Felix merasa mimpi nya sangat nyata mimpi di mana revan memasuki kamarnya dan mencium kening nya itu semua seperti benar benar terjadi namun felix cukup sadar diri jika itu semua hanyalah mimpi ia berpikir sangat tidak mungkin jika revan melakukan hal itu mengingat hubungan ia dengan revan tidak baik bahkan jauh dari kata baik.
Namun felix tak menyadari bahwa itu semua bukanlah mimpi itu benar benar nyata biarlah felix tak mengetahui biar waktu yang akan memberitahu felix dengan sendiri nya.
Felix melangkahkan kakinya untuk menuruni anak tangga ia sudah siap dengan seragam yang ia kenakan walau langkah nya sedikit pincang felix tetap bersemangat untuk pergi ke sekolah mengingat jika ia sudah mempunyai reka sekarang.sesampai di lantai bawah felix memperhatikan sekelilingnya sepi itulah kata yang mewakili pagi hari ini walau memang setiap hari ia merasakan hal itu namun rasanya masih sama.
Felix melihat jam yang ada di pergelangan tangannya jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh buru buru felix pun melangkahkan kakinya untuk pergi ke sekolah namun tanpa felix sadari revan menatap nya di arah dapur ia menatap felix dengan tatapan khawatir nya entah mengapa revan merasa akan ada sesuatu yang terjadi pada felix nanti buru buru ia pun menepis pikirkan buruknya itu.
Revan pun pergi menyusul felix yang berangkat sendiri dengan langkah yang di bilang cukup buru buru ia akan memastikan bahwa adiknya itu baik baik saja.
Butuh waktu lima belas menit untuk felix sampai ke sekolah nya ia bersyukur karna hari ini ia tidak bertemu dengan sahdan di koridor biasanya cowo itu akan berdiri tegap di sana untuk menunggu ke datangan felix dan berakhir membawa felix ke gudang bekas.
Felix memasuki kelasnya dengan kepalanya yang di tundukan ia pun berjalan ke arah kursinya yang berada di jajaran paling belakang namun kali ada yang berbeda biasanya felix akan duduk sendiri tanpa ada satu orang pun yang akan menemaninya namun hari ini felix tak lagi sendiri.
"Reka ngapain duduk disini?"tanya nya ia pun mendaratkan bokong nya untuk menduduki kursinya sendiri.
" gak boleh ya gue duduk disini?"buru buru felix menggeleng.
"Bukan gitu,biasanya kan reka duduk di depan"
"Tapi sekarang gue pengen duduk disini gimana dong" reka menggoda felix dengan senyuman jahilnya.
"Tapi kan nanti zidan marah" jawab felix dengan nada lesu nya ia sudah tahu pasti apa yang akan di lakukan zidan kepada nya nanti.
"Lo lupa? Gue kan udah jadi abang lo sekarang gue akan selalu ngelindungin lo ngerti"felix tersenyum tulus mendengar perkataan reka hatinya menghangat.
" makasih ka"
"Em felix boleh gak kalau lo ngomong nya jangan pake aku kamu geli gue dengernya"tanya reka ragu.
" maaf felix gak bisa ngomong kasar"jawaban itu keluar dari bibir titip felix dan itu membuat reka bingung.
"Ngomong kasar kaya gimana?"
"Lo gue" sontak reka tertawa mendengar jawaban polos felix.
Tanpa mereka sadari zidan menatap marah ke arah felix dia yang menyebabkan reka berubah dan dia tak kan membiarkan itu semua bertahan lama.
◻◻◻
Jam istirahat pun tiba semua murid berhambur hamburan keluar untuk mengisi perut mereka masing masing termasuk reka dan felix kini kedua remaja itu sedang berjalan beriringan menuju kantin seperti biasa felix selalu mendengar ocehan ocehan yang di lontarkan untuknya dan itu sukses membuat reka marah.
"Wih kayanya si cupu udah punya temen nih"
"Reka kok mau ya temenan sama anak kaya dia"
"Eh liat deh si reka bawa anak kucing"
"Hahahah"
"Dasar anak bodoh!"
"Cuma orang bego yang mau temenan sama bocah idiot"
Felix sudah biasa mendengar itu semua namun tidak bagi reka ia marah sangat marah mereka semua menilai felix hanya dari 'katanya'bukan dari 'faktanya' dan reka benci dengan orang orang seperti itu.
Reka pun merangkul felix dan mempercepat langkahnya.
Sesampai nya di kantin reka hanya melihat satu kursi yang kosong ia pun menyuruh felix untuk segera duduk di kursi itu sedangkan dirinya akan memesan makanan,felix diam tak bergeming di tempat nya ia enggan untuk pergi ke kursi itu karna ada seseorang yang bisa saja akan menambah benci kepadanya jika ia duduk tepat di samping dirinya.
"Ka biar felix aja yang pesen makanan nya reka yang duduk"
"Loh kenapa?"
"Gak papa,jadi reka mau pesen apa?"
"Yaudah deh kalau gitu samain aja kaya punya lo" felix mengangguk ia pun pergi meninggalkan reka.
Felix berniat ingin membeli nasi goreng namun ia urungkan saat melihat Gibran yang berdiri tepat di hadapan nya.
"Maaf felix mau lewat" kata felix dengan kepala yang ia tundukan.
Gibran tertawa sinis mendengar suara felix.
"Ikut gue!" felix mengeleng ia pun memundurkan langkahnya namun sayang Gibran telah mencengkram tengan felix kuat
Gibran membawa felix pergi bersamanya felix memberontak namun semuanya sangatlah sia sia karna tenaga Gibran sangatlah kuat.
Sedangkan reka ia tak mengetahui jika felix dalam bahaya namun sudah hampir sepuluh menit felix belum kembali dan itu sukses membuat reka takut ia pun bangkit dari duduknya dan memperhatiakan sekelilingnya mencoba mencari dimana felix berada namun tidak ada felix disini ia pun melangkahkan kakinya dengan langkah terburu sampai akhirnya.
Bruk.
Reka menabrak seseorang yang ia tak ketahui siapa namanya namun di lihat dari penampilan nya siswa yang reka tabrak adalah kakak kelasnya buru buru ia pun meminta maaf.
"Maaf kak"
"Gak papa lain kali kalau jalan hati hati biar gak nabrak orang"
"Sekali lagi saya minta maaf kak saya gak sengaja" siswa itu pun mengangguk dan setelah itu pergi meninggalkan reka begitu saja.
Reka pun melanjutkan kembali langkahnya yang tertunda pikiran nya tertuju pada felix ia merutuki dirinya sendiri karna membiarkan felix pergi sendiri sampai akhirnya langkah reka membawa dirinya ke atap sekolah entah kenapa hatinya mengatakan bahwa felix berada di sana sesampai nya atap sekolah reka di buat terkejut oleh pemandangan di hadapan nya jantung reka berdegup kencang tubuh nya lemas bahkan ia lupa caranya untuk bernapas.
"Felix!"
Ada yang kangen?
Jangan lupa tinggalkan jejak💜💙
KAMU SEDANG MEMBACA
sacrifice [Di Berhentikan]
FanfictionJadilah seperti Felix yang selalu sabar mengharapkan Revan berada disisinya [ Tahap REVISI] Cover by: @hneyxvellow