Pagi setelah pertemuan mengejutkan dengan Putera Mahkota dan juga percakapan panjang lebar dengan Eiza, kakek dan aku langsung melanjutkan perjalanan kami ke Herta, Ibukota Aster yang Agung. Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada kakek soal peristiwa di jembatan penginapan itu, pun Eiza melakukan hal yang sama.
Sepanjang perjalanan, Qingyue berusaha menjelaskan padaku soal Aster dan segala tradisinya. Sistem kepercayaan, sistem pemerintahan, sistem perekonomian, juga tata krama seorang gadis bangsawan di dalam istana.
"Aku heran," Mingyue yang sejak tadi memperhatikan kami berdua dengan kening berkerut akhirnya angkat bicara. "Nona Muda kan sudah hafal luar kepala soal Aster, kenapa kak Qingyue harus mengajari Nona?"
"Kau tahu apa?" Qingyue membalas sewot, "Nona Muda sedang berusaha untuk tidak membuat kesalahan apapun saat pemilihan. Jangan mengganggunya."
Qingyue, thank you!, batinku sambil melemparkan senyum termanisku bagi Qingyue.
Mingyue hanya manggut-manggut, tangannya tidak berhenti mengipasi wajahku.
Inti dari belajarku hari ini adalah bahwa Aster memiliki satu Dewi Utama, yaitu Dewi Astraea, dan beberapa Dewa dan Dewi lain yang dipuja oleh bangsawan sesuai dengan emblem keluarganya. Karena aku dari keluarga cendekiawan, maka aku memuja Dewi Kehidupan yang konon menurunkan ilmu pengetahuan dan pengertian bagi manusia. Dulu aku belajar ini dalam sejarah, tetapi penting untuk benar-benar memahaminya saat ini.
Aster juga memiliki delapan Kementerian serta badan lainnya yang mengurus soal kehidupan bermasyarakat, semuanya berpusat di Herta, karena sistem sentralisasi yang dianut negeri ini. Pajak di Aster cukup tinggi, juga batasan-batasan yang harus diikuti setiap orang. Sungguh sangat berbeda dengan Aster modern, tetapi juga sangat mirip satu sama lain.
"Kalau soal pemilihan ini, selain kesepuluh gadis yang terpilih, yang lainnya bagaimana?"
Qingyue berpikir sejenak, "setahu hamba, gadis-gadis yang tidak terpilih akan mendapatkan hadiah emas untuk partisipasi mereka, masing-masing sepuluh tali emas."
Mataku membulat. Aster memang masih bertransaksi menggunakan batu tertentu, lalu perunggu, perak dan emas. Setali emas itu kalau ditinjau dari berat dan jumlahnya...bisa sampai dua ratus jutaan di 2019! Gewla, sekaliber kerajaan memang beda!
"Sepuluh orangnya diapakan lagi?"
"Pangeran Mahkota akan memilih siapa yang akan menjadi Puteri Mahkota, lalu kesembilan lainnya akan diberikan gelar berbeda sesuai dengan kedudukan mereka. Selain Puteri Mahkota, posisi tertinggi adalah Puteri An Rua, dua-duanya dianggap istri sah Pangeran Mahkota."
Aku mengangguk paham. Tidak terlalu tertarik karena aku sedang mempertimbangkan permintaan Eiza. Rencana awal untuk terpilih menjadi 10 besar sekarang agak kutinggalkan, meskipun sangat tergiur melakukannya. Hm, tidak-tidak. Aku akan melihat suasana di istana, jika aku tertarik tinggal di sana, maka akan ku lakukan yang terbaik. Jika tidak, time to say good bye, then!
***
Akhirnya aku menginjakkan kaki di wilayah paling tengah kekaisaran Aster. Kupikir tadinya akan ada gangguan di perjalanan, seperti penyamun atau semacamnya. Tetapi karena kami hanya berjalan saat matahari masih kelihatan, perjalanan ini menjadi sangat membosankan.Padahal, kan, kalau bisa melihat wajah tampan Blan dan Chwe bertarung melawan penjahat, hariku akan menjadi lebih baik.
Blan dan Chwe tidak banyak bicara, juga menurut Mingyue mereka tidak terlalu tampan. Tetapi bagiku yang pecinta model pakaian dalam di masa modern yang kelihatan gagah, kasar, dan tatapannya tajam, sudah pasti aku menyukai mereka juga. Sayang sekali tadi malam aku tidak terlalu memperhatikan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess is A Little Weird
FantasiaSaat Firea terbangun, dirinya bukan lagi si social media strategist yang jenius mengolah konten untuk mendapatkan traffic yang tinggi--tetapi seorang calon Puteri Mahkota! Tanpa disangka, takdirnya bersinggungan dengan Putera Mahkota yang sejak lahi...