Selamat membaca.
Setelah meyiapkan sarapan untuk revan felix buru buru memasuki kamarnya hari ini ia akan bekerja di salah satu kedai eskrim yang tak jauh dari rumahnya bukan tanpa alasan felix bekerja sebenarnya uang warisan kedua orang tua nya sangat mencukupi kebutuhan felix maupun revan namun felix enggan untuk menggunakan uang itu kecuali untuk hal yang benar benar penting baginya.
Kini felix sudah siap untuk pergi ke kedai eskrim dengan kaos putih polos dan juga celana hitam selututnya felix pun pergi dengan tergesah gesah karna hari sudah semakin siang.
Revan yang melihat felix pergi dengan tergesah gesah pun merasa aneh karna tak biasanya felix pergi di hari libur setahu revan felix tak memiliki teman satu pun.
"Kenapa akhir akhir ini gue mikirin tuh bocah ya" monolog nya.
"Apa gue udah jahat banget sama dia?"entah kenapa revan merasa sesak perasaan sakit itu selalu muncul saat melihat wajah felix.
Drtt.
Getaran benda pipih di dalam saku kemejanya menghentikan niat revan yang ingin memasuki kamar felix buru buru iya pun mengecek ponselnya,saat di mambuka ponselnya tertera nama lino disana ia pun membuka kolom chatnya bersama lino.
Lino tampanz.
Gue ada di kedai eskrim pak selamet
Read 08:50.Revan006
Otw
Read 08:53Revan pun pergi ke kedai eskrim karna memang hari ini ia ada janji dengan lino di sana.
Butuh waktu lima belas menit untuk revan sampi disana revan terus saja menelusuri pandangan untuk mecari lino sampai akhirnya pandangan revan tersita oleh remaja yang menggunakan kaos putih dengan topi hitam yang sedang berbincang dengan lino.
" felix"gunggam nya.
Revan pun menghampiri mereka berdua.
"Sorry telat" kata revan.
"Santai"
Felix yang menyadari adanya revan pun buru buru menundukan kepalanya takut.
"Permisi kak ada yang mau di tambahkan atau sudah cukup" tanya felix hati hati.
"Van lo mau pesen?" revan menggeleng sebagai jawaban.
"Udah itu aja" lino tersenyum ke arah felix, felix pun mengangguk dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Siapa?" tanya revan dengan nada dingin nya.
"Apa nya yang siapa?" revan mendengus kesal mendengar jawaban lino.
"Itu yang tadi siapa akrab banget"
"Oh itu dia felix adek kelas kita" lino menghela napas kasar"dia kerja disini buat memenuhi kebutuhannya kata dia orang tua nya udah meninggal dia tinggal berdua sama kakaknya tapi sekarang kakaknya lagi pergi"lanjutnya.
Revan memincingkan matanya"pergi kemana?"
"Entah dia gak ngasih tau gue soal itu"
Revan mengangguk paham namun ada perasaan kecewa dan marah saat mengetahui adik nya bekerja ah ralat sejak kapan revan menganggap felix sebagai adiknya?
◻◻◻
Jarum jam sudah menunjukan pukul empat sore felix pun bersiap siap untuk pulang.
"Pulang sekarang lix?" tanya unji anak dari pak selamet pemilik kedai eskrim.
"Eh iya kak"
"Hati hati di jalan"felix mengangguk sebagai jawaban.
" felix duluan kak"
Felix pun melangkahkan kakinya hari ini cuaca sedikit mendung seperti hujan akan segera datang dan benar saja baru beberapa langkah felix keluar dari kedai eskrim hujan pun turun dengan begitu derasnya namun felix terus berjalan ia membiarkan tubuhnya basah.
Butuh waktu tujuh belas menit untuk felix sampai ke rumah nya.
Kepala felix pening tubuhnya pun sudah menggigil kedinginan ingin sekali ia merebahkan tubuhnya yang sudah lelah itu namun ia urungkan saat melihat revan yang berdiri tepat di depan pintu felix menundukan takut.
Revan yang melihat felix menunduk pun segera menjambak rambut felix kuat sehingga kepala felix ikut mendongkak pandangan mereka pun bertemu.
"Kak sa..sakit"
Suara rintihan felix bagaikan angin lalu bagi revan.
Brak.
Revan mendorong tubuh felix kuat hingga anak itu tersungkur ke lantai yang dingin.
"Maksud lo apa cerita gak jelas ke lino hah!" bentak revan.
"Feli...."
"Apa uang itu gak cukup buat lo?!"
Plak.
Lagi dan lagi tangan revan kembali menyentuh tubuh felix.
"Lo itu udah bikin malu nama keluarga lo pikir lo siapa?jangan bertingkah seenaknya!jangan bikin gue malu sebagai kakak lo..."
"Sejak kapan kak revan anggap felix adek?"kata kata felix membuat revan diam seribu bahasa.
Felix pun berdiri dan menatap mata elang milik revan dengan tatapan sendu nya.
" apa pernah kak revan anggap felix sebagai adek di depan semua orang?"
"Felix cape kak,felix gak punya siapa siapa lagi selain kakak felix gak kuat hidup sendiri felix butuh kakak"
"Felix...."
Plak.
Felix bungkam sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"Berani lo ngelawan omongan gue!" dengan penuh emosi revan kembali menjambak rambut felix dan membawa anak itu ke arah gudang felix hanya pasrah tubuhnya sudah lemas.
Brak.
Lagi dan lagi revan mendorong tubuh felix ke dalam gudang,Felix menggeleng kuat ia pun mencoba untuk berdiri namun gagal karna tubuhnya sudah benar benar lemas sekarang.
"Malam ini lo tidur di gudang" bentak revan dan setelah itu ia menutup pintu gudang.
Dengan sisa tenaga yang felix punya ia pun mendekat ke arah pintu dan mengedor ngedor pintu itu.
"Kak buka pintu nya"
"Felix takut gelap kak" lirihnya.
"Kak revan"
Sedang kan revan tak memperdulikan felix ia melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan felix dengan kegelapan dan tanpa revan ketahui jika felix takut gelap,sedangkan di dalam sana felix mulai merasakan dadanya begitu sesak ia sangat sulit untuk bernapas tubuh nya menggigil dan tak lama mata sendu felix tertutup sempurna tak ada lagi suara memohon untuk di bukakan pintu felix tak sadarkan diri dengan keadaan baju yang basah.
Jangan lupa tinggalkan jejak💙💜
KAMU SEDANG MEMBACA
sacrifice [Di Berhentikan]
FanfictionJadilah seperti Felix yang selalu sabar mengharapkan Revan berada disisinya [ Tahap REVISI] Cover by: @hneyxvellow