PROLOG : Birth of A Disaster 1

524 12 0
                                    

Yang Mulia Kaisar Aspen II sedang berkutat dengan petisi yang diajukan kaum cendekiawan tentang bencana alam yang sedang melandar bagian barat Kerajaan Aster yang Agung. Ini pertama kalinya bencana terjadi di bagian paling subur kerajaan ini, dan dampaknya juga yang paling parah dari semua bencana yang pernah terjadi sebelumnya. Provinsi Nanzhen adalah pusat penyimpanan dan distribusi hasil pangan dan pertanian seluruh kerajaan, sehingga kejadian ini menyebabkan lumpuhnya rantai pasokan makanan dan komoditas lainnya ke seluruh negeri. Sudahlah musim dingin, ditambah rantai pasokan yang terputus, rakyat Aster sedang dalam sengsara yang belum kelihatan ujungnya.

Kaisar Aspen II memijit pelipisnya pelan, helaan napas tidak bisa ditahan. Dialihkannya perhatiannya ke petisi berikutnya; kali ini dari barak militer di perbatasan Utara. Gerakan separatis di Utara yang mengetahui kesialan Aster bergerak dengan cepat untuk melakukan pemberontakan. Hampir separuh pasukan sudah gugur, sementara sisanya kelaparan, luka-luka, dan kedinginan. Titik pemberontakan di Utara kali ini merajalela dengan bantuan dari Negara-negara tetangga yang ingin melihat kejatuhan Aster.

Sang Kaisar kembali melempar gulungan petisi ditangannya. Matanya tertuju pada gulungan yang terakhir. Tanpa membukanya pun Kaisar sudah bisa menebak apa isi dari gulungan pengingat tersebut. Kementerian sedang dalam dilemma yang besar tentang alokasi dana kerajaan dan meminta Kaisar untuk memberikan keputusan final.

"Shiyu," Kaisar memanggil kasim (re: pelayan laki-laki) utama kerajaan yang berada diluar ruang kerjanya.

Shiyu pun memasuki ruangan dengan langkah sepelan mungkin, kepala dan punggungnya ditundukkan, mengikuti peraturan istana. "Hamba menunggu perintah."

"Panggilkan Jenderal Qin kemari sekarang."

"Yang Mulia, ini sudah waktu Gu, hamba khawatir perintah tersebut akan memakan waktu yang lama, mengingat rumah Jenderal Qin ada di perbukitan." Jawab Shiyu dengan suara setenang mungkin. "Hamba akan kirimkan dekrit kekaisaran malam ini sehingga Jenderal Qin bisa datang esok hari."

"Aku tidak peduli, sekarang juga—"

Seorang kasim penjaga membunyikan gong kecil pertanda ada yang meminta audiensi Kaisar. "Jenderal Qin ingin bertemu Yang Mulia Kaisar!"

Kaisar langsung mengisyaratkan Shiyu untuk memanggil Jenderal Qin yang kemudian masuk ke ruangan Kaisar dengan raut muka terburu-buru. "Hormat hamba kepada Yang Mulia Kaisar." Salamnya sambil membungkuk.

"Lupakan formalitas, Jenderal Qin." Kaisar mengisyaratkan Jendela Qin untuk berdiri. Diambilnya teh yang sudah diseduh beberapa waktu yang lalu dan menatap Jenderal Qin dengan serius. "Mengumumkan kedatangan kepada Kaisar di pagi buta seperti ini, apa pembenaranmu?"

"Ampun, Yang Mulia. Hamba nekat datang karena hamba yakin Yang Mulia juga masih memikirkan petisi-petisi yang diajukan hari ini. Hamba datang membawa satu pertimbangan baru."

"Apa itu?"

"Disinyalir adanya orang dalam dari Kerajaan yang mendanai dan memasok senjata untuk kelompok separatis di Utara. Hamba sudah memerintahkan beberapa prajurit untuk menyelidiki keterlibatan kerajaan-kerajaan kecil disekitar provinsi Tun'ger, dan hasilnya tidak seperti dugaan kita sebelumnya. Hamba meminta persetujuan Kaisar untuk membongkar kasus ini sampai ke akarnya, demi prajurit Aster dan Qin yang telah gugur."

Kaisar Aspen II terlihat mempertimbangkan ucapan Jenderal Qin, tangan kanannya mengusap-usap jenggot yang kian memutih. "Siapa menteri yang kau curigai?"

Kaisar sebenarnya sudah mempunyai prasangka bahwa pemberontakan di Utara tidak mungkin tanpa orang dalam. Selain karena waktunya bertepatan dengan deretan bencana yang melanda Aster, kelompok kecil tersebut menggunakan senjata mutakhir yang pastinya tidak bisa dikembangkan Negara-negara kecil di sekitar Aster. Belum lagi kelemahan-kelemahan gabungan prajurit yang dengan mudah diketahui dan dipatahkan.

The Princess is A Little WeirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang