*WARNING : Mention of rape attempt, murder* If you're triggered by those things, please skip this chapter.
Aku menumpukan kakiku diatas kursi pantai, tanganku bergerak memperbaiki sunglasses hitam dan topi yang aku pakai agar tidak menghalangiku memandang keindahan alam yang terpampang nyata di depan mataku.
Sunset dengan segelas koktail dan angin pantai yang menghembus rambutku dengan manja--paduan yang sempurna! Memang tidak salah aku memilih menghabiskan akhir tahunnya di pulau Brivi yang terkenal dengan pantai yang memukau ini. Sudah sejak jam dua siang tadi aku meninggalkan hotel tanpa membawa ponsel, agar tidak ada seorangpun yang mengganggu di saat-saat seperti ini.
Tanpa bisa dicegah, ingatan tiga tahun bekerja keras setelah lulus kuliah sampai akhirnya aku punya cukup tabungan untuk berlibur sendiri bermain kembali di kepalaku. "Life is good," aku tersenyum sumringah, bisa kurasakan dua orang asing di kiri dan kananku melirikku dengan ekspresi bingung, tapi siapa peduli?
Setelah matahari mulai terbenam seutuhnya, aku pun memutuskan untuk kembali ke hotel. Bisa kubayangkan akan menggunakan kupon spa malam ini, atau sauna? Hm, mungkin sauna dulu kali ya, karena rasanya badanku akan remuk karena jalan-jalan tanpa henti selama beberapa hari belakangan ini.
Eh, tapi kita belum kenalan? Aku Firea Amanda, 25 tahun, baru diangkat menjadi social media strategist di salah satu perusahaan multinasional di ibu kota. Itu level senior manager, lho! Aku adalah yang paling cepat mencapai level tersebut di departemenku. Semuanya tak lepas dari doa orang tua dan kerja kerasku, tentu saja.
Dengan naiknya jabatan, otomatis paket keuntungan karyawan yang kudapat juga semakin meningkat. Kini penghasilanku sudah diawali dengan dua digit di depannya, membawahi satu staff dan dua anak magang, jadi tidak sulit untuk ambil cuti karena aku bisa mendelegasikan tugasku. Contohnya, saat ini, aku mengambil cuti 10 hari untuk liburan sendiri di akhir tahun. Email aku beri penanda OOT alias out of office agar tidak ada notifikasi yang masuk, pun juga ponsel yang jarang kubawa.
Sebagai seorang social media strategist di sebuah perusahaan besar, setiap harinya adalah perang taktik untuk meningkatkan traffic di laman web, media sosial, dan semua channel periklanan untuk perusahaan. Jadi tidak ada yang statis, semua keputusan yang kuambil kusesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tidak sulit sebenarnya, karena aku cukup lihai dalam melihat peluang dan menghindari kesialan.
Ngomong-ngomong, kok daritadi belum ada taksi yang berhenti ya? Sudah hampir 20 menit aku berdiri di jalan depan palang masuk ke pantai, tetapi semua taksi sepertinya sudah ada yang mengisi. Sebentar lagi sudah mau pukul tujuh, kalau begini ceritanya aku bisa terlambat ke restoran, terlambat makan, hingga akhirnya tidak jadi sauna karena hotel hanya menyediakan sauna-nya sampai pukul 21.30.
Setelah menimbang baik-buruknya, aku memutuskan untuk berjalan saja ke hotelku. Tidak terlalu jauh dari pantai ini kalau menurut Tourist Maps, tetapi tidak dekat juga, mungkin sekitar setengah jam berjalan kaki santai. Ya sudahlah. Meski sudah gelap dan aku agak takut, demi itinerary yang sudah ku susun, aku harus semangat!
Oke, dari jalan raya ini, kemudian belok kiri, lurus, oke, aku fokus pada peta dan landmark disekitarku untuk memastikan bahwa aku berada di jalur yang benar. Semakin lama, semakin gelap, karena lampu gemerlapan di sekitaran pantai sudah semakin tidak terlihat.
Aku kemudian memasuki daerah konservasi rumah-rumah masyarakat pinggir pantai yang atapnya masih berupa seng dan ditimpa daun kelapa kering. Kudengar daerah ini memang masih mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama sehingga masih kaya dengan budaya dan adat tradisional. Pencahayaan pun hanya berasal dari lampu jalan yang berjarak sepuluh meter karena rumah-rumah masyarakat tersebut masih menggunakan lampu teplok yang tentu saja tidak dinyalakan karena memang kawasan konservasi, jadi tidak ada penghuni tetapnya. Rumah-rumah ini adalah salah satu objek wisata Pulau Brivi yang sehari-harinya diurus oleh dinas pariwisata setempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess is A Little Weird
FantasíaSaat Firea terbangun, dirinya bukan lagi si social media strategist yang jenius mengolah konten untuk mendapatkan traffic yang tinggi--tetapi seorang calon Puteri Mahkota! Tanpa disangka, takdirnya bersinggungan dengan Putera Mahkota yang sejak lahi...