tiga.

3.8K 388 24
                                    


Selamat membaca.



Felix memandangi langit yang berwarna jingga itu dengan tatapan sendunya hari ini hari yang sangat melelahkan bagi felix karna lagi dan lagi felix mendapatkan sebuah kejutan dari Gibran ia di kurung di dalam gudang selama berjam jam untung saja ada petugas sekolah yang selalu membersihkan gudang jadi ia bisa keluar dari dalam sana.

Senja bagi felix tak pernah salah. Hanya kenanganlah yang kadang membuatnya basah. Dan pada senja, akhirnya kita mengaku kalah.Senja mulai menepi ke peraduannya.Sekalipun hanya sejenak, Namun senja pergi meninggalkan rasa hidup ini amat teramat singkat.

Setelah puas memandangi langit felix berlari sekuat tenaga yang ia punya karna hari sudah mulai gelap,felix merutuki dirinya sendiri karna berlama lama memandangi karya terindah tuhan bukan apa apa hanya saja felix takut gelap dan sekarang ia di rumah hanya seorang diri karna Revan tak pulang ke rumah felix mengetahui itu karna tak sengaja mendengar pembicaran revan dan lino di kantin tadi.

"Jangan takut felix" gunggam nya.

Felix terus berlari peluh sudah membanjiri tubuhnya kakinya pun sudah lemas karna berlari,akhirnya butuh waktu dua puluh menit felix sampai di rumah nya felix pun membuka pintu yang tak terkunci itu namun saat ia memasuki rumahnya tubuh felix melemas ia terduduk di lantai yang dingin hari sudah gelap dan sialnya lagi saat felix membuka pintu tak ada cahaya sedikit pun di dalam sana.

Entah kenapa kepala felix pening luar biasa kejadian masa lalunya pun berputar putar di otaknya seperti sebuah kaset rusak,keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya pandangan nya buram.

"Kak felix takut" lirihnya.

Sebisa mungkin felix berdiri dan mencari sebuah saklar lampu dengan susah payah felix meraba raba benda di sekitar nya.

Bruk.

Felix tersungkur ia sudah tidak kuat lagi menahan tubuhnya sendiri matanya pun semakin memberat wajahnya pucat seperti tak ada aliran darah perlahan mata itu tertutup sempurna membawa dirinya kedalam kegelapan yang sesungguhnya.

◻◻◻

Revan pulang ke rumahnya pukul tujuh pagi karna hari ini hari sabtu jadi sekolah libur semalam ia tidur di rumah lino dengan alasan ia bosan di rumah sendiri namun nyatanya revan tak pernah sendiri ia memiliki felix disisinya namun ia seakan akan di butakan oleh egonya sendiri.

Betapa terkejut nya ia saat memasuki rumahnya sendiri tubuhnya menegang melihat tubuh felix  tergeletak di lantai dengan wajah pucat dan bibirnya yang membiru ia pun menghampiri felix.

"Heh bangun!"

Revan mengguncangkan tubuh felix kasar namun tak ada respon sama sekali perasaan takut pun menghampiri dirinya.

"Felix bangun"

Lagi dan lagi felix tak memberikan respon sama sekali karna perasaan takut dan kesal menghampiri revan secara bersamaan revan pun melangkahkan kakinya ke arah dapur untuk mengambil segelas air putih,tak lama revan pun kembali dengan segelas air putih di tangannya.

Dan tanpa pikir panjang revan menyiram tubuh felix dengan segelas air putih yang ia bawa sontak itu membuat felix terkejut dan dengan sigap felix menundukan tubuhnya.

"Gue kira lo mati padahal gue udah seneng tadi"bohong jika revan senang felix pergi meninggalkan dirinya sendiri.

Felix yang masih setengah sadar itu pun menatap revan dengan tatapan bingung nya dan satu detik kemudian felix baru menyadari semuanya buru buru ia pun menundukan kepalanya takut.

"Ngapain lo takut?"revan tertawa meremehkan namun ada perasaan sesak saat melihat felix adik satu satunya menatap takut dirinya.

"Bikinin gue sarapan sana"felix mengangguk ia pun berjalan ke arah dapur.

Revan memandangi punggung felix ada perasaan aneh melihat felix takut padanya hatinya berdenyut nyeri ia merindukan adik kecil nya itu namun apalah daya semua kerinduan yang revan punya terhalangi oleh ego nya sendiri.

" bun harusnya ini gak akan pernah terjadikan?"


Jangan lupa tinggalkan jejak💜💙

sacrifice [Di Berhentikan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang