengan tatapan kosong perlahan air matanya mengalir begitu saja.
"Katanya kita tidak boleh mengeluh dengan keadaan,tapi Felix lelah bun" gunggam nya.
Felix lelah ia tak mau menerima beban begitu berat lagi namun ia cukup sadar diri untuk menyerah ia hanya butuh waktu untuk mengembalikan kembali sesuatu yang sudah hilang itu.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya💜💙
KAMU SEDANG MEMBACA
sacrifice [Di Berhentikan]
FanfictionJadilah seperti Felix yang selalu sabar mengharapkan Revan berada disisinya [ Tahap REVISI] Cover by: @hneyxvellow